Abbad bin Bisyr

Rela Tubuhnya Ditembus Panah Daripada Menghentikan Keindahan Alquran

Ketika Rasulullah saw kembali dari Perang Dzatur Riqa, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah saw bertanya, Siapa yang bertugas jaga malam ini? Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, Kami, ya Rasulullah! kata keduanya serentak. Rasulullah saw telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah. Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu? Aku yang tidur lebih dahulu, jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.

Dalam suasana malam yang tenang dan hening, Abbad shalat malam dan larut dalam manisnya ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Dalam shalat itu ia membaca surat Al-Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya. Ketika Abbad tenggelam dalam mahabbah dengan Tuhan-nya, seorang laki-laki dari pihak musuh datang mengendap-endap. Begitu melihat seorang ada seorang yang masih terbangun orang itu menyiapkan anak panah dan segera melesatlah anak panah mengenai tubuh Abbad bin Bisyr yang sedang terbui dalam keindahan ayat Alquran. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah lalu meneruskan ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabut lagi anak panah dari tubuhnya seperti dua anak panah terdahulu. Merasa tubuhnya sudah semakin lemah karena banyaknya darah yang keluar, Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur, lalu membangunkannya seraya berkata, Bangunlah! Aku terluka parah dan lemas.

Sementara itu, melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya. Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama mengenaimu? tanyanya keheranan. Abbad bin Bisyr sang pecinta Alquran itu menjawab dengan kalimat yang sangat indah, Aku sedang membaca Al-Qur’an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebankan Rasulullah saw, menjaga pos perkemahan kaum Muslimin, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan Alquran dalam shalatku, jawab Abbad

Betapa kecintaannya kepada Alquran menjadikan seorang hamba Allah swt sampai tidak lagi mampu merasakan sakitnya dunia. Keindahaan ayat demi ayat terus menelisik kalbu hingga menyatukan hati hamba dalam genangan cinta kepada sang pemilik ayat. Bagi pecinta Alquran, membaca ayat demi ayat laksana berjalan meyusuri indahnya panorama surga yang tak ternilai harganya. Keindahannya mengantarkan pecintanya membumbung tinggi memasuki alam keindahan yang sangat disayangkan akan berkahir begitu saja.

HIKMAH
Alquran hadir untuk dinikmati terutama dalam ibadah, sebagaimana Rasulullah saw, para sahabat serta para ulama yang telah memberikan contoh kepada kita. Dengan cara inilah akan mampu ditemukan kenikmatan bersama Alquran.
Untuk tahap latihan, kita bisa menjadikan shalat sebagai sarana untuk melancarkan hafalan. Misalnya, ketika sedang menghafalkan surat An Naba ayat 1-10 bisa dimanfaatkan sekaligus untuk menghiasi salat-salat sunah agar semain berkualitas dengan membaca ayat itu dalam setiap salat sunah rawatib.
Setelah terbiasa dengan hal itu, perlahan kita akan merasakan hafalan semakin lancar sekaligus kualitas salat lebih baik. Ketika hal itu dilanjutkan dengan mencoba memahami kandungan ayat atau membaca tafsirnya insyaallah akan semakin mampu tadabbur ayat di dalam salat sehingga akan mampu merasakan salat yang khusyu.

Banyak contoh orang-orang mulia yang menghabiskan waktu dengan berlama;lama bersama Alquran di dalam salat. Rasulullah Saw sendiri pernah salat bersama Hudzaifah Ibnul Yaman dengan membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisa. Banyak pula kisah sahabat dan para ulama yang menghatamkan Alquran dalam salatnya. Begitulah mestinya, ahlul Quran menjadi istimewa karena dia mampu meningkatkan kualitas ibadahnya dengan kemuliaan Alquran.

Tebarkan Kebaikan