====================
Inspirasi Qur’ani
2 Ramadhan 1443 H
4 April 2022 M
Allah swt berfirman :
{ وَإِنِّی خِفۡتُ ٱلۡمَوَ ٰلِیَ مِن وَرَاۤءِی وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِی عَاقِرࣰا فَهَبۡ لِی مِن لَّدُنكَ وَلِیࣰّا }{ یَرِثُنِی وَیَرِثُ مِنۡ ءَالِ یَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِیࣰّا }
Artinya : Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” [Surat Maryam: 5-6]
Saudaraku,
Ayat ini begitu dalam membimbing kita membangun motivasi dan orientasi dalam berumahtangga. Seorang Nabi Zakaria as. yang Solih dan belum dikaruniai keturunan hingga usianya yang semakin menua serta kondisi istrinya yang mandul. Begitu menyedihkan bagi beliau. Sedih karena kebaikan yang telah dirintisnya “terancam punah” karena tidak ada yang melanjutkan. Seorang guru besar yang telah berhasil membimbing Maryam binti Imran menjadi salah satu wanita yang paling mulia di dunia, namun dia sendiri tidak memiliki anak yang akan melanjutkan perjuangannya. Inilah kesedihan. Bukan sekedar sedih karena tidak punya keturunan, namun sedih karena ancaman terputusnya ilmu dan kebaikannya.
Nah, bagaimana, inspiratif kan !!!
Menikah bukan sekedar melampiaskan fitrah kemanusiaan yang dikaruniai kecenderungan kepada lawan jenis. Juga bukan sekedar “nebeng” agar jadi bagian dari keluarga ningrat, apalagi sekedar cari anak orang kaya agar bisa ikutan keren.
Menikah sesungguhnya sebuah perjalanan panjang menggapai visi besar agar kehidupan dan kebaikan ini abadi. Kita sadar, bahwa kehidupan di dunia ini terbatas, umur ini pasti akan berakhir. Namun, sependek apapun kehidupan ini, peluang untuk mengabadikan kebaikan selalu terbuka. Lihatlah kisah manusia pertama, nabiyullah Adam as. Beliau yang ditakdirkan Allah swt menjadi manusia pertama menjadi inspirasi bagi anak cucunya di sepanjang zaman umat manusia ini. Lihatlah manusia paling mulia, Rasulullah Muhammad saw. Bolehlah jasad beliau terkubur di dalam tanah, namun syariat yang diajarkannya senantiasa hidup di tengah-tengah umat. Lihat pula kisah para ulama’ yang berhasil menorehkan tintanya dalam berjilid-jilid kitab. Jasad beliau mungkin sudah hilang ditelan bumi, namun ilmu dan ide-ide kabaikannya selalu menginspirasi dari zaman ke zaman.
Sampai disini, paham ya betapa pentingnya syariat pernikahan itu. Tentang mengabadikan kebaikan ini, mengingatkan kita kepada hadis Rasulullah saw :
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim)
Lihatlah ketiga hal ini. Peluang terbesar untuk mendapatkannya adalah melalui washilah anak. Harta yang kita wariskan bisa menjadi sumber sodaqah jariyah yang dimanfaatkan anak cucu dalam kebaikan mereka, ilmu yang bermanfaat juga lebih mudah kita wariskan, sebab kedekatan mereka membuka peluang terwariskan semua ilmu baik melalui pengetahuan maupun perbuatan yang selalu bisa mereka tiru dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi do’a anak solih, tentu dengan sendirinya akan kita dapatkan dengan mendidik mereka menjadi anak-anak yang solih dan solihah. Saya sangat terkesan dengan seorang teman yang lama belum dikaruniai anak. Sepuluh tahun lebih membina bahtera rumah tangga, umur yang juga semakin menua tentunya. Apakah yang menjadikan dia galau? Dia sampaikan, “siapa yang akan mendo’akan saya setelah kematian nanti”. Luar biasa, betapa teman saya ini mempunya cara pandang terhadap kehidupan yang luar biasa panjang menembus batas-batas dunia.
Begitulah sesungguhnya syariat pernikahan itu membimbing manusia menjadikan cita-citanya membumbung tinggi. Dari sini nanti akan kita dapatkan bahwa mencari pasangan hidup juga harus jelas orangnya, tidak boleh sembarangan. Kriteria kesolihan menjadi pilihan utama, sebab dari orangtua yang Solih, peluang mendapatkan anak yang Solih lebih terbuka. Tampilan fisik hanya menjadi pemanis yang akan semakin manis ketika dihiasi dengan akhlak yang mulia. Banyaknya harta benda hanya akan optimal jika ada di tangan orang yang paham akan investasi abadi yang menembus langit. Pertimbangan demi pertimbangan ini yang harus mendominasi sepanjang perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga. Dengan dinahkodai seorang laki-laki yang Solih, dengan awak kapal seorang wanita yang solihah, insyaallah akan melahirkan generasi-generasi berkualitas yang akan mampu melanjutkan semua kebaikan menjelma menjadi maha karya abadi yang akan selalu hidup menyinari dunia di sepanjang zaman.
===================
Pati; Al-Faqir
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI JATENG
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id