MEMBANGUN KELUARGA SURGAWI – 3

PANCARAN IMAN ITU MENJELMA DALAM TAQWA

Allah swt. berfirman :

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسࣲ وَ ٰ⁠حِدَةࣲ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالࣰا كَثِیرࣰا وَنِسَاۤءࣰۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا)
Artinya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah. kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminla satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.[Surat An-Nisa’ 1]

Saudaraku, ayat ini sungguh sangat indah sekaligus sangat menakutkan. Sangat indah karena tema kekuarga yang diangkat mengawali pembukaan surat An Nisa’ ini. Sekaligus sangat menakutkan karena ayat ini dimulai dan diakhiri dengan peringatan agar “tidak main-main” dengan syariat Allah ini.

Ayat ini dimulai dengan perintah bertaqwa sekaligus juga diakhiri dengan perintah bertaqwa pula. Taqwa yang merupakan buah dari keimanan kepada Allah Rabb sekalian alam. Keyakinan akan adanya Allah harus mengantarkan seorang manusia kepada ketaqwaan dalam menjalani proses kehidupannya, termasuk di dalamnya adalah proses membangun rumah tangga. Taqwa karena seorang laki-laki telah berani menghalalkan kehormatan seorang wanita dengan nama Allah swt. Saling meminta, saling berhubungan, menjalin kebersamaan atas nama Allah. Sedemikian pentingnya taqwa menjadi landasan membangun kehidupan suami istri, maka setelah akad nikah itu terucap selanjutnya kehidupan keduanya dalam mengarungi bahtera rumah tangga juga harus senantiasa diwarnai dengan nilai taqwa.

Bagaimana ketaqwaan itu harus terpancar dalam sisi-sisi kehidupan rumah tangga? Sebelum membahas hal itu menarik untuk kita cermati dialog dua orang sahabat Rasulullah saw. dalam mendefinisikan taqwa.

percakapan antara sahabat Umar bin Khattab ra. dan Ubay bin Ka’ab ra. Umar yang meriwayatkan atsar ini bertanya kepada Ubay, “Wahai Ubay, apa makna takwa?” Ubay yang ditanya justru balik bertanya. “Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?” Umar menjawab, “Tentu saja pernah.” “Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?” lanjut Ubay bertanya. “Tentu saja aku akan berjalan hati-hati,” jawab Umar. Ubay lantas berkata, “Itulah hakikat takwa.”

Hati-hati, itulah kata kunci dari taqwa. Demikian pula dalam proses membangun rumah tangga harus senantiasa dipenuhi dengan kehati-hatian, sebab Allah swt. akan selalu memantau dan bersiap untuk memintai pertanggungjawaban. Kehati-hatian itu muncuk dalam berbagai proses membangun rumah tangga.

⚠️ Dalam memilih pasangan, seorang yang bertaqwa akan sangat hati-hati. Karena bahtera rumah tangga ini akan menempuh lerjalanan yang panjang, selalu bersama sepanjang hayat maka harus betul-betul hati-hati dalam memilih. Bukan karena harta atau rupa atau tahta, sebab hal ini hanya sementara saja. Namun pesan baginda Rasul saw. menjadi panduan.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari-Muslim)

⚠️ Berhati-hati dalam memainkan peran sebagai seorang suami maupun istri. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga harus mampu tampil sebagai pemimpin yang bijaksana, menyangi dan membimbing istri sepenuh hati. Tidak semena-mena, seenak hatinya, diktator atau main kasar. Sebab pemimpin yang bijaksana adalah yang mampu mengayomi dan “mengayemi” semua pasangannya. Demikian pula seorang istri akan sepenuh hati berusaha melayani suami, menjadikan rumah sebagi surga terindah, tempat peristirahatan yang nyaman, tempat melepas penat suami setelah seharian berjinaku dengan berbagai urusan pekerjaan dan tentunya seorang istri harus mampu menjadikan rumahnya menjadi tempat tujuan suami melampiaskan kerinduannya agar terhindar dari fitnah wanita di luar. Ketaqwaan membimbing masing-masing suami-istri menjalankan amanah masing-masing dengan penuh kehati-hatian, karena mereka sadar bahwa setiap mereka adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban masing-masing. Rasulullah saw. bersabda :

….Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut…. (HR. Bukhari)

⚠️ Kehati-hatian suami istri akan tanggungjawabnya mendidik putra-putrinya. Tentunya keluarga harus mampu menjelma menjadi madrasah yang yang baik untuk anak-anak. Orangtua adalah guru terbaik bagi mereka. Maka, dalam setiap tingkah laku, ucapan, diam atau bicaranya, senang maupun susahnya, senang maupun kemarahannya harus mampu ditampilkan menjadi sebuah tuntunan yang layak ditiru orang anak-anak. Ingat, bahwa pelajaran yang paling berkesan adalah keteladanan. Anak-anak akan terpengaruh dengan suasana rumahnya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang harmonis akan tumbuh dalam kebahagiaan, sedangkan anak yang tumbuh dalam keluarga yang broken home akan susah kehilangan tempat yang paling indah, sehingga menggerakkan mereka mancari kebahagiaan di tempat lain yang belum tentu sesuai dengan tuntunan Tuhannya. Untuk menuntun kehati-hatian suami istri dalam mendidik anak ini Allah swt. mewanti-wanti melalui firman-Nya :

(وَلۡیَخۡشَ ٱلَّذِینَ لَوۡ تَرَكُوا۟ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّیَّةࣰ ضِعَـٰفًا خَافُوا۟ عَلَیۡهِمۡ فَلۡیَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡیَقُولُوا۟ قَوۡلࣰا سَدِیدًا)

Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah. yang mereka khawatir ter-adap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.[Surat An-Nisa’ 9]

Keimanan terpancar dalam ketaqwaan. Ketaqwaan terwujud dalam ucapan dan tindakan. Semua terarah. Semua bermuara pada satu tujuan. Bahwa bahtera rumah tangga ini diikat dengan nama Allah, maka harus berjalan mengikuti rambu-rambu Allah swt. dan berlabuh dalam naungan ridha-Nya. Insyaallah tercipta baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Amiin.
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Pati, 15/5/2020
Alfaqir,
Pelayan SMPIT Insan Mulia Boarding School Pati
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan