ENGKAULAH ANAKKU HARI INI, BESOK DAN YANG AKAN DATANG (3)

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Allah swt berfirman :
(وَنَادَىٰ نُوحࣱ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبۡنِی مِنۡ أَهۡلِی وَإِنَّ وَعۡدَكَ ٱلۡحَقُّ وَأَنتَ أَحۡكَمُ ٱلۡحَـٰكِمِینَ) (قَالَ یَـٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَیۡسَ مِنۡ أَهۡلِكَۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَیۡرُ صَـٰلِحࣲۖ فَلَا تَسۡـَٔلۡنِ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۖ إِنِّیۤ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلۡجَـٰهِلِینَ)

Artinya : Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman, “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan. [Surat Hud 46]

Bayangkan wahai Bapak dan Ibu, bagaimana kalau anda menjadi Nabi Nuh as. Kasih sayang seorang ayah yang ingin menyelamatkan anaknya dari banjir besar yang menenggelamkan semua yang ada, ditolak Allah swt sekaligus dinyatakan dengan tegas bahwa dia tidak termasuk keluargamu. Naluri ayah mana yang tega melihat anaknya hanyut ditelan air bah di depan mata kepalanya sendiri tanpa mampu berbuat sesuatu layaknya seorang ayah, betapapun rasa cinta dan kasih sayang itu ada di dalam hatinya.

Kiranya kasus seperti ini juga terjadi dalam kisah kehidupan Nabi Ibrahim as., Ketika hubungan ayah anak ini tidak lagi “direstui” Allah swt. semata karena perbedaan aqidah. Bahkan doa-pun diharamkan untuk dipanjatkan kepada ayah tercinta.

(وَمَا كَانَ ٱسۡتِغۡفَارُ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ لِأَبِیهِ إِلَّا عَن مَّوۡعِدَةࣲ وَعَدَهَاۤ إِیَّاهُ فَلَمَّا تَبَیَّنَ لَهُۥۤ أَنَّهُۥ عَدُوࣱّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنۡهُۚ إِنَّ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ لَأَوَّ ٰ⁠هٌ حَلِیمࣱ)

Artinya : Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena sesuatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.[Surat At-Taubah 114]

Cinta dan hubungan darah itu terpaksa harus terhenti dalam urusan muamalah di dunia, namun tak mampu menembus keindahan yang sesungguhnya karena batas aqidah yang menjadi prinsip hakikat kehidupan itu tidak linier sesuai kehendak yang pemilik keindahan.

Dari kisah Nabi Nuh as. dan Nabi Ibrahim as. kita anda bisa menemukan arti cinta. Inilah cinta sesungguhnya. Yang menjadikan hubungan biologis ini abadi bukanlah warisan harta yang ditinggalkan, bukan pula piala berjajar yang dibanggakan itu. Hubungan orangtua dan anak ini akan abadi ketika orangtua berhasil mewariskan kebaikan dalam diri anaknya. Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang baik, dengan penuh kesadaran mereka berkomitmen dengan kewajibannya kepada Tuhannya, dengan penuh sahaja mereka berinteraksi dengan lingkungannya didasari akhlak yang mulia. Inilah investasi yang menjanjikan.

Sebaliknya, sehebat apapun kepandaian anak kita. Secepat apapun kariernya menanjak di dunia kerja, dibanyak apapun harta yang dipersembahkan untuk orangtuanya, namun kalau mereka tidak lagi mengenal Tuhannya, komitmen dengan kewajiban-kewajibannya bersiaplah untuk kecewa. Ketika hubungan orangtua dan anak itu tidak lagi berguna. Di dunia dalam bentuk kedurhakaan anak, di alam kubur dalam bentuk doa yang tidak pernah terkirim sebagai penolong orangtua, apalagi di akhirat ketika setiap orang menghadap kepada Allah swt tanpa satupun keluarga yang bisa dijadikan sebagai teman. Allah swt berfirman :

(یَوۡمَ یَفِرُّ ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِیهِ ۝ وَأُمِّهِۦ وَأَبِیهِ ۝ وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِیهِ)
Artinya : pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. [Surat ‘Abasa 34 – 36]

Dalam kondisi yang mencekam seperti ini, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan kecuali jerih payah orangtua yang dengan segenap kemampuannya membekali anak dengan bekal akhirat dengan membimbingnya agar sukses menjadi dunia sebagai sarana meraih kebahagiaan di akhirat.

Maka, kewajiban orantua yang paling asasi adalah memastikan bahwa anak-anaknya sudah dibekali dengan berbagai bekal kesuksesan agar terhindar dari kepedihan kehidupan akhirat yang abadi. Ingatlah firman Allah swt :

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَیۡهَا مَلَـٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظࣱ شِدَادࣱ لَّا یَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَاۤ أَمَرَهُمۡ وَیَفۡعَلُونَ مَا یُؤۡمَرُونَ)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [Surat At-Tahrim 6]

Berbahagialah apabila anda diberikan hidayah tertarik untuk memberikan berkal yang sempurna kepada anak, sehingga anak-anak tumbuh menjadi manusia yang sukses, berbakti kepada orangtua sekaligus bermanfaat di akhirat. Anak-anak yang doanya akan terus menembus alam kubur dimana ayah dan ibunya dikebumikan. Anak-anak yang pahalanya kebaikannya akan terus menembus pekatnya neraka yang memilukan.

Didiklah anakmu mengenal Tuhannya, berkomitmen menyembahnya dan menggapai kesuksesan di dunia dengan balutan akhlak yang mulia. Semoga mereka mampu menjadi investasi masa depan bagi orangtuanya.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)

==========================
Pati, 27/12)2020
Pelayan SMPIT INSAN MULIA BOARDING SCHOOL PATI, JATENG
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan