PATI – Tak ada yang melarang siapapun untuk bercita-cita, lebih-lebih mewujudkan impian, bahkan untuk pengasong sekalipun. Hanyalah prasangka buruk atau ketakutan tak beralasan saja yang menghambat tercapainya cita-cita. Itulah beberapa ungkapan yang tersirat dari kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) SMP IT Insan Mulia beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, siswa-siswi SMP IT Insan Mulia kedatangan tamu istimewa yang lain dari yang lain, Pengasong yang kepingin menjadi dokter. Ya, kondisi ekonomi keluarga akhirnya mendorong hati seorang siswi kelas 7 di salah SMP Kabupaten Kudus itu untuk menerima sebuah kenyataan bahwa jalanan adalah bagian dari hidupnya. Himpitan kehidupan tak lantas membuatnya menyerah, justru membentuk karakter dan pribadinya menjadi kuat untuk meraih cita-citanya.
Dialah Triya Putri Agustin yang saban hari mengasongkan rujak dan air mineral di Lampu Merah Ngembal-Kudus bersama beberapa teman sebayanya sejak kelas 5 SD. Seorang anak perempuan berperawakan kecil tubuhnya, berkulit sawo matang dengan hijab yang senantiasa melindunginya dari hempasan debu jalanan dan terik matahari.
Sepulang sekolah kira-kira pukul 13.30 WIB Putri sudah terlihat berdiri dengan semangat di atas trotoar, menunggu lampu merah menyala. Ia tak tampak bosan menjajakan dagangannya kepada setiap pengguna jalan yang kebetulan berhenti di sana.
Mendekati pukul 5 sore, biasanya Putri hanya menyodorkan asongannya tanpa bersuara. Mungkin karena capek dan letih. “Paling banyak laku 20, kadang 15. Kalaupun sisa paling cuma sedikit. Hasilnya ditabung, jajan dan sekolah,” kata anak ketiga dari enam bersaudara tersebut.
Ketika ditanya apakah dia tidak malu dengan teman-temannya karena berdagang asongan di lampu merah? Dengan tegas pemenang juara lari tingkat kabupaten tersebut mengatakan ‘tidak!’. Malahan teman-teman Putri salut dengan perjuangan yang dilakukannya untuk mengejar sebuah impian, menjadi dokter. (mz/mz)