KISAH SEMANGAT PARA ULAMA’ MENGKHATAMKAN AL QURAN

===================
Hari ke-30
30 Hari Mencari Inspirasi

????????????????

Para ulama mempunyai semangat yang luar biasa dalam hal berinteraksi bersama Alquran, termasuk dalam hal mengkhatamkan Alquran. Mereka mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal mengkhatamkan Alquran. Ada yang mengkhatamkan Alquran dalam waktu setiap dua bulan sekali, ada yang satu bulan sekali, ada yang setiap sepuluh hari sekali, sepekan sekali. Banyak juga yang mengkhatamkan Alquran dalam waktu sehari sekali khatam, bahkan beberapa kali khatam dalam sehari. Imam Nawawi dalam kitab At Tibyan fi Adabi Khamalatil Quran menyampaikan khataman tercepat yang beliau dapatkan adalah delapan kali khatam dalam waktu sehari semalam.

Diantara ulama yang mengkhatamkan Alquran dalam waktu sehari semalam satu kali khatam adalah Usman bin Affan, Tamim Ad Dari, Said bin Jubair, Mujahid, Imam Syafii dan lainnya.
Diantara ulama yang mengkhatamkan Alquran sehari semalam tiga kali khataman adalah Salim bin Itr, Qadhi Mesir pada masa kepemipinan khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan. Ada juga Abu Bakar bin Abi Dawud yang mengkhatamkan Alquran tiga kali dalam waktu satu malam. Adapun Abu Umar al Kindi mampu mengkhatamkan Alquran empat kali dalam satu malam. Adapun Imam Ibnul Katib terbiasa menghatamkan Alquran empat kali di waktu siang dan empat kali di waktu malam hari.

Selain banyaknya para ulama yang mengkhatamkan Alquran dalam waktu sehari semalam, ada juga ulama yang mempunyai kebiasaan mengkhatamkan Alquran dalam waktu yang sangat pendek. Diantara mereka adalah Abbad at Tabiin yang terbiasa mengkhatamkan Alquran diantara waktu maghrib dan isyak atau antara duhur dan ashar. Bahkan di bulan Ramadhan beliau mampu mengkhatamkan Alquran di waktu antara maghrib dan isyak sebanyak dua kali khatam. Ulama lain yang terbiasa mengkhatamkan seperti ini ada Imam Mujahid dan Ali Al Azdi.

Ada pula para ulama yang mempunyai kebiasaan mengkhatamkan Alquran dalam satu rakaat salatnya yaitu adalah Usman bin Affan, Tamim Ad Dari, Said bin jubair dan lainnya.
Ada juga seorang ulama yang bernama Al Aswad bin Yazid, seorang ulama besar tabiin, bisa mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan setiap dua malam. Al Aswad biasa mengkhatamkan Alquran di bulan Ramadhan setiap dua malam. Di luar bulan Ramadhan, beliau biasa mengkhatamkan Al-Quran dalam enam malam. Waktu istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya
Ada seorang ulama di kalangan tabiin yang bernama Qatadah bin Daamah, salah seorang murid dari Anas bin Malik ra. Beliau ini sampai dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai ulama pakar tafsir dan paham akan perselisihan ulama dalam masalah tafsir. Sampai-sampai Sufyan Ats-Tsaury mengatakan bahwa tidak ada di muka bumi ini yang semisal Qatadah. Salam bin Abu Muthi pernah mengatakan tentang semangat Qatadah dalam berinteraksi dengan Al-Quran : “Qatadah biasanya mengkhatamkan Al-Quran dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.”

Ibnu Asakir adalah seorang ulama hadits dari negeri Syam, dengan julukan Abul Qasim, beliau penulis kitab yang terkenal yaitu Tarikh Dimasyq. Anaknya yang bernama Al Qasim mengatakan mengenai bapaknya : “Ibnu Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jamaah dan tilawah Alquran. Beliau biasa mengkhatamkan Alquran setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Alquran setiap hari. Beliau biasa beritikaf di Al-Manarah Asy Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.”

HIKMAH

  1. Mengkhatamkan Alquran, selain ibadah adalah salah satu strategi untuk menanamkan perasaan optimis bagi para penghafal Alquran. Intensitas mengkhatamkan Alquran akan memunculkan perasaan bahwa 30 juz itu sangat terjangkau. Sebagaimana orang yang sering melakukan perjalanan Semarang-Jakarta, pasti akan merasa bahwa jarak tempuh antar kota itu sangat dekat. Berbeda halnya apabila ada orang yang tidak pernah atau jarang melakukan perjalanan itu, akan terbayang baginya sebuah perjalanan yang sangat panjang, melelahkan bahkan tidak terjangkau.
  2. Membaca Alquran sampai khatam juga akan membantu mengenal karakter juz demi juz, ayat demi ayat, melancarkan ayat yang sudah familier sekaligus mengakrabkan ayat yang asing. Dengan hal ini, ketika proses menghafal akan terasa lebih ringan. Ibarat musafir yang sudah kenal medan perjalanan akan dengan mudah melalui langkah demi langkah, melalui rintangan demi rintangan. Bahkan bagi orang yang sudah sangat sering melewati suatu medan tidak menutup kemungkinan akan mendapatkan jalan alternatif untuk sampai ke tujuan dengan waktu lebih cepat.
  3. Membaca Alquran adalah bentuk dzikir kepada Allah swt. Sangat dianjurkan bagi orang beriman untuk memperbanyak dzikir sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Ahzab 41 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzab; 41)

Dengan sarana menghafal Alquran seorang manusia akan mampu melakukan dzikir dengan sebanyak-banyaknya, sebab Alquran adalah dzikir yang paling utama dibandingkan dengan dzikir yang lain sebagaimana dikatakan Imam Nawawi dalam kitab Al Adzkar. Untuk mencapai derajat dzikran kasiran ini seorang ahlul Quran bisa mengisi waktunya dengan mengulang-ulang hafalannya tidak hanya pada saat di masjid atau mushala, atau menunggu ketika ada mushaf Alquran. Di setiap kesempatan mereka bisa memproduksi pahala dzikir baik dalam kondisi berdiri, duduk maupun berbaring. Kondisi inilah yang diinginkan Allah swt dengan memberikan predikat manusia ulul albab sebagaimana firman-Nya di surat Ali Imran; 190-191 :

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.(QS. Ali Imran; 190-191)

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 30 Ramadhan 1442 H/22 Mei 2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI JATENG
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan