MEMBANGUN KELUARGA SURGAWI – 2

MENIKAH MENYUBURKAN KEIMANAN

Rasulullah saw. bersabda :

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Artinya :
Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang mukmin tidak disebut mukmin saat ia berzina, seorang mukmin tidak disebut sebagai mukmin saat ia mencuri, seorang mukmin tidak disebut mukmin ketika ia minum minumam keras.” (HR. Muslim)

Saudaraku, muncul dan meningkatnya keimanan adalah salah satu tujuan syariat menikah. Keimanan yang menumbuhkan kecintaan kepada Allah swt. yang tercermin dalam dzikirnya dalam kondisi duduk, berdiri, berbaring dan semua keadaan yang dia alami. Dzikir yang merasuk jauh ke dalam lubuk hatinya sehingga menyentuh sisi emosinya, menemukan keagungan Allah di dalam rumah tangga sehingga keimanan itu berbuah ungkapan tulus dari lubuk hatinya “rabbana ma khalaqta hadza bathila subhanaka faqina adzabannar”. Sungguh ya Allah, Engkau menciptakan ini tidak sia-sia, Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa api neraka.

Keimanan yang lahir dari rahim syariat pernikahan ini memunculkan manusia ulul albab yang mempunyai kecerdasan paripurna.

▶️ Dengan hatinya ia mampu merasakan kehadiran Allah swt. dalam seluruh aktifitasnya. Dalam keadaan duduk, berdiri maupun berbaring dia ingat Allah. Di kantor, tempat kerja, lapangan, di hotel ia senantiasa ingat janji suci yang terjalin antara keduanya. Dia tidak pernah sedikitpun ada keinginan berpindah ke lain hati, karena ia selalu takut dengan Allah yang Maha Mengetahui gerak-gerik hati hamba-Nya, ia selalu takut mendustai ikatan suci yang dijalin dengan nama Allah. Keimanan membuahkan kecerdasan spiritual yang tinggi. Suami istri harus senantiasa bahu membahu mengimplementasi keimanan sampai berwujud dalam ketaqwaan. Saling memguatkan untuk menjaga solatnya, meningkat ibadahnya, membangunkan untuk bersujud di hadapan sang pencipta di penghujung malamnya. Begitulah baginda Rasulullah mengajarkan romantisme menuju surga.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari lalu ia shalat dan membangunkan istrinya, jika sang istri enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun di malam hari lalu dia shalat dan membangunkan suaminya, jika sang suami enggan, ia percikkan air pada wajahnya” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Al-Targhib wa Al-Tarhib).

▶️ Keimanan membuahkan rasa saling menyayangi antar kedua insan. Bertul-betul menjadi satu tubuh. Garwo : sigarane nyowo. Perasaan yang lembut dari seorang istri akan menumbuhkan pelayanan yang prima serta tanggungjawab yang paripurna untuk mengelola rumah tangganya. Demikian pula bagi suami, Keimanan ini akan mampu menggerakkan ia untuk menyayangi istri sepenuh hati, mencari nafkah yang halal bagi keluarga, sebab ia yakin bahwa semua akan dipertanggungjawabkan di sisi Yang Maha Kuasa. Menyatunya perasaan suami istri dalam ikatan pernikahan akan memunculkan kecerdasan emosional. Tidak asal main gebuk dengan pasangan, namun ia tersenyum dalam senyuman istri dan ia pun menangis dalam linangan air mata istrinya. Saling membantu dalam mengelola rumah tangga dengan menumbuhkan rasa empati ngraosake punopo engkang dipun raosake tiyang sanes. Kalau ia suka disayang, begitu pula pasangannya. Kalau ia sakit kalau dihianati, begitu pula tentunya yang dirasakan pasangannya.

▶️ Keimanan itu memunculkan tanggungjawab. Hubungan imbal balik yang harmonis antara suami istri. Mereka berebut menunaikan kewajiban tanpa mempedulikan hak yang harus diterima. Bukan menang-menangan, sebab rumah tangga bukan arena perlombaan, bukan saling menyalahkan, sebab rumah tangga bukan kuis, tidak seenaknya main pukul, sebab rumah tangga bukan arena tinju. Dalam diri istri ada hak suami yang harus ditunaikan. Sebaliknya dalam diri suami ada hak istri yang juga harus ditunaikan. Di sinilah berlaku itsar (mendahulukan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri). Rasulullah dan para sahabatnya memberikan teladan dalam masalah ini. Allah swt. berfirman :

(وَٱلَّذِینَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِیمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ یُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَیۡهِمۡ وَلَا یَجِدُونَ فِی صُدُورِهِمۡ حَاجَةࣰ مِّمَّاۤ أُوتُوا۟ وَیُؤۡثِرُونَ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةࣱۚ وَمَن یُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)

Artinya :
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Al-Hasyr 9]

Sungguh hubungan yang romantis jika seorang suami menyadari bahwa ia mengemban amanah untuk memberi nafkah keluarganya. Bekerja dengan optimal, membimbing dengan penuh kesungguhan agar kebahagiaan mampu mereka raih. Demikian juga seorang istri yang diberi amanah mengurus rumah tangga, pun ditunaikan dengan sepenuh jiwa sehingga semua anggota keluarga menemukan kebahagiaan di rumahnya. Keimanan menumbuhkan kecerdasan intelektual

Pernikahan harus mampu menyuburkan nilai keimanan di dalam jiwa masing-masing pasangan suami & istri. Ketika ada rumah tangga yang retak, waspadalah……mungkin ada yang eror dalam keimanan kita.

Ya Allah, tautkan hati-hati kami dalam naungan hidayah dan inayah-Mu agar kami mampu membawa bahtera rumah tangga ini bermuara ke surga-Mua dalam kondisi ridha dan diridhai. Amin.
🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pati, 14 Mei 2020
Alfaqir,
Pelayan SMPIT Insan Mulia Boarding School Pati
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan