KESIBUKANMU MENCARI DUNIA, JANGAN SAMPAI MELENAKANMU DARI KEWAJIBAN MENDIDIK ANAK

#Serial Parenting

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Allah swt berfirman :

(وَلَا تَمُدَّنَّ عَیۡنَیۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦۤ أَزۡوَ ٰ⁠جࣰا مِّنۡهُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا لِنَفۡتِنَهُمۡ فِیهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَیۡرࣱ وَأَبۡقَىٰ ۝ وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَیۡهَاۖ لَا نَسۡـَٔلُكَ رِزۡقࣰاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ)

Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.[Surat Tha-Ha 131 – 132]

Ayah bunda, ayat ini memberikan bimbingan yang sangat dalam kepada setiap orangtua agar sukses mengantarkan anak-anaknya menggapai cita-cita. Sebagai orangtua, sudah barang tentu memiliki kewajiban bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan anak. Namun, semua ikhtiyar itu tidak boleh melupakan dirinya bahwa kewajiban utama orangtua adalah mendidik anak, menjadikannya hamba Allah swt yang dengan sepenuh hati menghambakan diri kepada-Nya. Terutama shalat, sebab menegakkan shalat adalah meletakkan pondasi yang kokoh dalam kehidupan anak di masa depan.

Kebanyakan manusia mudah terlena dengan berbagai perhiasan kehidupan dunia. Harta yang berlimpah, jabatan yang menjadikan dirinya disanjung dan dihormati setiap orang yang berjumpa dengannya, fasilitas hidup serba mewah yang memanjakan kehidupannya. Ketika hal ini sudah melupakan diri seseorang bisa menjadikan mereka lupa bahwa ada kewajiban di di rumah yaitu mendidik putra-putrinya agar komitmen menegakkan shalat dan melaksanakan kewajiban terhadap sang Pencipta dalam kehidupan mereka.

Yang harus dipahami, kekayaan itu hanyalah fasilitas hidup di dunia sebagai jembatan menuju kebahagiaan di akhirat. Karena hanya fasilitas, maka kesibukan mencari harta tidak boleh melupakan tujuan utama perjalanan manusia, yaitu sukses di akhirat. Wabil khusus, kesibukan orangtua mencari harta tidak boleh melupakan dirinya mendidik putra-putrinya.

Anak membutuhkan didikan orangtua sekaligus sosok yang bisa dijadikan contoh dalam membangun kepribadiannya. Banyak harta, bagusnya perabotan rumah dan lengkapnya fasilitas hidup tidak menjamin kebahagiaan anak. Bahagia itu di hati, bukan di fasilitas fisik. Banyak sekali anak yang berasal dari keluarga bergengsi namun justru menemukan kebahagiaan di rumah temannya yang sederhana. Lengkapnya fasilitas TV, WiFi, gadget, kamar ber-AC namun tidak menjadikan mereka nyaman berdiam di rumah. Justru mereka menemukan kebahagiaan di pinggir jalan bersama teman-teman yang bisa menyapa mereka, memahami problematika mereka. Mewahnya rumah ternyata serasa menjadi kuburan karena setiap anggota keluarga sibuk dengan urusannya sendiri, minim interaksi dan komunikasi. Banyak juga anak yang hidup dalam lingkungan yang serba ada, namun tumbuh menjadi manusia egois karena suasana rumah tidak mampu menumbuhkan rasa simpati, empati, gotong royong dan saling menyayangi. Ketika ayah sibuk bekerja, sang ibu yang menjadi wanita karier kehabisan waktu mengurus rumah tangga, anak tumbuh dalam belaian dan didikan pembantu, mendapatkan pelipur lara dari teman dan tetangga, pada saat itulah kegagalan perjalanan menuju surga bersama keluarga terlihat. Setiap keluarga tentunya menginginkan hidup bahagia bersama anak-anaknya, bersama hingga surga. Untuk itulah, ayat ini hadir memberikan bimbingan bagaimana meraih kebahagiaan bersama.

Untuk menggapai hal ini, mulailah dengan menegakkan shalat untuk semua anggota keluarga. Anak harus didik untuk komitmen menjaga shalat sejak dini. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini memberikan petunjuk bagi orangtua agar menumbuhkan kesadaran shalat sejak usia dini. Perintah ini berarti proses penyadaran yang bisa dilakukan dengan nasihat yang diikuti dengan pemberian contoh bahkan reward. Agar proses pendidikan itu terasa indah dan menyenangkan, maka proses penyadaran itu ditanamkan. Barulah ketika kesadaran sudah ada, namun anak sengaja meninggalkan, maka orangtua berkewajiban mengingatkan dengan ketegasan. Shalat adalah pondasi, sebab disitu aqidah ditegakkan, ibadah dilaksanakan dan buahnya adalah akhlak. Seorang anak yang sudah mempunyai komitmen dengan shalat berarti dia sudah mampu merasakan datangnya perintah dari Sang Maha Kuasa. Perasaan ihsan (merasa diawasi Allah swt) hadir dalam hatinya dan terwujud dalam komitmen menjalankan kewajiban-Nya. Buah dari komitmen menegakkan shalat adalah akhlak yang akan menjadi jalan kesuksesan mereka dalam berinteraksi dengan sesama, termasuk juga modal kesuksesan dalam berkarier di dunia kerja. Allah swt berfirman :

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ

Artinya : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. [Surat Al-Ankabut 45]

Begitu strategisnya posisi shalat ini dalam kehidupan sehingga surat Thaha; 131-132 di atas memberikan perhatian khusus agar orangtua selalu memerintahkan anaknya menegakkan shalat. Setelah turunnya ayat ini Rasulullah saw segera menghampiri rumah anaknya, sayyidatina Fatimah dan Ali bin Abi Thalib ra. dan memerintahkan mereka agar menegakkan shalat. Umar bin Khattab ra. ketika bangun untuk melaksanakan shalat malam selalu membangunkan keluarganya pula agar melaksanakan shalat bersamanya. Urwah bin Zubair ra. ketika mendengar cerita tentang mewahnya kehidupan para raja beserta istananya segera kembali ke rumah seraya memberikan nasihat kepada anak-anaknya agar tidak terlena dengan kemewahan dunia dan senantiasa menegakkan shalat.

Begitulah orang-orang mulia itu menaruh perhatian yang sangat besar kepada keluarga agar menjadi orang yang menegakkan shalat. Begitupun seharusnya kita wahai ayah bunda. Perhatikan shalat anak-anak, sebab hal ini adalah pondasi kesuksesan mereka. Di tengah-tengah kesibukan kita, sempatnya untuk memantau shalat anak setiap waktu shalat tiba. Ketika waktu shalat subuh tiba, jangan segan untuk membangunkan mereka. Panggilan lembut, belaian dan motivasi bisa anda berikan sembari memohon kepada Allah swt Dzat yang menggenggam hati anak agar berkenan melunakkan hatinya sehingga mudah dibangunkan. Sebelum anak tidur, sempatkanlah menemani sembari membuat komitmen untuk dibangunkan ketika adzan subuh sudah berkumandang. Betapa indahnya hidup ini ketika setiap pagi seluruh anggota keluarga bangun melaksanakan shalat subuh berjamaah. Insyaallah menjadi rumah tangga yang penuh berkah. Kalau muncul perasaan kasihan melihat pulsanya anak tidur, tentunya kita harus lebih kasihan lagi ketika mereka menjadi santapan api neraka karena menjadi manusia yang melalaikan shalat.

Ayah bunda, proses yang mulia ini bisa jadi tidak semudah yang dibayangkan, namun kita harus tetap melaksanakan sampai berhasil. Untuk itulah Allah swt memberikan arahan agar setiap kita bersabar dalam melaksanakan proses ini. Sekali, dua kali, tiga kali, dan teruskan berkali-kali hingga berhasil menanamkan dalam hati anak bahwa shalat itu kebutuhan. Buat komitmen untuk bangun melaksanakan shalat subuh, bengunkan dia ketika waktunya tiba, hadirkan kelembutan agar dia merasakan bahwa ibadah itu nikmat, berikan reward ketika dia mudah dibangunkan atau bahkan bisa bangun sendiri tanpa diperintahkan dan terkadang perlu juga punisment ketika dengan sengaja dia melalaikannya. Bersabar, bersabar, dan terus bersabar sebab sabar itu harus berlipat ganda, sebagaimana firman Allah swt :

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱصۡبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung. [Surat Ali ‘Imran 200]

Yakinlah bahwa kesabaran kita akan membuahkan hasil. Capeknya kita mengingatkan anak untuk shalat tidak akan sia-sia, sebab setiap amal kebaikan akan dibalas pahala oleh Allah swt. Setiap harta yang kita keluarkan untuk memotivasi anak akan dilipat gandakan oleh-Nya dan yang jelas kesadaran mereka menegakkan shalat akan mengantarkan kepada kesuksesan masa depannya.

Sekali lagi, kesibukan orangtua dalam mencari nafkah tidak boleh melaikan kewajibannya mendidik anak. Obsesi mengantarkan anak ke gerbang kesuksesan tidak boleh meninggalkan hal paling asasi dalam bangunan mental spiritual mereka, sebab bukan kita yang menentukan kesuksesan mereka, namun Allah swt lah yang menggenggam rizki mereka. Dia-lah sang pemberi rizki yang menjamin masa depan anak-anak kita. Dengan pondasi ketaqwaan kepada-Nyalah rizki akan terbuka.

وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجࣰا ۝ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ وَمَن یَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَیۡءࣲ قَدۡرࣰا

Artinya : Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.[Surat Ath-Thalaq 2 – 3]

Sebagai seorang manusia yang pasti akan mati, yang menjadi sangat penting adalah menjadikan harta kekayaan itu terbawa dan menjadi sumber kebahagiaan hingga di akhirat. Jangan biarkan harta anda tertinggal di dunia. Dan langkah penting yang harus ditempuh adalah menyiapkan pewaris yang sadar akan pentingnya memanfaatkan harta peninggalan orangtuanya untuk membahagiakan mereka di alam sana. Betapa sengsaranya orangtua ketika bekerja keras siang malam, membanting tulang hingga melupakan kewajiban, namun lupa bahwa dia harus membekali anaknya keyakinan kepada Sang Pencipta hingga akhirnya anaknya tumbuh dalam lingkungan yang tidak mengenal Sang Pencipta, minim nilai-nilai taqwa dan akhirnya harta yang dia tinggalkan tidak membekas sama sekali untuk kehidupan akhiratnya. Naudzubillah min dzalik

==========================
Pati, 11/10/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Full day and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan