# Artikel Ramadhan
# Hari ke 13
# Ustazah ismah fatkhawati
Malam turunnya Al-Quran yang diperingati setiap 17 Ramadhan akan segera tiba. Malam ini merupakan salah satu peristiwa penting yang diperingati setahun sekali yaitu pada bulan Ramadhan. Pada tanggal tersebut, terjadi peristiwa turunnya ayat pertama Al-Quran, yakni surat Al-Alaq ayat 1-5, yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan melalui perantara malaikat Jibril. Berikut arti bacaan Surat Al-Alaq ayat 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ” Saat itu, Rasulullah berkhalwat di gua Hira, Jabal Nur, yang berjarak lebih kurang 6 km dari Mekkah.
Al Quran tidak diturunkan sekaligus (jumlah wahidah). Namun, diturunkan secara berangsur-angsur (munajjaman). Dalil secara berangsur-angsur dapat dilihat pada ayat berikut: “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian (Q.S. Al Isra’ ayat 106). Hikmah diturunkannya Al Quran secara berangsur-angsur adalah untuk mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW agar Al Quran mudah dihafal dan dipahami oleh kaum muslimin.
Al-Quran ini diturunkan sebagai petunjuk bagi ummat manusia, disertai dengan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk tersebut. Bahkan Allah juga mengutus seorang Rasul untuk memberi penjelasan secara rinci mengenai petunjuk tersebut dimana terdapat hal-hal yang tidak dimengerti yang kemudian dijelaskan dengan hadits-hadits Rasulullah, sehingga manusia dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Dapat megenal mana halal dan mana yang haram.
Sampai sekarang, Nuzulul Quran (turunnya Alquran) ini diperingati setiap tahun dari pusat kota sampai ke pelosok desa. Dengan tujuan sebagai syi’ar untuk mengenang turunnya Al-Quran sebagai pedoman bagi ummat manusia. Dimana-mana peristiwa Nuzulul Quran memang selalu diperingati…namun apakah Al-Quran sudah dijadikan sebagai pedoman hidup ? Apakah sudah diamalkan dengan sebaik-baiknya?
Fenomena yang kita lihat dalam kehidupan manusia sekarang, Al-Quran jangankan dipahami dan digunakan sebagai petunjuk, membaca saja ada yang belum paham apalagi fasih dalam melantunkannya. Hanya sebagian saja ummat yang mampu membacanya dengan baik. Walaupun sudah banyak yang jadi hafizh, tahfizd dan tilawah selalu dimusabaqahkan, namun masih lebih banyak yang belum pandai membacanya juga.
Al-Quran sekarang masih jauh dari kehidupan ummat, hanya mushhaf yang dijadikan sebagai simbol ketakwaan saja. Digunakan untuk menguatkan sumpah saat pelantikan para pegawai dan pejabat negara. Dibacakan saat pembukaan suatu acara ceremonial. Untuk diadakan acara khataman di rumah pengatin wanita yang padahal bukan saatnya khatam bagi dia dan menjadi barang hantaran bagi pengantin pria kepada pengantin wanita sebagai simbol bahwa mereka beragama Islam. Bahkan Al-Quran hanya dipajang sebagai hiasan lemari saja. Atau dibacakan saat mengusir makhluk halus yang bersemanyam di tubuh manusia, itupun harus mengundang ustadz untuk membacanya.
Pada peringatan Nuzulul Qur’an ini, mari bersama-sama kita tidak hanya memperingatinya sebagai peristiwa sejarah saja. Akan tetapi, haruslah menjadi sebuah renungan untuk kita semua. Apakah kita masih merasa bahwa Alqur’an adalah beban sehingga merasa kesulitan dan kesusahan dalam mempelajarinya? Padahal Allah menurunkan Al-Quran sebagai rahmat, anugrah, hadiah bahkan obat bagi kita. Sebagaimana fiman Allah QS Thoha ayat 2
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah
Dengan peristiwa Nuzulul Qur’an ini, saya ingin mengajak kita semua untuk mengubah mind set dan perasaan kita terhadap Al Qur’an. Bisa tidak kita menjadikan Al Qur’an sebagai obat, bukan obat fisik tetapi obat hati. Bukankah kita semua pernah merasakan sakit hati? Sakit hati terhadap seseorang ataupun sakit hati terhadap takdir atau keadaan, serta merasa tidak nyaman dan tenang dalam menjalankan kehidupan.
Nah bagaimana cara mengobati hati kita?….yaitu dengan Al Qur’an. Jadikanlah Al Qur’an sebagai obat di hati kita. Jika Al Qur’an sudah dapat menjadi obat, maka berarti Al Qur’an telah menjadi kebaikan/rahmat bagi kita. Tetapi, jika kita masih merasakan Al Qur’an adalah suatu beban, maka kita belum sepenuhnya mengerti dan paham tentang Al Qur’an.
Tugas kita dalam bulan Ramadhan ini, bersamaan dengan momentum Nuzulul Qur’an…Yuk belajar memahami Al Qur’an. Semakin kita mengerti isi Al Qur’an, maka kita semakin merasa butuh Al Qur’an dan merasa bahwa Al Qur’an bukanlah suatu beban tetapi solusi yang Allah berikan kepada makhlukNya karena Al Qur’an adalah kalamullah (kata-kata Allah). Jadi Allah secara langsung berbicara kepada kita lewat kalamullah untuk menuntun hidup kita. Jadi Al Quran adalah pedoman kita.
Salah satu jalan kita untuk menjadikan Al Qur’an sebagai sesuatu yang indah dan petunjuk bagi kehidupan adalah dengan mempelajari makna atau isi Al Qur’an. Belajarlah jika tidak paham, bertanyalah kepada para ulama, ustadz atau ikuti kajian-kajian tentang Al Qur’an.belajarlah sampai kita tahu bahwa Al Qu’an adalah sesuatu yang indah. Pelajarilah mulai dari surah surah pendek seperti Al ikhlas, Al fatihah dsb. Al Qur’an adalah hadiah, rahmat, obat serta petunjuk dari Allah, karena Allah sayang dengan kita. Yuk sama-sama kita pelajari Al Qur’an dan ikhlas karena Allah, maka Allah akan menuntun hati kita untuk mencintai Al Qur’an dalam kehidupan kita. Dengan mengingat momentum Nuzulul Quran ini adalah waktu yang tepat untuk kita lebih giat mentadaburi kalam-Nya. Melafadzkan ayat-ayat-Nya dengan penuh kekhidmatan dan mempelajari serta memaknai arti demi arti agar kita mengetahui maksud pada setiap ayat-ayat dalam Al-Quran. Di saat-saat inilah yang inshaAllah akan Allah tuntun hamba-hambaNya untuk menemukan rahmat dan kasih sayang-Nya.
Oleh Ustazah ismah fatkhawati (Guru SMPIT Insan Mulia)