MENGAMBIL INSPIRASI DARI POLA PENDIDIKAN KELUARGA NABI IBRAHIM AS. (2)

Serius Parenting

🔀🔀🔀🔀🔀🔀🔀🔀🔀🔀🔀

Allah swt berfirman :

(رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضۡلَلۡنَ كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلنَّاسِۖ فَمَن تَبِعَنِی فَإِنَّهُۥ مِنِّیۖ وَمَنۡ عَصَانِی فَإِنَّكَ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ)

Artinya : Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Surat Ibrahim 36]

Do’a adalah sarana pendidikan yang sangat penting dippahami oleh setiap orangtua. Do’a inilah yang menunjukkan baiknya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Dan pendidikan adalah seni tingkat tinggi, sebab melibatkan hati yang tiada seorangpun mampu menggenggamnya selain Dia yang Maha Kuasa atas semua makhluk-Nya. Maka hendaknya setiap orangtua selalu mendo’akan anaknya, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun. Do’a-do’a ini yang akan memudahkan setiap nasihat dan pelajaran yang diberikan orangtua mampu menembus ke dalam lubuk hati anak-anaknya sehingga tercermin dalam perilaku sehari-harinya.

Bagi anda yang menemukan anaknya sesuai dengan yang diinginkan, bersyukurlah. Sadarilah bahwa itu adalah karunia Allah swt yang harus menjadikan anda semakin mendekat kepada-Nya. Jangan pernah lengah dan merasa selesai tugas anda sebagai orangtua. Ingatlah, bahwa tujuan utama anda adalah masuk surga bersama seluruh keluarga dan anak cucu semua. Teruslah memberi nasihat dan bimbingan agar hati anak-anak istiqamah dalam kebaikan yang telah anda ajarkan. Dan teruslah memohon kepada-Nya agar Dia berikan banyak kemuliaan bersama keluarga.

(وَٱلَّذِینَ یَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَ ٰ⁠جِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا)

Artinya : Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Surat Al-Furqan 74]

Tentunya tidak ada kenikmatan terbesar di dunia ini kecuali melihat anak-anak yang menjadi harapan masa depan orangtua itu tumbuh menjadi manusia yang solih, taat kepada Allah swt, hidup rukun bersama sesamanya dan berbakti kepada orangtuanya. Taka ada artinya keturunan yang cantik, tampan, kaya, memiliki jabatan yang tinggi, namun tidak terikat hatinya kepada kebaikan, tidak mampu berbakti kepada kedua orangtuanya. Maka, didiklah anak-anak dengan hukum-hukum Tuhannya agar kelak mereka mampu menjadi penyejuk mana qurrata a’yun bagi anda.

Tentunya kebaikan itu akan lebih sempurna keindahannya ketika tidak berhenti kepada mereka saja. Maka didiklah anak-anak agar mereka mempunyai semangat untuk menjadi pelopor kebaikan. Menebarkan berbagai kebaikan yang telah anda ajarkan kepada orang-orang di lingkungannya serta selalu bersemangat mewariskan kebaikan itu kepada anak cucunya. Inilah kenikmatan paripurna yang pahalanya akan terus mengalir hingga yaumil qiyamah. Ketika tubuh orangtuanya sudah habis dimakan tanah di kuburan mereka, namun pahala kebaikan yang diwariskan itu terus datang memperindah berbagai kenikmatan kubur seorang manusia yang telah bekerja keras menjadi pelopor kebaikan. Rasulullah saw bersabda :

“إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ”

Artinya : Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah. [HR. Muslim]

Bagi anda yang belum dikaruniai anak seperti yang anda inginkan, diuji oleh Allah swt dengan 👍 anak yang belum mampu mewujudkan impian orangtua, bergembiralah. Surat Ibrahim; 36 di atas memberikan inspirasi kepada setiap orangtua agar berlapang dada dengan segala ujian dan taqdir dari Yang Maha Kuasa. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses dan berbakti kepadanya. Bahkan seorang maling sekalipun selalu menginginkan agar anaknya tidak mengikuti jejaknya. Namun, apabila ujian itu menghampiri anda, perhatikan dua hal ini.

Pertama, lakukanlah introspeksi diri. Jangan-jangan kelakuan anak anda adalah akibat perbuatan anda. Entah perbuatan yang pernah anda lakukan atau karena kelalaian anda dalam mendidik mereka. Banyak orangtua yang memerintahkan anaknya shalat berjamaah di masjid, sedangkan dirinya asyik nonton televisi di rumah. Banyak orang yang menginginkan anaknya berbakti, namun dia sendiri lupa berbuat baik kepada orangtuanya. Banyak orang yang pengen keluar kata-kata lembut dari bibir anaknya, namun setiap hari selalu mencontohkan percekcokan dengan istri, kata-kata kotor yang selalu keluar tanpa rasa bersalah. beristighfarlah, astaghfirullahal adzim. Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Orang Jawa mengatakan “kacang ora ninggal lanjaran”.

Kalau ini yang terjadi, segeralah kembali kepada Allah swt yang selalu membuka pintu taubat untuk hamba-Nya. Perbaiki dirimu, niscaya anak anda akan berubah. Berdo’alah selalu kepada-Nya, niscaya Ia akan mengabulkan do’amu.

Kedua, kalau ternyata anda sudah merasa meniti jalan yang baik, namun anak-anak tidak seperti yang anda inginkan, bersyukurlah. Anda tidak sendiri. Apalagi anda yang manusia biasa. Sekelas Nabi Adam as, diuji Allah swt dengan seorang anak bernama Qabil yang tega membunuh saudaranya sendiri. Sekelas Nabi Nuh as, diuji Allah swt dengan Kan’an yang dengan kesombongannya tetap menentang dakwah orangtuanya hingga detik-detik terakhir hanyut dalam banjir di depan mata orangtuanya sendiri yang sangat menyayanginya. Di sinilah letak lapang dada yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as dalam surat Ibrahim; 36 di atas. Siapa yang mengikuti jejak langkahmu maka dia termasuk keturunan yang aku dambakan. Namun, apabila ada yang tidak mau mengikuti ajaranku, sesungguhnya urusannya dikembalikan kepada Allah swt.

Ingatlah saudaraku, anak adalah karunia Allah swt. Bukan anda yang menciptakan mereka. Mereka hanyalah titipan yang harus anda jaga. Maka yang terpenting adalah anda senantiasa bertanggungjawab dengan amanah itu. Ingat, yang dinilai Allah swt bukan hasil sebuah amal, namun proses yang anda lakukan itulah yang menjadi penilaian. Maksiyat yang dilakukan Qabil tidak mempengaruhi kemuliaan Nabi Adam as. Kedurhakaan Kan’an sama sekali tidak mengurangi kemuliaan sang ayah sebagai Nabi Ulul Azmi.

Sadarilah bahwa anak adalah ujian, berhati-hatilah dalam mendidik mereka dan bersungguh-sungguhlah dalam membimbing mereka. Kelalaian orangtua dalam pendidikan akan berujung di akhirat. Sebaliknya kesungguhannya mendidik akan memperberat timbangan kebaikan. Ketika usaha sudah diusahakan dengan maksimal, maka takdir Allah swt tentunya yang terindah untuk anda. Teruslah menasihati, sebab anda tidak pernah tahu kalimat ke berapa yang akan masuk ke dalam hati anak-anak. Teruslah memberi contoh, sebab kebaikan anda akan tercatat dalam lembaran malaikat. Teruslah berdo’a sebab Allah swt senang dengan hamba yang merengek di hadapan-Nya dan sungguh Dia Maha Luas kasih sayangnya.

Jangan sampai ada kata-kata buruk yang keluar untuk anak anda. Lihatlah Nabi Ibrahim as. Dengan legawa beliau serahkan anak-anaknya yang tidak mau mengikuti jejaknya kepada sang pencipta hati. Dan ternyata, inilah tauladan semua Nabi. Nabi Isa as. juga pernah wadul kepada-Nya.

(مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَاۤ أَمَرۡتَنِی بِهِۦۤ أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّی وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَیۡهِمۡ شَهِیدࣰا مَّا دُمۡتُ فِیهِمۡۖ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِی كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِیبَ عَلَیۡهِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ شَهِیدٌ ۝ إِن تُعَذِّبۡهُمۡ فَإِنَّهُمۡ عِبَادُكَۖ وَإِن تَغۡفِرۡ لَهُمۡ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡحَكِیمُ)

Artinya : Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya, yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian,’ dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau meng­ampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Surat Al-Ma’idah 117 – 118]

Lihatlah, yang terpenting anda sudah melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab anda. Yang terpenting anda tidak pernah surut ke belakang dalam mendidik mereka. Bahkan kita bisa melihat bahwa kasih sayang orangtua sepanjang masa, hingga di akhirat. Seakan tidak rela anaknya mendapat hukuman dengan kondisinya yang tidak ideal, orangtua rela merengek kembali di hadapan Allah swt memohon rahmat-Nya. Begitupun yang dilakukan Rasulullah saw ketika memohonkan Rahmat untuk umatnya. Sebagai orangtua beliau selalu mencintai umatnya dengan berbagai kondisi umat yang tidak ideal ini. Salah sebuah hadis dikisahkan :

Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Bakr ibnu Sawwadah pernah menceritakan kepadanya, dari Abdur Rahman ibnu Jarir, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membaca firman Allah Swt. yang menceritakan doa Nabi Ibrahim, yaitu: Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 36), hingga akhir ayat. Dan doa Nabi Isa ‘alaihissalam yang disebutkan oleh firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Al-Maidah: 118), hingga akhir ayat. Setelah itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengangkat kedua tangannya (berdoa) dan mengatakan dalam doanya: Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku. Lalu beliau Shalallahu’alaihi Wasallam menangis, dan Allah berfirman, “Hai Jibril, berangkatlah, temui Muhammad, dan tanyakanlah kepadanya apakah yang membuatnya menangis —padahal Allah lebih mengetahui—?” Malaikat Jibril ‘alaihissalam datang dan menanyainya, lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawabnya, (Malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah), maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Pergilah kepada Muhammad, dan katakanlah kepadanya bahwa Kami akan membuatnya puas terhadap umatnya dan Kami tidak akan mengecewakannya.”

Begitulah cinta orangtua yang tiada pernah lapuk dimakan usia. Kasih sayangnya terus melekat apapun kondisinya. tega larane, ra tega patine. Kalau ada anak durhaka, maka tidak pernah ada orangtua yang durhaka, sebab kasih sayangnya tak ternilai.

Melalui inspirasi ayat ini, mari jadikan diri menjadi orangtua yang ideal. Mendidik dengan penuh kasih sayang, memberi nasihat dan teladan, membimbing hingga titik darah penghabisan. Cintanya kepada anak menembus utuk, melintasi alam kehidupan. Selalu berharap agar kelas dipertemukan kembali di surga dalam kondisi yang lebih sempurna. Membalas cacian anak dengan senyuman. Membalas durhaka dengan kasih sayang. Membalas umpatan dengan do’a. Engkaulah orangtua sejati, dunia-akhirat.

========================
Pati, 8/11/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan