KALAU (LDR) HARUS JADI PILIHAN
=========================
INSPIRASI QUR’ANI
MEMBANGUN KELUARGA SAMAWA
20 Ramadhan 1443 H
22 April 2022 M
==========================
Allah Swt. berfirman :
{ وَأَصۡبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَـٰرِغًاۖ إِن كَادَتۡ لَتُبۡدِی بِهِۦ لَوۡلَاۤ أَن رَّبَطۡنَا عَلَىٰ قَلۡبِهَا لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ }
Artinya : Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). [Surat Al-Qashash: 10]
Ayat ini berbicara tentang kisah Aminah, ibunya Nabi Musa a.s. yang hatinya gundah gulana karena harus berpisah dengan sang buah hati tercinta. Seorang anak yang dikandung selama berbulan-bulan dan dilahirkan dengan sepenuh perjuangan harus di diikhlaskan menjauh dari kehidupannya demi sebuah masa depan. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk bersanding menikmati kehidupan memaksa mereka berpisah sesaat hingga Allah Swt. menentukan takdir terbaik untuk mereka. Secara naluri tentu berat berpisah dengan buah hati tercinta. Apalagi meninggalkannya sendiri dalam kondisi masih bayi di atas aliran sungai yang entah kemana akan membawanya. Bisa dibayangkan, betapa hancurnya hati seorang ibu. Begitulah perasaan hati ibu Nabi Musa a.s. Satu-satunya yang menguatkan perasaannya adalah jaminan Allah Swt dan janji-Nya untuk mengembalikan sang buah hati ke atas pangkuannya.
Saudaraku, saya mencoba mengambil inspirasi ayat ini untuk anda yang terpaksa harus menikmati kondisi Long Distance Relationship (LDR). Harus berpisah dari pasangan, bertemu hanya saat-saat tertentu, bahkan bisa jadi tidak tiap tahun bisa melepas rindu, tentu bukan cita-cita setiap orang. Suami-istri yang dalam istilah Jawa disebut Garwo (sigarane nyowo), tentunya memiliki hubungan teramat sangat erat. Mana mungkin nyawa dipisahkan dari raga. Namun, kondisi yang memaksa untuk tidak bisa memilih. Demi menyambung hidup, harus berkerja di luar kota. Demi karier harus meninggalkan keluarga tercinta. Sulit, tentu sudah pasti. Rindu, tentu sudah tentu.
Menahan rindu dan menjaga kesetiaan adalah pilihan terbaik sembari berharap akan tiba saatnya bersatu kembali. Maka, prinsip yang harus dipegang oleh pasangan ini adalah :
1. Pegang Teguh Janji Suci
Pernikahan adalah ikatan suci dengan mengatas namakan Allah Swt. Menghalal kehormatan seorang wanita dengan mengatasnamakan Allah Swt dengan ijab qabul pernikahan antara wali perempuan dengan mempelai laki-laki. Tentu ini bernilai sangat besar, hingga Allah Swt mengistilahkannya dengan kalimat mitsaqan ghalidha
{ وَكَیۡفَ تَأۡخُذُونَهُۥ وَقَدۡ أَفۡضَىٰ بَعۡضُكُمۡ إِلَىٰ بَعۡضࣲ وَأَخَذۡنَ مِنكُم مِّیثَـٰقًا غَلِیظࣰا }
Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat [Surat An-Nisa’: 21]
Perjanjian agung yang meleburkan dua jiwa menjadi satu, dua kepentingan menjadi satu dan dua visi menjadi satu visi membangun keluarga sang sakinah mawaddah wa rahmah yang memberikan ketentraman dalam jiwa masing-masing suami dan istri. Inilah yang diwasiatkan Rasulullah saw. ketika haji wada’ agar setiap suami selalu menjaga ikatan suci pernikahan, sebab dia menggunakan nama Allah Swt dalam membangun hubungan. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Jabir tentang khutbah haji wada’, bahwa Nabi saw. di dalamnya antara lain mengatakan:
“وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُروجهن بِكَلِمَة اللَّهِ”
Artinya : Berwasiatlah kalian dengan kebaikan sehubungan dengan wanita, karena sesungguhnya kalian mengambil (memperistri) mereka dengan amanat dari Allah dan kalian halalkan farji mereka dengan menyebut kalimah Allah. (HR. Muslim)
Kalimat mitsaqan ghalidha ini begitu spesial, sebab hanya digunakan Allah Swt. dalam tiga momentum yang teramat sangat penting, yaitu ketika Dia mengambil sumpah Rasul Ulul Azmi yang merupakan Rasul istimewa yang diberikan keutamaan khusus dari-Nya. Selanjutnya ketika Dia mengambil sumpah Bani Israil untuk berkomitmen atas semua perintah-Nya sembari diangkat mengangkat bukit Tursina di atasnya. Sungguh bukan janji yang main-main. Bukan janji sembarang janji. Demikian pula yang diucapkan seorang suami kepada calon mertuanya, tentu harus memunculkan sebuah tanggungjawab yang harus dijunjung tinggi.
Bagi anda yang harus menikmati LDR ingatlah selalu hal ini agar bayangan tanggungjawab itu selalu terngiang dalam ingatan. Bukankah sudah menjadi identitas seorang mukmin untuk selalu menepati janjinya. Allah Swt berfirman :
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَوۡفُوا۟ بِٱلۡعُقُودِۚ }
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. [Surat Al-Ma’idah: 1]
Ingat selalu Allah Swt dimanapun anda berada, penuhilah janjimu dan berkomitlah untuk selalu menjadi orang yang bertanggungjawab. Semua yang kita lakukan harus dipertanggungjawabkan. Di dunia akan dipertanggungjawabkan dihadapan pasangan, orangtua, mertua dan masyarakat serta di hadapan hukum. Di akhirat, tentu Allah Swt Sang Maha Bijaksana akan selalu meminta pertanggungjawaban atas semuanya
2. Jaga Diri Agar Tidak ke Lain Hati
Pernikahan terjadi ketika ada saling percaya untuk hidup bersama. Mengarungi bahtera rumah tangga dalam kondisi tidak bersama tentu butuh perjuangan. Namun, bayang-bayang pengawasan Allah Swt akan mampu meneguhkan janji suci itu. Maka sandarkan diri pada Ilahi. Lihatlah firman Allah Swt di atas. Satu-satunya yang mampu meneguhkan hati ibu Nabi Musa a.s. adalah hidayah Allah Swt. Maka, tanamkan keimanan dalam dalam di dalam diri agar mampu memunculkan ketenangan di jiwa. Perasaan ihsan, yaitu merasakan kehadiran Allah Swt di dalam seluruh detik kehidupan kita akan menjadi kendali paling kuat agar kesetiaan itu tetap melekat.
Godaan, sudah barang tentu akan mewarnai kehidupan. Jangankan yang LDR, yang di rumah pun tidak akan lepas dari hal itu. Yang harus kita pahami adalah, bukan masalah ada atau tidaknya godaan, namun bagaimana menyikapi godaan yang datang agar benteng kesetiaan itu tetap kokoh.
Selain ihsan sebagaimana yang disebutkan di atas, kalau memungkinkan buatlah jadwal rutin pulang agar kerinduan itu cepat terobati. Khalifah Umar bin Khattab r.a. pernah menentukan roling pasukan perang setiap empat bulan sekali agar kerinduan istri kepada suaminya terobati, sehingga keluarga itu terhindar dari fitnah. Hal ini ditetapkan setelah beliau menemukan seorang wanita yang mendendangkan syair kerinduan setelah beberapa bulan ditinggal pergi suaminya berjihad.
Bagi anda yang jauh dengan pasangan, buatlah jadwal rutin pulang sesuai dengan kondisi yang memungkinkan sehingga saat-saat itu akan menjadi saat terindah yang sangat dinanti-nanti. Tentunya, semakin cepat pertemuan semakin baik. Bukanlah kedekatan itu tercipta karena adanya kebersamaan. Bagus pula kalau anda sesekali memberikan kejutan dengan pulang lebih cepat, sebab hal itu akan semakin menambah eratkan ikatan cinta. Pastikan hal ini terwujud, sebab mawaddah itu terwujud dengan adanya hubungan antara suami dan istri sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas dan Mujahid.
Bangunlah hubungan yang spesial dengan pasangan agar hati terus tertambat. Video call, berkirim pesan dan cara lainnya bisa menjadi sarana mengeratkan hubungan sebagai ganti kencan. Hubungan ini akan semakin menguatkan kerinduan untuk bertemu sehingga semakin kuatkan ikatan suci itu. Karena sesungguhnya hubungan suami-istri adalah hubungan yang sangat dekat, mau perpisahan mestinya akan menimbulkan “luka” dalam hati yang perlu diobati setiap saat. Jadikanlah hubungan online itu menjadi alternatif untuk membendung godaan dari luar. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. :
“Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.” (HR. Tirmidzi)
Walaupun kontek hadis ini tidak dalam suasana LDR, namun minimal menghubungi pasangan melalui salurang daring bisa menjadi sedikit pelipur lara, atau bisa jadi suatu saat anda menyempatkan pulang di luar jadwal demi sebuah kesucian dan kebersihan jiwa.
Untuk mengendalikan nafsu yang begitu membuncah, Rasulullah saw juga memberikan tip’s dengan cara memperbanyak puasa, sebagaimana sabda beliau :
“Hai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah, karena menikah dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum sanggup menikah, berpuasalah, karena puasa akan menjadi benteng baginya.” (HR Muttafaq ‘alaih).
Puasa akan mengendalikan nafsu sekaligus membimbing agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan. Rajinlah puasa sunah, entah itu puasa Senin-Kamis atau puasa Dawud. Dengan itu, tidak hanya ketenangan yang anda dapatkan, namun juga hikmah LDR itu semakin mendekatkan anda dengan Allah Swt.
Habiskan waktumu untuk hal-hal yang bermanfaat. Setelah bekerja, carilah komunitas kebaikan, club’ olahraga, jamaah pengajian, atau komunitas positif lain agar waktumu habis bukan dengan melamun, namun terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Ingatlah bahwa melamun akan menjadikan jiwa kosong. Jiwa yang kosong akan menyebabkan setan mudah merasuk untuk membisikkan keburukan.
Berjauhan tidak berarti tidak ada komunikasi. Sebaliknya, justru karena berjauhan bisa menjadi cinta semakin melekat, pertemuan yang ditunggu-tunggu menjadi momentum yang luar biasa. Begitulah Nabi Ibrahim a.s. yang berjauhan dengan Siti Hajar tetap mempunyai hubungan yang erat. Beberapa waktu Nabi Ibrahim a.s. datang menjenguk keluarganya yang beliau tinggalkan di Mekah, kota penuh berkah itu dan beliau memberikan pesan-pesan penting untuk mereka hingga membangun Ka’bah dan meninggalkan syariat haji yang terus hidup hingga akhir zaman.
Begitupun kita mengambil pelajaran dari junjungan kita Rasulullah saw. yang ditinggalkan sang istri tercinta, Siti Khadijah r.a. namun tetap saja mempunyai hubungan spesial yang tidak bisa dipisahkan dengan apapun juga.
Ketika ikatan cinta dilandasi karena Allah Swt., maka semua bisa berjalan demi meraih ridha-Nya. Selalu mengingat-Nya ketika ada godaan, mengingat amanah besar dalam akad nikah, selalu mengingat kebaikan yang telah diberikan oleh masing-masing pasangan agar memunculkan empati. Malulah diri ini kalau sang suami pergi jauh di sana untuk mencari nafkah, mencukupi kebutuhannya, merangkak demi membahagiakannya, namun ternyata sang istri berkhianat dengan berselingkuh dengan laki-laki lain. Demikian pula sebaliknya, seorang suami yang baik tidak akan mudah tertarik dengan wanita lain, sedangkan sang istri nan jauh disana berjuang memendam rindu, menjaga rumah dan anak-anak demi meniti masa depan bersama dalam keluarga yang dicintainya.
3. Tentukan Waktu Untuk Bersatu Kembali
Tentu, kondisi LDR ini tidak boleh berjalan selamanya. Harus ada batas waktu, agar masing-masing merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tentukan lah batas waktu, kapan anda akan kembali berkumpul dalam naungan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, bersama-sama menikmati suka dukanya kehidupan berumah tangga. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda menjelaskan kebahagiaan berkeluarga yang sesungguhnya.
Rasullullah saw bersabda, “Ada empat perkara dari kebahagiaan seseorang, yaitu : pasangan hidup yang shalihah, anak – anak yang baik/berbakti, pergaulaannya adalah dengan orang–orang yang sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri. (HR Dailami)
Tentu, kita meyakini bahwa sakinah, mawaddah wa rahmah itu akan mudah tercapai ketika berkumpul dengan keluarga. Ketika seorang istri berada di samping sang suami sehingga mudah bersandar di pundaknya. Ketika seorang suami berkumpul dengan istrinya sehingga mudah menemukan ketenangan jiwanya. Oleh karena itu, kondisi LDR ini jangan dibiarkan terus menerus. Akan tiba saatnya anda harus memberanikan diri menerima berbagai kondisi dan tantangan untuk kembali pulang ke kampung halaman agar bisa berkumpul dengan keluarga, atau sebaliknya anda bawa keluarga mendekat ke tempat aktifitas anda.
Kapan? Tentu anda yang lebih tahu kondisi. Sulit !!! Bukankah Anda punya Allah Swt yang senantiasa membuka tangan untuk orang-orang yang bermunajat meminta bantuan kepada-Nya. Sampaikanlah gundah gulana, hati yang merana kepada-Nya saja hingga Dia jadikan anda orang yang paling dekat dengan-Nya dengan do’a demi do’a yang anda panjatkan. Ingatlah kisah Nabi Ya’kub a.s. ketika begitu sedihnya memendam kerinduan kepada anaknya yang terbuang dari kehidupannya. Maka dalam do’a beliau berujar :
{ قَالَ إِنَّمَاۤ أَشۡكُوا۟ بَثِّی وَحُزۡنِیۤ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ }
Artinya : Ya’qub menjawab, “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” [Surat Yusuf: 86]
Begitulah Nabi Ya’kub a.s. memendam rindu dan terus menyampaikan keluh kesah dan harapannya kepada sang penguasa alam semesta hingga tiba saatnya mereka dipertemukan dalam momen yang sangat indah.
Berhati-hatilah curhat dan mengiba kepada manusia, sebab kalau tidak hati-hati justru hal itu menjadi jalan setan untuk memasukkan kerusakan dalam rumah tangga. Berapa banyak orang yang awalnya curhat, mencari simpati, berharap dapat penguatan, namun justru terjatuh di pelukan orang lain. Awalnya simpati, hingga berlanjut hubungan spesial, seakan dia lebih perhatian dari pasangannya hingga terjadi apa yang seharusnya tidak terjadi. Begitulah setan membuat jalan berliku yang dihiasi dengan berbagai hal hingga terasa indah, padahal sejatinya terjal dan berliku. Walaupun kondisi berjauhan, temukanlah waktu untuk sekedar curhat dengan pasangan. Jadikan media komunikasi/internet mendekatkan jarak anda. Jauhnya jarak akan mendekatkan emosi ketika komunikasi dibangun secara intensif. Seorang istri tetap mendapatkan tempat bersandar ketika curahan hatinya tertambat dalam pola komunikasi yang teratur. Seorang suami, jangan pernah merasa bosan mendengarkan cerhatan istri. Jangan pernah terucap, setiap nelpon itu-itu saja yang kamu omongin. Ingatlah, bahwa kalau istri anda cerhat ke anda, berarti dia istri yang setia. Bisa anda bayangkan kalau dia memilih orang lain sebagai tempat curhat, kemudia berduaan di rumah, semakin dekat dan sangat dekat, bukankah ini lebih berbahaya? Bersyukurlah dan biarkanlah dia mencurahkan segala uneg-uneg nya dan tugas Anda adalah menjadi pendengar yang baik.
Sembari terus berusaha mencari solusi yang bisa mendekatkan, teruslah mendekat dan mengiba kepada-Nya saja, sebab Dia yang berjanji akan mengabulkan semua do’a yang dipanjatkan hamba-Nya.
{ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ }
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [Surat Al-Baqarah: 186]
Aminah, ibu Nabi Musa a.s. akhirnya berkumpul dengan bayinya tercinta. Nabi Ya’qub a.s. akhirnya berkumpul kembali dengan anak yang selama ini dikasihi, NabinYusuf a.s. dan anda-pun insyaallah akan kembali berkumpul dengan pasangan anda, memadu cinta dalam rumah tangga, membina keluarga yang bahagia, dalam naungan Ridha Allah Swt. Amin.
==========================
Pati,
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI JATENG
Fullday and Boarding School
nanangsmpit@gmail.com