ENGKAULAH ANAKKU SEKARANG, BESOK DAN YANG AKAN DATANG (1)

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Allah SWT berfirman :

(جَنَّـٰتُ عَدۡنࣲ یَدۡخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَاۤىِٕهِمۡ وَأَزۡوَ ٰ⁠جِهِمۡ وَذُرِّیَّـٰتِهِمۡۖ وَٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ یَدۡخُلُونَ عَلَیۡهِم مِّن كُلِّ بَابࣲ)(سَلَـٰمٌ عَلَیۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ)

Artinya : (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), “Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.[Surat Ar-Ra’d 23-24]

Hubungan darah antara orangtua dengan anak adalah hubungan yang paling erat. Sebagaimana orangtua yang sangat mengharapkan seorang anak sebagai buah cintanya, merekapun berharap anak-anaknya akan menjadi penyejuk jiwanya dalam menjalani proses kehidupan ini. Tidak hanya di dunia, bahkan kesenangan bersama anak ini juga diharapkan bersambung sampai ke surga.

Untuk menggapai cita-cita itu, tentunya orangtua harus berusaha memposisikan anak sebagaimana yang diinginkan Allah SWT. Beberapa hal yang perlu dipahami agar anak bisa menjadi qurrata a’yun bagi orangtuanya adalah

1. Tempatkan anak di posisi yang semestinya

Anak dalam pandangan Alquran dibahasakan sebagai perhiasan, sebagaimana firman Allah SWT :

(زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰ⁠تِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰ⁠لِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ)

Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Surat Ali ‘Imran 14]

Yang namanya perhiasan tentunya harus menjadikan pemiliknya menjadi semakin indah dan nyaman. Keberadaan seorang anak akan menjadikan orangtuanya nyaman ketika anak dididik dengan baik, bicaranya menyejukkan hati, perilakunya menjadikan orangtua bangga dan selalu melambungkan cita-cita orangtua di masa yang akan datang.

Sebagai orangtua, agar perhiasan ini menjadi indah, anak harus dididik sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT menghadirkan kisah Luqman Al Hakim sebagai inspirasi dalam mendidik anak. Apa yang dilakukan Luqman? Yang pertama kali dia sampaikan kepada anaknya adalah pondasi yang paling asasi dalam pendidikan, yaitu aqidah. Pendidikan aqidah menjadi pondasi utama, mengenalkan anak kepada Tuhannya. Kenapa aqidah, bukan prestasi yang dikejar dahulu? Sebab keyakinan kepada Allah SWT akan membimbing manusia menjalani kehidupan ini dengan baik. Pendidikan aqidah ini juga harus mempunyai porsi yang lebih dibandingkan pelajaran yang lain, sebab keberhasilan pendidikan aqidah mendukung keberhasilan pendidikan yang lain. Rasulullah SAW menanamkan pondasi aqidah kepada para sahabatnya dalam rentang waktu tiga belas tahun selama dakwah beliau di Mekah. Selama masa itu, Wahyu yang turun berkisar dalam masalah aqidah, pahala dan dosa, surga dan neraka, serta komitmen dalam penghambatan. Setelah rentang waktu yang panjang itu, barulah periode dakwah di Madinah ayat-ayat yang turun baru menyentuk aspek hukum dan hal-hal terkait penegakan hukum di masyarakat. Apa yang terjadi? Umat yang sudah tertanam kuat aqidah di dalam dadanya dengan serta Merta menerima segala ketentuan hukum Allah SWT tanpa alasan apalagi penolakan. Maka, dalam rentang waktu sepuluh tahun beliau berdakwah di Madinah berhasil menegakkan tatanan kehidupan yang indah, menjadikan Islam sebagai rahmatan Lil alamin dalam bingkai hukum Allah SWT yang indah.

Selanjutnya, dari aqidah yang lurus anak diajarkan untuk mempunyai komitmen dengan ibadah. Ibadah sebagai bentuk ketaatan dan penghambatan kepada Tuhan akan menjadikan anak mempunyai komitmen pula kepada sesamanya. Lihatlah, ketika Allah SWT mengatakan bahwa shalat mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Artinya, dengan keberhasilan orangtua menanamkan aqidah dan mengajarkan ibadah secara linier akan membentu karakter anak menjadi manusia yang berkomitmen terhadap kehidupan bersama sesamanya.

Buah dari pendidikan ini adalah akhlak agar dia mampu hidup dengan sesamanya dalam bingkai norma yang baik. Kejujuran, integritas dan loyalitas dengan kebaikan akan senantiasa terbawa dalam kehidupannya dimanapun dia berada dalam meniti kariernya kelak.

=========================
Pati, 27/12)2020
Pelayan SMPIT INSAN MULIA BOARDING SCHOOL PATI, JATENG
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan