Surat an nisa’ ayat 9 begitu menyentuh setiap hati yang menginginkan mulia dan tetap eksis di sepanjang umur dunia ini. Allah sampaikan pesan moral kepada kita :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا(9)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah. yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Ini sebuah wasiat agung, agar setiap manusia survive dalam kehidupannya. Ketika umur sudah udzur, ketika ajal sudah menjemput siapa lagi yang bisa harapkan. Ketika amal sudah terputus, siapa lagi yang bisa diharapkan doa-doanya. Maka keturunan adalah nikmat yang agung yang diberikan sang maha rahman kepada setiap hambanya. Itulah bahasa Alquran mengabarkan tentang akan datangnya keturunan sebagai busyra (kabar gembira)
Semua itu akan menjadi kenyataan ketika orangtua bersungguh-sungguj dalam mendidik anak-anak mereka. Semua usaha akak dilakukan, semua jalur akan dilalui demi suksesnya sang pembawa harapan ini. Bahkan rasa sayangnya itu tidak terhenti ketika ajal hendak menjemputnya. Inilah yang diwasiatkan oleh orangtua mulia yang bernama Ya’qub as.
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ(133)
Adakah kalian hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Itu adalah umat yang lalu, baginya apa yang telah diusahakannya dan bagi kalian apa yang sudah kalian usahakan, dan kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Albaqarah:134)
Yang menarik dari ayat ini adalah kecemasan orangtua yang paling membuat cemas adalah soal keimanan anaknya. Kalau selama ditunggui orangtuanya masij menyembah Allah, bagaimana ketika nanti orangtuanya sudah meninggal.
? Masihkah dia beriman kepada Allah
? Masihkah dia menegakkan solat
? Masihkah dia cinta membaca Alquran
? Masihkah kebaikan-kebaikan yang selama ini ditanamkan tetap tersimpan dalam hati sang anak dan menyinarkan cahay kebaikan untuk sekitarnya
Kiranya tidak ada kesedihan yang melebihi kesedihan orangtua terhadap hal ini.
Oleh sebab ini juga orangtua solih yang hidup pada masa bani Israil meninggalkan peninggalan yang beliau tanam di dalam tanah di dalam rumahnya, yang beliau wasiatkan untuk anak cucunya. Dan peninggalan ini terus terpendam sampai keturunan ketujuh sesudahnya. Ketika dinding rumah itu semakin lemah dimakan usia dan hampir rubuh, seorang yang diberi ilmu oleh Allah kemudian menegakkan rumah itu dengan sukarela demi sampainya wasiat itu kepada keturunan orang solih ini.
Allah sampaikan dalam surat Al Kahfi : 82
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا(82)}
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Maka Tuhannya menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Apakah kiranya harta karun yang terpendam di dalam tanah rumah sang anak tersebut? Ternyata harta yang sangat berharga itu adalah sebuah wasiat indah yang tertulis di atas lempengan emas dan terjaga sampai tujuh keturunan sepeninggal orangtua yang hebat itu. Pesan wasiat itu dijaga oleh Allah agar kebaikan orangtua tersebut bisa terwariskan kepada anak cucunya. Maka ahli tafsir mengatakan bahwa kebaikan orangtua berimbas kepada baiknya anak cucu.
inilah kalimat yang menjadi harta karun orangtua yang solih itu :
بسم الله الرحمن الرحيم ،
عجبت لمن يؤمن بالقدر كيف يحزن؟
وعجبت لمن يوقن بالموت كيف يفرح؟
وعجبت لمن يعرف الدنيا وتقلبها بأهلها كيف يطمئن إليها؟
لا إله إلا الله ، محمد رسول الله
“Dengan nama Allah yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.
Aku heran terhadap orang yang beriman kepada takdir, mengapa ia bersedih?
Aku juga heran terhadap orang yang beriman akan adanya kematian, mengapa ia masih bisa senang?
Aku merasa heran kepada orang yang mengetahui dunia dan goncangan yang dibuatnya terhadap penduduknya, bagaimana ia bisa merasa tenang?
Tidak ada Tuhan (yang haq) selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”
KebaikanItuHarusTeruBerlanjut,
PahalaItuHarusTerusMengalir,
TidakBolehTerputusOlehApapunJuga,
MariSebarkanKebaikan,
Semoga Allah panjangkan usia kita,
Sepanjang usia generasi kita,
Sepanjang kebaikan-kebaikan yang kita ajarkan kepada anak-anak dan murid kita,
Amin
20 Maret 2019
Seorang Hamba di Pojok Kota Pati-Jateng
Nanang Kosim