=======================
Allah swt berfirman :
(قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِی فَلَا تَسۡـَٔلۡنِی عَن شَیۡءٍ حَتَّىٰۤ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرࣰا)
Artinya : Dia berkata, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” [Surat Al-Kahfi 70]
Saudaraku, para guru
Pernahkah Anda merasakan insiden di kelas?
Merasa anak-anak tidak mengikuti aturan yang kita buat?
Atau bahkan menghukum anak, namun akhirnya mereka dendam kepada kita?
Ayat ini menceritakan kisah Nabi Musa as yang akan berguru kepada seorang alim, yang dikatakan oleh Allah swt bahwa ilmunya melebihi keilmuannya. Maka begitu dia bertemu dengan orang yang telah diketahui ciri-cirinya itu, dia-pun memohon izin untuk berguru. Sebagai seorang yang alim, Nabi Khidzir as. tidak begitu saja menerima permintaan seseorang. Terlebih dahulu beliau menyampaikan persyaratan dan mekanisme yang harus dilakukan dalam perjalanan pembelajaran itu. Maka beliau menyampaikan, : “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” Inilah konsensus yang dibangun antara guru dan murid itu sebelum mereka mengarungi bahtera dalam rangka menimba ilmu. Terbayang kan, bagaimana seharusnya kita memulai proses pembelajaran. Sungguh ayat ini sangat menginspirasi bagi para guru seperti anda. Mari kita kupas. Let’s go
Kesuksesan sebuah pembelajaran ditentukan dari tercapainya konsensus antara guru dan murid. Guru yang datang untuk memberi ilmu dan murid yang datang untuk berguru. Kesadaran terhadap hak dan kewajiban masing-masing akan membuat suasana pembelajaran kondusif sehingga bisa mencapai apa yang diinginkan. Sebaliknya, ketika murid tidak memahami hak dan kewajibannya, dan guru tidak menguasai manajemen kelas yang baik akan berpotensi menimbulkan hambatan dalam pencapaian target pembelajaran.
Salah satu hal terpenting dalam memulai proses pembelajaran adalah membuat kontrak belajar antara guru dengan siswa.
Mengapa demikian?
Mari kita temukan jawabannya dari ayat yang inspiratif ini
Pasti anda ingin suasana pembelajaran mendukung untuk menyampaikan ilmu. Nah, yuk mulai dengan membuat kontrak belajar di awal pertemuan. Anda harus menyampaikan kepada murid anda, Bagaimana sistem pembelajarannya, apa yang harus dilakukan murid ketika belum paham, bagaimana adab bertanya, cara meminta izin keluar kelas. Jangan lupa, anda harus melengkapi kontrak belajar itu dengan konsekuensi logis dari apa yang diterima murid ketika tidak menaati aturan. Dengan kontrak belajar ini murid jadi memahami bagaimana seharusnya dia bersikap dan memahami apa yang akan diterima ketika tidak menaati aturan.
Kontrak Belajar Sukses, Anda-pun Siap Melesat
Tahukah anda, bagaimana proses pembelajaran guru dan murid yang menginspirasi ini? So, mari kita bedah kembali
Di “ruang kelas” Nabi Khidzir as ternyata tidak berjalan mulus seperti harapan. Wajar jikalau seorang murid lupa dengan apa yang diinginkan oleh gurunya. Bahkan wajar seorang murid kadang kala “nakal” dihadapan gurunya. Sebab manusia memang tempatnya salah dan lupa. Namun, dengan kontrak belajar itu dengan mudah sang guru akan mengingatkan kembali kesepakatan yang sudah dibangun oleh mereka. Maka, ketika Nabi Musa as bertanya tentang kapal yang dirusak tanpa sadar bahwa itu adalah pelanggaran, dengan mudah Nabi Khidzir as. mengingatkan tentang komitmen itu. Sebaliknya, sang murid-pun dengan cepat segera sadar bahwa dia telah melanggar. Bagaimana, indahkan suasana belajarnya? Yuk, kita bawa suasana ini di kelas agar semakin bersinar cahaya ilmu di ruang hati murid kita
Indahnya proses ini adalah ketika dengan mudahnya sang guru memaafkan muridnya yang lupa. Jadi, menjadi seorang guru harus berlapang dada atas kondisi muridnya. Dia bisa melihat mana kelalaian yang wajar dan mana yang sengaja melanggar komitmen. Dengan hal ini sang murid-pun akan nyaman bersama dengan gurunya. Kesadarannya muncul yang mendorongnya untuk meminta maaf atas kesalahan yang tidak disengaja itu. Sungguh suasana yang indah, ketika seorang guru dan murid sama-sama mampu menunjukkan suasana hati yang jernih. Bukan hanya materi yang diajarkan, namun perilaku sang guru itu sendiri menjadi pelajaran yang teramat sangat berharga bagi muridnya. Yuk, dahsyatkan jiwamu guru
Bagaimana cara guru meluruskan muridnya? Mari kita lihat ayat berikut :
(قَالَ أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِیعَ مَعِیَ صَبۡرࣰا)
Artinya : Dia (Khidir) berkata, “Bukankah aku telah berkata, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku’. [Surat Al-Kahfi 72]
Coba rasakan keindahan bahasa Alquran yang terbentang ini. Sekaligus tentunya anda akan menemukan tingginya tuntunan yang dihidangkan. Pantangan bagi seorang guru mencerca, menghina apalagi mempermalukan seorang murid yang sedang lupa. Cukuplah dia mengingatkan akan komitmen awal, mengajak murid kembali mengingat cita-citanya, harapan orangtua dan guru-gurunya, insyaallah itu akan menjadikan hati murid kembali bersinar. Ingat dari kealpaannya untuk bisa kembali ke dalam proses pembelajaran yang diinginkan. Syahdu bukan
Dengan sikap guru yang lapang inilah, seorang murid akan menyadari kesalahannya dengan Kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri. Maka Nabi Musa as. mengatakan dengan kejujuran dirinya : ” Musa berkata, “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.” [QS. Al Kahfi; 73]. Guru yang mulia akan menurunkan kemuliaannya kepada muridnya. Guru yang cerdas akan menurunkan kecerdasannya kepada muridnya. Mari munculkan cahaya ilmumu agar menerangi semesta
Pegang Kuncinya, Membangun Konsistensi
Anda galau karena murid yang ndablek? Mari kita menyusuri hikmah yang dalam dari ayat ini
Selanjutnya, kita diajarkan tentang sebuah konsistensi. Ketika Nabi Musa as. kembali melanggar kontrak belajar, maka konsekuensi dari pelanggaran itupun harus ditegakkan. Di sini peran anda sebagai guru akan diuji, bersiaplah menjadi guru yang hebat.
Peraturan dibuat untuk ditaati, bukan untuk dilanggar atau bahkan disiasati. Konsistensi guru dalam mengawal kontrak belajar akan menjadi penentu kesuksesan proses pembelajaran. Konsistensi ini bukan berarti seorang guru harus galak. Apalagi menjadi seorang guru yang killer, membunuh karakter, menekan mental, mengeraskan kepekaan jiwa. Bukan…bukan itu yang dimaksudkan. Cukup dengan menjaga konsistensi atas semua yang sudah disepakati, itu akan menjadi sebab murid menemukan ilmu yang dicarinya.
Lihatlah lanjutan kisah ini. Ketika Nabi Musa as kembali melanggar komitmen, maka kembali Nabi Khidzir as. mengingatkan kontrak yang telah mereka bangun. Dengan hal itu, kesadaran sang murid bahwa dia kembali alpa tumbuh. Kesadaran ini yang membimbing dia mempunyai kesadaran menerima segala konsekuensi yang harus dirasakan. So, para guru…paham kan, apa yang harus anda tanamkan?.
Apabila kesadaran ini berhasil dibangun, akan memunculkan karakter yang dahsyat dalam jiwa anak. Kalau toh seorang guru harus memberikan hukuman, maka sang murid akan legowo menerima hal itu sebagai akibat dari pelanggaran yang dilakukannya. Bagaimana kesadaran itu muncul, mari kita lihat pernyataan seorang murid itu : .” Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.” [QS. Al Kahfi; 76]
Tugas guru yang utama ketika terpaksa memberikan hukuman adalah memahamkan kepada murid akan kesalahannya. Jangan sampai seorang murid dihukum tanpa tahu kesalahan yang telah dilakukan. Hal ini hanya akan menimbulkan kekecewaan, bahkan dendam. Maka, tidak perlu guru marah-marah, karena hanya akan menjadikan anda cepat tua, hehehe… cukup jelaskan bahwa dia telah melanggar. Ingatkan kembali bahwa dulu sudah dibuat kontrak belajar bersama. Tunjukkan dimana letak kesalahannya dan bimbing cara memperbaikinya. Sampai sini, paham kan!!!!
Selanjutnya, ketika kesalahan itu terus berulang, tindakan tegas itu menjadi sebuah solusi. Hal inilah yang terjadi atas seorang Nabi Musa as dan sang guru, Nabi Khidzir as. Yang menarik adalah sang guru tidak serta Merta mengusir muridnya yang “bandel” itu. Sebelum hukuman itu ditimpakan, terlebih dahulu beliau jelaskan dengan detail setiap hikmah dari perjalanan yang telah dilaluinya.
Ingat, ketegasan tidak identik dengan kekerasan. Ketika memang nasihat sudah tidak lagi mempan, perpisahan menjadi alternatif dalam rangka menyadarkan tentang kebaikan. Ketika terpaksa mengeluarkan murid, maka harus dipahami dan dipahamkan kepadanya bahwa ini adalah bagian dari pendidikan. Ada tipe manusia yang susah disadarkan dengan lisan, maka dia harus diingatkan dengan tindakan. Tidak ada kebencian, tidak ada demdam, seorang guru hanya menginginkan bahwa perpisahan itu begitu berkesan bagi muridnya untuk kembali menyadari bahwa di setiap sudut kehidupan ini ada norma yang harus dipatuhi. Hal inilah yang akan menjadi bekal sang murid untuk kembali membangun komitmen di tempat lain sehingga tidak mengulangi kembali kesalahan yang pernah dia lakukan. Kebayang bukan, betapa indahnya menjadi guru
Saudaraku, inilah indahnya Alquran yang membimbing para guru dan muridnya dalam menemukan hikmah Ilahi dalam kehidupan pembelajaran. Semua sudah terhampar. Ayat demi ayat dipaparkan dengan gamblang. Kewajiban kita adalah mengimani dan mengkaji ayat-ayat Alquran untuk dijadikan pedoman dalam meniti kehidupan.
(لَقَدۡ كَانَ فِی قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةࣱ لِّأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِۗ مَا كَانَ حَدِیثࣰا یُفۡتَرَىٰ وَلَـٰكِن تَصۡدِیقَ ٱلَّذِی بَیۡنَ یَدَیۡهِ وَتَفۡصِیلَ كُلِّ شَیۡءࣲ وَهُدࣰى وَرَحۡمَةࣰ لِّقَوۡمࣲ یُؤۡمِنُونَ)
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.[Surat Yusuf 111]
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 3/9/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id