====================
Inspirasi Qur’ani
Al Qur’an Panduan Guru
Allah swt berfirman :
{ كَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا فِیكُمۡ رَسُولࣰا مِّنكُمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡكُمۡ ءَایَـٰتِنَا وَیُزَكِّیكُمۡ وَیُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَیُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُوا۟ تَعۡلَمُونَ }
Artinya : Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui. Karena itu, [Surat Al-Baqarah: 151]
Inilah kurikulum pendidikan Islam yang terbukti mampu melahirkan generasi-generasi hebat yang pernah menerangi dua per tiga belahan dunia dengan sinar Islam. Kurikulum ini terbukti mampu menghantarkan masyarakat jahiliyah berubah menjadi masyarakat Madani yang penuh dengan peradaban yang mulia. Maka sudah selayaknya kita menyusuri jalan kesuksesan itu untuk kembali mereguk kejayaan.
Yang pertama, pendidikan mengajarkan kepada anak-anak tentang ilmu Allah SWT yang tersebar di berbagai disiplin ilmu. Di sini tidak ada dikotomi antara ilmu agama maupun ilmu eksak, semua ilmu-Nya. Maka ajarilah anak-anakmu matematika, fisika, kimia, tafsir, hadis dan berbagai disiplin ilmu lainnya sesuai kecenderungan yang ada dalam dirinya. Umat ini butuh ahli astronomi, juga butuh pakar nuklir, sebagaimana juga umat ini sangat membutuhkan para politisi ulung untuk menegakkan kembali nilai-nilai Ilahiyah. Umat ini juga butuh generasi ulama’ yang menguasai berbagai cabang ilmu agama agar ada rujukan dalam pengambilan kebijakan sebagai mitra sekaligus penyeleras para pemimpin. Biarlah anak-anak kita mengembara mendalami berbagai disiplin ilmu kemanapun sumber ilmu itu berada asal hatinya masih terkait dengan nilai-nilai spiritual yang diajarkan. Biarlah otak mereka di Jerman, namun hatinya tetap di Mekah.
Semua yang tersebar di alam semesta ini adalah ilmu (ayat) Allah SWT yang kalau dipelajari niscaya mampu menjadikan hati manusia tertaut tunduk dengan kebesaran-Nya. Allah SWT berfirman :
{ إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ }
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [Surat Ali ‘Imran: 190]
Subhanallah, betapa semua yang terbentang di alam semesta ini mengandung rahasia ilmu yang kalau dipejari dengan baik niscaya akan melahirkan generasi cerdas yang gemilang. Bahkan di dalam tubuh manusia itu sendiri, di situ ada ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Inilah isyarat yang diberikan Allah SWT di dalam firman-Nya :
{ وَفِیۤ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ }
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? [Surat Adz-Dzariyat: 21]
Isyarat ayat ini tentunya memantik manusia untuk menggali ilmu pengetahuan tentang anatomi, psikologi dan hal-hal lain dalam kemanusiaan agar hal ini mampu memberikan manfaat demi keberlangsungan hidup mereka.
Sejarah telah membuktikan bahwa pemahaman tentang hal ini mampu mengantarkan umat ini mempunyai pakar ilmu eksak sekelas Ibnu Sina, Al Farobi, Al Khawarizmi dan lainnya. Di tangan mereka dunia ini digenggam dan umat menikmati kejayaannya.
Tentu ilmu pengetahuan itu tidak bisa dilepaskan begitu saja, sebab tujuan utama dari pembelajaran ilmu pengetahuan ini adalah menjadikan manusia yang tunduk di bawah kebesaran Tuhannya hingga mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
{ ٱلَّذِینَ یَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِیَـٰمࣰا وَقُعُودࣰا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَیَتَفَكَّرُونَ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَـٰذَا بَـٰطِلࣰا سُبۡحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ }
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Surat Ali ‘Imran: 191]
Inilah tujuan utama pembelajaran ilmu pengetahuan itu, menjadikan manusia yang tunduk pada sang pencipta. Semakin tinggi ilmunya maka semakin tunduk paham tentang apa hakikat dirinya. Hal inilah yang diinginkan dalam kurulikulum pendidikan yang kedua, yaitu tazkiyuatun nafs, menyucikan jiwa dari berbagai hal yang berpotensi mengotori hati. Kenapa hati? Sebab semuanya akan tergantung pada hati manusia. Rasulullah Saw bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم
Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. [Bukhari no. 52, Muslim no. 1599]
Maka, pendidikan tidak boleh hanya mengunggulkan otak saja, sebab hal ini akan menimbulkan penyakit. Banyak orang pinter, tapi keblinger, banyak orang hebat namun hidupnya sesat. Lihatlah Fir’aun sang penguasa absolut di Mesir pada masanya itu, kekuasaan yang ada di tangannya justru menyesatkannya ke jurang terdalam kemaksiatan kepada sang penguasa sejati. Lihatlah Qarun, hartanya yang banyak justru menjadikannya jumawa, lupa bahwa ada tangan lain yang terlibat dalam kesuksesannya. Lihat sang diktator Hitler yang justru tercerabut dari nilai kemanusiaannya. Inilah hasil pendidikan yang mengesampingkan proses penyucian jiwa.
Pendidikan Islam menginginkan terwujudnya jiwa yang bersih, sebab dari hati itu muncul segala perbuatan baik ucapan maupun perbuatan. Ceret yang berisi air putih akan mengucurkan air yang jernih dan ceret yang berisi kopi tidak mungkin mengeluarkan sesuatu kecuali air hitam pekat. Begitulah hati. Maka kurikulum pendidikan Islam memberikan perhatian kepada pembentukan karakter manusia, menyentuh sisi-sisi terdalam dalam kalbu agar ilmu itu tidak hanya diketahui belaka, namun juga dirasakan. Dalam lintasan sejarah tentu kita masih ingat, betapa Rasulullah Saw begitu mewanti-wanti sahabatnya dalam setiap ekspansi agar tidak merusak lingkungan, tidak membunuh anak-anak dan orangtua, bahkan membiarkan orang kafir yang berada di dalam tempat ibadahnya. Inilah kejernihan hati, berbeda dengan kisah ekspansi bangsa Mongol yang meluluhlantahkan seluruh penjuru Baghdad, bahkan merubah air sungai menjadi hitam karena ribuan tinta yang luntur dari buku yang merupakan sumber ilmu pengetahuan. Belajar dari hal ini, hendaknya setiap guru mampu mengaitkan setiap materi pelajaran dengan nilai karakter yang harus dimunculkan dalam diri siswa. Seorang guru Matematika harus mampu mengajarkan kejujuran dan konsistensi dalam hidup. Seorang guru olahraga harus mampu mengajarkan sportifitas. Seorang guru IPS harus mampu mengajarkan solidaritas, dan sebagainya. Dengan begitu nilai-nilai karakter yang mulia akan tumbuh subuh dalam jiwa anak dan terwujud dalam perilaku yang mulia.
Unsur ketiga dari kurikulum pendidikan itu adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Mengajarkan kedua hal ini adalah pondasi untuk, sebab dari sinilah semua bermula. Al Qur’an menjadi pelajaran utama dalam lintasan sejarah generasi terbaik umat ini. Sebelum anak-anak dikenalkan dengan berbagai bidang keilmuan, terlebih dahulu mereka harus belajar Al Qur’an dan setelah itu mereka dikenalkan dengan kehidupan Rasulnya yang mulia. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, : “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal : mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Alquran.
Secara aplikatif, hendaknya setiap sekolah mengajarkan Al Qur’an dalam kurikulumnya agar siswa mampu membaca dengan benar, menghafal, memahami dan mengamalkannya. Al Qur’an adalah pondasi yang dari sinilah ruh akan hidup, hati bersinar dan ilmu pengetahuan akan tumbuh di atas jalan yang mulia. Allah SWT berfirman :
{ أَوَمَن كَانَ مَیۡتࣰا فَأَحۡیَیۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورࣰا یَمۡشِی بِهِۦ فِی ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِی ٱلظُّلُمَـٰتِ لَیۡسَ بِخَارِجࣲ مِّنۡهَاۚ كَذَ ٰلِكَ زُیِّنَ لِلۡكَـٰفِرِینَ مَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ }
Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. [Surat Al-An’am: 122]
Yang dimaksud dengan ‘cahaya’ dalam ayat ini ialah Al-Qur’an, seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dan Ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas. Maka Al Qur’an akan menerangi ilmu pengetahuan sehingga mampu menyuburkan jiwa-jiwa para pembelajar sehingga menemukan kemuliaan.
Hadis sebagai pengejawantahan ajaran Al Qur’an akan menjadikan semua petunjuk syariat terlihat dan terasa secara riil dengan melihat ucapan dan perbuatan Rasulullah Saw. Dari manusia mulia inilah manusia menemukan public figure yang terpercaya.
Begitulah kurikulum pendidikan Islam ini dibangun dengan setiap unsur penunjangnya agar mudah dipahami dan mampu melahirkan generasi mulia dan kuat keimanannya sekaligus menjulang tinggi pengetahuannya. Menjadi manusia bumi yang hatinya membumbung tinggi dengan sandaran Ilahi.
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 2 Ramadhan 1444 H/24 Maret 2023
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday dan Boarding School