IBU, SANG PENAKLUK DUNIA

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. ibrahim:37)

وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلا تَخَافِي وَلا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke Sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (QS. Al Qashash:7)

Dua ayat ini adalah penjelasan Allah bahwa ibu memegang peranan fital dalam mengantarkan kebangkitan dunia.

Ayat yang pertama adalah kisah ketika Nabi Ibrahim as. meninggalkan istri dan anaknya di sebuah lembah yang tandus tanpa seorang teman. Wajar, ibunda Hajar bertanya kepada suaminya, apakah ini keinginan pribadi atau perintah Allah. Ketika mendapat jawaban bahwa hal ini perintah Allah, maka dengan mantap ibunda Hajar menjawab “Kalau begitu, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kami”. Keyakinan akan titah Allah ini yang akhirnya mengantarkan keluarga Ibrahim menjadi pelopor kebangkitan dunia. Dari keluarga ini Mekah, bumi yang tandus itu menjadi sebuah kota yang tidak pernah sepi. Kota yang menjadi pusat ibadah umat Islam. Dari keluarga ini pula lahir para Nabi yang pada zamannya menjadi obor penerang dunia.

Ayat kedua adalah kisah keyakinan ibu Musa dan ketaatannya atas titah Ilahi. Dalam kondisi mencekap karena anaknya terancam dibunuh dengah undang-undang Firaun yang akan membunuh semua bayi laki-laki yang lahir, maka Allah memerintahkan agar sang ibu menghanyutkan anaknya di sungai. Hati ibu mana yang tega membiarkan anak bayinya hanyut dibawa aliran sungai tanpa kejelasan kemana air membawa sang buah hati. Hanya keimanan yang mendasari ibu Musa tega menghanyutkan anaknya sendiri. Namun demikian, keimanan atas perintah Allah membuah hasil. Anak yang dihanyutkan itu akhirnya tumbuh besar menjadi pemimpin yang berhasil menumbangkan kediktatoran Firaun.

Saudaraku, inilah IMAN. yakin atas kuasa Allah dan dengan serta merta tunduk patuh dengan segala titah-Nya. Tidak perlu berfikir yang rijit untuk mengejawantahkan keimanan. Apalagi sampai berfikiran buruk kepada Allah. Cukup taat, dan dengan itu Allah akan mengatur segala titahnya baik yang sesuai dengan hukum alam ataupun dengan kejadian-kejadian aneh atas kuasa-Nya yang di luar batas kemampuan berfikir manusia.

Maka, ibu adalah guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dalam mendidik anak, hendaknya seorang ibu mempunyai landasan iman yang kuat. Mendidik anak-anaknya untuk yakin kepada Allah sekaligus taat kepada semua perintah-Nya tanpa bergeser sedikitpun.

AllahuA’lam

AlfaqirIlaRahmatillah

nanangpati@yahoo.co.id

Pati, 2 Juni 2019

Tebarkan Kebaikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *