Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara yang sangat luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke. Bhineka Tunggal Ika semboyannya. Gemah Ripah Loh Jinawi alamnya. Luar biasa karunia dariNya.
Kita tahu bahwa Indoensia memiliki banyak keanekaragaman suku, budaya, agama, sumber daya manusia, sumber daya alamnya, dan tak ketinggalan adalah pulaunya. Deretan pulau kecil dan pulau besar yang dikelilingi oleh laut atau perairan sehingga Indonesia disebut dengan Negara Maritim.
Negara Maritim ini juga memiliki banyak pulau-pulau kecil dan pastinya pulau-pulau besar yang tak asing di telinga kita. Adakah yang tahu? Pastinya tahu dong. Ya berikut adalah pulau besar antara lain Papua, Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Dari sekian banyak pulau yang ada di Indonesai semuanya diduduki berbagai macam perusahaan asing lho. Mulai dari Perusahaan sawit, Perusahaan Kayu , Perusahaan tambang dan lainnya yang tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia.
Indonesia telah berkembang secara ekonomi selama beberapa tahun terakhir. Indonesia menjadi salah satu negara incaran perusahaan-perusahaan asing yang ingin berinvestasi. Kini hasilnya, beberapa telah menduduki puncak kesuksesannya di Indonesia. Faktanya, banyak dari kita tidak mengenali bahwa perusahaan-perusahaan ini adalah perusahaan asing karena sudah ada di antara kita selama bertahun-tahun.
Perusahaan asing yang terbesar di Indonesia antara lain: Unilever, Toyota, Danone, Pertamina, Samsung,Astra Internasional, Sampoerna, perusahaan sawit, perusahaan tambang Freeport dan lain-lain.
Indonesia oh Indonesia. Bumi Pertiwi kini dipenuhi dengan ambisi.
Bumi kini sedang di eksploitasi dan diandvansi
Oleh ambisi yang tak kunjung henti
Indonesia menjadi salah satu negara yang merdeka dan berkembang berkat para pejuang, generasi penerus bangsa, dan tentunya adalah para investor asing yang menjadikan perubahan di suatu negara. Trus apa sih kaitannya dengan Indonesia, para pejuang, generasi muda, dan investor? Dari semua hal tersebut, tentunya sebuah negara pastinya tak terlepas dari peran yang sangat berpengaruh, apa itu? Peran yang paling penting adalah adalah melalui dunia pendidikan yang mendasar.
Pendidikan di Indonesia hendaknya mendapat perhatian yang lebih serius karena pendidikan adalah tonggak utama suatu bangsa untuk dapat bersaing di zaman yang serba maju ini. Kemajuan pendidikan suatu bangsa hampir seluruhnya ditentukan oleh sistem pembelajaran yang digunakan oleh bangsa sendiri.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting di dalam meningkatkan sumber daya manusia yang handal. Rendahnya kualitas pendidikan menjadi penyebab dari krisisnya sumber daya manusia. Sehingga, sudah sepatutnya jika lapangan pekerjaan membutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar kompeten untuk bersinergi bersama memerjuangkan pendidikan anak negeri Indonesia ini. Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan kondisi dilapangan.
Berawal merintis karier bersama lulusan-lulusan muda dari Perguruan Tinggi (PT) negeri dan swasta berjuang mencari pundi-pundi rupiah serta pengalaman di tanah rantau di pulau Borneo, Kalimantan Tengah, Pangkalan Bun, Kecamatan Kotawaringin Barat, Desa Amin Jaya yaitu disalah satu kawasan perusaan asing yaitu perusahaan besar yang bergerak dibidang mengolah bahan baku sawit tentunya bukan hal yang mudah lho.
Banyak sekali latar belakang yang memengaruhi kedatangan kami ditempat ini meskipun disini banyak sekali keterbatasan yang dialami. Dengan modal nekat dan pasrah dengan ikhtiar yang dijalani sesuai visi misi berada di rantau semua mengalir dengan takdirnya masing-masing.
Pertama kali menginjakkan di tanah yang sempat mendapatkan julukan Paru-Paru Dunia ini tak seindah yang kita bayangkan. Kalimantan adalah salah satu pulau besar yang memiliki luas hutan sekitar 40,8 juta hektar.Nyatanya, kini seluas mata memadang hanyalah pohon sawit yang dikelola oleh pihak asing. Mengapa tanah kami? Hutannya kini telah hilang sedikit demi sedikit beralih menjadi hutan produksi. Sempat terbersit di hari nurani tentang kondisi kehidupan di sini.
“Di mana hutannya?”
“Di mana penduduk lokalnya?
“Apakah anak-anak disini sekolah?”
“Seperti apa sekolah mereka?”
“Bagaimana kehidupan anak-anaknya?
“Bagaimana mereka sekolah?”
“Dimana mereka sekolah?”
Itu baru pertanyaan yang mengenai hal keadaan pendidikan dan kehidupan penduduk lokal dan pendatang disana, belum dari ranah sosialnya, ekonomi, budaya, dan sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Memang di semua kawasan perusahaan sawit dan perushaan asing lainnya sudah adanya fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi anak karyawan dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMK, tetapi meskipun begitu tak semudah yang dibayangkan seperti diperkotaaan. Dari keterbatasan pemakaian listrik, air, pangan, trasnportasi dan medan yang luar biasa membuat anak negeri ini penuh perjuangan dengan menguras tenaga dan waktu mereka untuk bersekolah. Hanya bersekolah, ya hanya dengan menggantungkan pendidikan agar mereka tidak menjadi budak di negeri sendiri. Itu mimpi sebagian dari anak sawit. Berusaha mengejar mimpi dengan mengubah kehidupan yang layak melalui bersekolah. Meski untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi itu tak mudah, tidak semua orangtua disana berpikiran begitu.
Katanya Duwet Rantauan iku mesti gede, ituadalah salah satu motivasi orang tua untuk berikhtiar hidup serba kurang sebagai petani sawit untuk masa depan buah hati memeroleh dunia pendidikan yang lebih tinggi daripada orangtuanya. Nyatanya banyak orang tua disana yang mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang Perguruan Tinggi. Demi mengangkat derajat keluarga dan perekonomian keluarganya.
Dari dunia pendidikan, semangat anak daerah sawit sangat antusias sekali dalam belajar dan anak sawit cenderung gemar dalam mengasah bakat dan keterampilan,kemampuaannya. Anak sawit memiliki jiwa yang mandiri dan menghormati antar sesama. Menghormati guru-gurunya dan teman, lingkungan sekitar meskipun beragam ras, warna kulit, suku, budaya dan agamnya. Semua saling bertoleransi antar umat beragama tanpa mengusik perbedaan yang ada. Anak sawit dituntut untuk kreatif dalam belajar mengingat kondisi keterbatasan dalam belajar. Semua harus disiasati dengan tepat disaat belajar di rumah. Ketika disekolah mereka bisa belajar dengan maksimal tetapi disaat tiba dirumah anak sawit harus pandai mengatur waktu belajar mereka karena disaat malam tiba aliran listrik sudah tidak menyala. Apalagi bimbel, jaringan internet, sinyal telefon pun juga susah. Jadi punya HP atau adroid atau Iphone yang termahal di dunia pun bagi anak sawit gag ada gunanya meski orangtua mampu membelikannya. Jadi, pendidikan formal disekolah dijalani, pendidikan nonformal juga diikuti di wilayah koplek perumahan tempat tingal anak sawit.
Dari mengaji, menari, olahraga, dan keterampilan yang lain yang ada di kawasan tempat tinggal mereka. Jadi anak sawit beranggapan “Hanya anak perkotaan yang bisa sekolah enak dan banyak fasilitas”. Bersyukur sekali ananda di SMP IT Insan Mulia bisa belajar dengan fasilitas dan kesempatan yang sangat mudah. Memperoleh pendidikan dengan maksimal baik segi dunia dan memeroleh ilmu akhiratnya. Begitu indahnya belajar dilingkungan yang seiman. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan termotivasi dalam untuk berlomba-lomba dalam urusan akhirat tak melulu urusan dunia saja. Pihak sekolah yang memperhatikan disaat disekolah saja, bahkan setelah dirumah pengajaran adab-adab yang diperoleh disekolah harus direalisasikan di rumah dengan kerjasama bersama orang. Untuk mencetak generasi yang berkahlak mulia menjadi anak sholih-sholihah. Jadi, ADAB/AKHLAK DULU, ILMU KEMUDIAN.
Memasuki kawasan transmigrasi di tahun 2012 bersama rekan bernama Bapak Fuad menjelaskan bahwa beliau beserta keluarga dari Ambarawa mengikuti program pemerintah yaitu program transmigarsi pada era Orde Baru. Dimana tujuan penyebaran penduduk dan potensi di daerah transmigrasi agar tersebar rata dan tidak saling tumpang tindih. Nyatanya dengan program trasnmigarasi ke pulau-pulau besar nyatanya tak sesuai dengan harapan meskipun sudah diberikan lahan tempat tinggal dan lahan pertanian oleh pemerintah. Tak semua openduduk trasnmigran dari Jawa ke Kalteng atau pulau lain berjalan mulus. Nyatanya banyak yang menggantungkan hidup di luar daerah trasmigrasi yaitu di kawasan perusahaan asing salah satunya perusahaan sawit.
Dari sudut pandang rekan yang merupakan penduduk asli dari suku Dayak Ngaju yang bernama Nuur Hiday semangat untuk meraih mimpi dan mengubah hidupnya melalui pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa juga berujung bekerja di perusahaan asing di daerahnya. Memang tempat kerja disana ya berkutat di dalam perusahaan asing lagi, lagi, dan lagi. Dengan harapan mendapatkan penghasilan dan tempat kerja yang layak mau tidak mau harus terjun juga kerja di sana. Jadi banyak sekali SDM (Sumber Daya Manusia) yang bekerja di lingkungan perusahan-perusahaan asing disini dari Sabang-Merauke.
Berjalan memasuki dari sekian banyak desa-desa warga trans di Kalteng, banyak sekali desa yang ditinggalkan bagaikan desa mati yang menuh misteri. Kemana? Ternyata penduduk transmigrasi disini memilih untuk menggantungkan hidupnya menjadi buruh tani di perusahaan sawit di daerah sekitar daripada tinggal di daerah trans yang memiliki histori dengan suku asli daerah tersebut. Meskipun begitu tetap ada beberapa warga trans yang masih mempertahankan lahan yang diberikan oleh pemerintah dengan mengolahnya menjadi lahan pertanian untuk menghasilkan bahan makanan yang nantinya akan dijual ke desa-desa terdekat. Begitu memprihatinkan kondisi disana semua dengan keterbatasan yang dilalui. Tak heran banyak faktor yang memengaruhi penduduk transmigasi lebih memilih hidup di lingkungan perusahaan sawit. Pertama, hidup mereka lebih aman dan terhindar dari konflik dengan penduduk asli, konflik dengan habitat salah satunya adalah hewan buas, dan lingkaran konflik lainnya; kedua, pangan yang tercukupi dengan adanya tunjangan dari perusahaan dan fasilitas semua ada didalamnya; ketiga, adanya gaji yang tiap bulan diterima dan menjadi harapan keluarga untuk memenuhi kebutuhan.
Kondisi penduduk transmigrasi dan penduduk asli disana yang hidup di lahan tanah bangsanya sendiri tetapi dikuasai oleh pihak asing. konflik lahan juga masih menjadi kasus yang masih dialami oleh penduduk asli dengan pihak asing. Entah akan seperti apa hidup anak-cucu mereka sebagai warga asli suku Dayak lainnya? Hanya kuasa yang bisa berkata. Meski manuasinya yang berkoar-koar mempertahankan lahannya tetapi kebijakan pemerintah yang memengaruhi semuanya. Bumi ini hanya diam menunggu bahaya yang ditimbulkannya dari ekspoitasi alam besar-besaran yang dipicu dari polusi, air, udara, dan hutannya sebagaii rumah flora dan faunanya yang telah punah.
Miris lagi sampai kapan bumi ini diekspoitasai dan dikuasi? Menurut penelitian bahwa lahan gambut adalah penyimpan cadangan karbon terestrial terbesar, menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan seluruh jenis vegetasi lain di bumi. Tapi begitu lahan gambut dihancurkan, ia akan melepaskan karbon dioksida, gas rumah kaca yang menjadi pemicu utama perubahan iklim, ke atmosfer. Di seluruh dunia, kerusakan lahan gambut merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca, melepaskan hampir enam persen emisi CO2 antropogenik global setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlindungan laha gambut merupakan kunci dari upaya global untuk mengatasi krisi iklim.
Lahan gambut di Indonesia menyimpan sekitar 80 miliar ton karbon atau setara dengan sekitar 5 persen dari seluruh karbon yang tersimpan di dalam tanah secara global. Indonesia pernah menampung sekitar 50 persen dari total lahan gambut tropis dunia., namun angka ini merosot seiring meningkatnya perkebunan kelapa sawit skala besar dari perusahaan-perusaan asing yang ada di seluruh wilayah di Indonesia.
Semoga dari penjelasan di atas dapat menjadikan kita menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan tanpa mendzolimi diri sendiri dan alam yang dititipkanNa untuk kita semua. Memang potensi bertindak dzolim itu bisa terjadi pada siapa saja, melintasi zaman dan ruang geografisnya.
Astagfirullah. Manusia oh manusia yang dipenuhi dengan ambisi. Dalam firmanNya selalu diingatkan di QS. Al- Baqarah ayat 96 “Dan sungguh engkau Muhammad akan mendapati mereka yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang musyrik. Mereka pun berangan‑angan agar bisa hidup seribu tahun. Padahal umur panjang itu tak akan menjauhkan mereka dari azab Allah. Allah maha melihat apa yang mereka kerjakan”. Dijelaskan juga dalam QS.Al-Ruum/30:41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” Astagfirullahaladzim manusia oh manusia.
Semoga dari coretan-coretan sederhana ini bisa menambah wawasan Anda sekalian akan kondisi nyata dari satu daerah di Indonesia dan faktor yang memengaruhinya. Saran dan kritik selalu diharapkan penulis agar berkualitas lagi dalam menyajikan informasi dan tentunya bermanfaat bagi pembaca semua. Terimakasih.
Indonesia tanah yang kaya
Titipan para pejuang negeri kita
Jangan kita eksploitasi dan diekspansi
Karna semua titipan dari Sang Ilahi
Oleh Usth Dwi Wahyuningtyas, S.Pd