Kerja Ikhlas Membawa Berkah

Pada zaman yang hampir semua diukur dengan materi, ikhlas dalam bekerja menjadi perkara yang sulit dilakukan.  Umumnya orang bekerja untuk mendapatkan uang. Jika pekerjaan tersebut dinilai menghasilkan uang banyak, maka pekerjaan itu akan dikerjakan dengan sangat baik. Namun apabila pekerjaan itu dinilai menghasilkan uang sedikit maka kerjanya asal-asalan.

Ikhlas berarti membersihkan tujuan bekerja sebagai ibadah kepada Allah SWT dari segala noda yang mengotorinya. Memfokuskan diri bekerja sebagai ibadah hanya kepada Allah SWT dan bahkan bisa juga berarti tidak memperhatikan alam sekitar karena yang ada di matanya hanyalah Allah SWT. Ikhlas merupakan syarat diterimanya pekerjaan sebagai amal shalih.  Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu ikhlas dalam bekerja agar dapat dinilai sebagai amal shalih.

Ikhlas dalam bekerja bukan berarti orang tersebut tidak membutuhkan uang dalam hidupnya.  Tetapi menomor satukan tujuan ibadah dalam setiap pekerjaannya dan berserah diri kepada Allah Swt sebagai Tuhan penguasa dan pengatur rezeki.  Dengan keikhlasan kita dalam bekerja, ridho Allah Swt akan kita dapatkan dan kebutuhan uang pun akan terpenuhi.  

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang tujuan utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaan dalam kalbunya, menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya”. (HR. Tirmidzi).

Hadist di atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-quran Suroh Ash-Shoffat ayat 40-43, sebagai berikut yang artinya:

“Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan”. (QS. Ash-Shoffat: 40-43).

Akan berbeda halnya dengan orang yang bekerja dengan “TULUS” alias “Tujuan Fulus”, uang akan dia dapatkan, tetapi bisa jadi ridho Allah SWT akan semakin jauh darinya karena uang yang dia dapatkan dari jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya).  Keikhlasan dalam bekerja akan mendapat keutamaan dan keberkahan yang sangat besar”.

Adanya keutamaan dan keberkahan bagi orang yang ikhlas dalam bekerja tersebut seharusnya menjadi motivasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun dimensi dan bentuknya. Karena hanya orang yang ikhlas dalam bekerja yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia.

Dalam tuntunan agama, orang yang ikhlas dalam bekerja adalah orang yang bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan segala urusan dan kepentingan hanya kepada Allah SWT, sehingga kesuksesan datang menghampiri ikhtiarnya.

Untuk menilai tingkat keikhlasan yang dialami saat bekerja, menurut ulama ada tiga tingkatan ikhlas, yaitu :

  1. Tingkatan tertinggi dari nilai ikhlas adalah bekerja merupakan ibadah yang semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT, dengan berserah diri dan tawakkal kepada Allah SWT.
  2. Tingkatan menengah dari nilai ikhlas adalah bekerja merupakan ibadah yang semata-mata mengharapkan pahala dan surganya Allah SWT dan terhindar dari siksa neraka-Nya.
  3. Tingkatan bawah dari nilai ikhlas adalah bekerja merupakan ibadah  kepada Allah dan berniat mendapatkan kebaikan di dunia.

Oleh karena itu, mari berlatih meningkatkan keikhlasan dalam bekerja, karena ikhlas merupakan kompetensi tertinggi dalam implementasi ESQ di dunia kerja yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang ingin berhasil meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

Fitrah diri manusia yang terlahir sempurna akan tercemar saat berperilaku tidak ikhlas. Ketika ikhlas terimplementasi saat bekerja maka segalanya hanya mengharapkan bimbingan Allah SWT untuk memberikan manfaat terbesar bagi setiap orang. Dalam hati yang ikhlas selalu merasakan rasa syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia dalam menerima apa pun yang dialami selama proses menuju yang diinginkan.

Oleh : Usth. Noor Laili Munfarida, S.E.

Tebarkan Kebaikan