=====================
Allah swt berfirman :
(وَلَقَدۡ هَمَّتۡ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَاۤ أَن رَّءَا بُرۡهَـٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَ ٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوۤءَ وَٱلۡفَحۡشَاۤءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِینَ)
Artinya : Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. [Surat Yusuf 24]
Kisah Nabi Yusuf as. ketika diuji dengan tipu daya istri penguasa Mesir adalah sebuah profil yang memberikan pelajaran kepada manusia tentang mahalnya sebuah kesetiaan. Kemuliaan ikatan pernikahan yang menyatukan dua insan dengan kalimat Allah swt harus selalu dirawat dan dipupuk agar semakin menemukan sakinah di dalam keluarga.
Yusuf as. sebagai seorang manusia wajar apabila merasa tertarik dengan wanita yang menjebaknya. Apalagi dalam kondisi berdua di dalam kamar, bahkan sang wanita itu yang memaksanya untuk melayani. Lelaki mana yang tidak oleng menghadapi situasi seperti itu. Dalam kondisi inilah, nurani sebagai manusia sejati harus mampu mendominasi relung hati mampu menyelamatkan diri.
Bagi anda yang tergoda, inilah resep Qurani agar terus mampu menjaga kesetiaan dengan pasangan anda.
1. Ingat Allah SWT
Dalam kondisi genting tersebut Nabi Yusuf as. melihat firman-firman Allah SWT yang tertulis di dinding. Salah satu ayat yang menjadi sumber kendalinya adalah firman Allah SWT :
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا}
Artinya : Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-Isra: 32)
Mengambil pelajaran dari ayat ini, hendaknya setiap pasangan menguatkan komitmen kesetiaan dengan iman dan ihsan. Selalu merasakan kehadiran Allah SWT dalam semua kondisi dan situasi. Jangankan di tempat umum, bahkan ketika berdua di dalam kamar-pun Dia selalu mengawasi gerak-gerik dan apa yang diucapkan oleh hamba-Nya, bahkan status chating yang anda sembunyikan dari pasangan tak luput dari kontrol-Nya. Tak ada satu ruangpun tak lepas dari pengawasan-Nya.
Munculkanlah perasaan ini ketika anda merasakan tergoda atau digoda. Kalau Allah SWT mengawasi anda, maka sepandai apapun anda menyembunyikan pengkhianatan itu pasti akan terbongkar juga.
2. Ingat orang-orang terdekat
Dalam riwayat yang lain disampaikan bahwa dalam kondisi yang serba sulit itu Nabi Yusuf as. melihat wajah bapaknya.
Kalau perasaan takut kepada Allah swt, Dzat yang Maha Melihat belum mampu anda rasakan, ini menunjukkan lemahnya iman yang tersemat dalam hati. Untuk itu, rawatlah rasa takut yang tersisa di dalam nurani anda. Kalau anda tidak malu kepada Allah swt, malulah kepada orangtua anda. Orangtua mana yang tidak malu kalau anaknya berkhianat. Ingatlah ibu anda yang telah membesarkan dan mendidik dengan cucuran darah dan air mata demi melihat anaknya menjadi manusia yang sukses dan berbudi. Ingatlah anak anda. Anak mana yang bangga dengan orangtua yang berkhianat. Betapa malunya anak anda ketika mengetahui orangtuanya berkhianat. Betapa sedihnya mereka ketika melihat rumah tangga orangtuanya hancur karena ketidakmampuan menjaga amanah.
Rasa empati akan memunculkan mawas diri, karena sesungguhnya anda tidak seorang diri dalam mengarungi kehidupan ini. Ada orang lain yang telah dan akan berjasa serta terikat dalam baik dan buruknya perilaku anda. Komentar Nabi Yusuf as. tentang tuannya yang telah berbuat baik selama ini menunjukkan kesadaran balas budi yang luar biasa. Bahwa selama di Mesir beliau telah dirawat oleh sang majikan, dari sempitnya sumur berpindah ke megahnya istana. Dari saudara yang dhalim menuju lingkungan yang menyayangi. Tidak pantas baginya membalas semua kebaikan ini dengan pengkhianatan atas nama nafsu syahwat.
Dalam rangka menumbuhkan rasa empati ini, mari kita simak kidah seorang pemuda yang tanpa tedheng aling-aling memohon izin kepada Rasulullah saw. untuk berzina. Maka beliau-pun mengaja sang pemuda itu untuk menjernihkan hatinya dengan mengingat kebaikan orang-orang di sekitarnya. Beliau-pun bersabda :
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada ibumu?” tanya Rasulullah.
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa ibu-ibu mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada putrimu?” Rasulullah melanjutkan sabdanya.
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa putri-putri mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada bibi-bibimu, saudari ayahmu?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
“Apakah engkau suka jika hal itu dilakukan kepada bibi-bibimu, saudari ibumu?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah”
“Demikian juga orang lain, mereka tidak ingin hal itu menimpa bibi-bibi mereka.”
Begitulah Rasulullah saw. menjernihkan logika nafsu agar tidak seenaknya melampiaskan kepada hal-hal yang tidak baik.
Sekali lagi, kalau tidak mampu merasakan takut kepada Allah swt, takutlah kepada orang yang telah berjasa dalam hidup anda. Kalau belum mampu membahagiakan orang-orang yang anda cintai, minimal janganlah mengecewakan mereka.
3. Ingat kebaikan pasangan
Sebagaimana Nabi Yusuf as. sangat pandai berterima kasih kepada tuannya, demikian pula hendaknya setiap pasangan melihat dan selalu mengingat akan kebaikan yang diberikan oleh pasangan mereka. Rasa cinta yang tumbuh sejak bertemu tentunya telah memunculkan banyak kebaikan dalam hidup yang telah mereka lalui bersama. Kebaikan-kebaikan ini yang harus senantiasa diingat agar ikatan cinta itu semakin berbunga. Tak pantas rasanya, kalau sekian banyak kebaikan itu dibalas dengan sebuah pengkhiatan. Adapun tentang kekurangan, tentunya ini adalah milik setiap manusia, termasuk anda. Tak ada manusia yang sempurna, namun dibalik ketidak sempurnaan itu ada banyak kebaikan yang bisa anda rasakan. Sejelek-jeleknya jam yang mati, masih ada dua kali tepat waktu setiap harinya.
Ketika ada orang ketiga yang menggoda Anda untuk berkhianat, ingatlah bahwa dia tidaklah sempurna seperti suara nafsu yang membandingkan dia dengan pasangan anda. Kesempurnaan yang seakan terlihat di depan mata anda sesungguhnya hanya kurangnya intensitas bergaul sebagaimana anda dengan pasangan. Perhatiannya yang seakan memenuhi jiwa anda hanya karena anda bertemu dalam suasana yang didesain untuk emosi. Berbeda dengan pasangan Anda yang telah mencurahkan seluruh waktu dan tenaga untuk anda, wajarlah kalau kadang kala terlihat sikap yang kurang perhatian. Toh, kelelahannya itu dipersembahkan untuk anda juga. Ibarat fata morgana, keindahan demi keindahan itu hanyalah tampilan luar yang tidak menunjukkan hakikat sesungguhnya.
Kalau anda kesal dengan pasangan yang kemudian mendorong Anda untuk berpindah ke lain hati, ingatlah firman Allah swt :
(وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰۤ أَن تَكۡرَهُوا۟ شَیۡـࣰٔا وَیَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِیهِ خَیۡرࣰا كَثِیرࣰا)
Artinya : Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [Surat An-Nisa’ 19]
Teruslah bersandar kepada Allah swt, Dzat yang Maha segala-galanya. Kuatlah rasa empati kepada orang-orang terdekat anda, karena mereka telah menyayangi anda dengan sepenuh hati. Tentunya mereka sangat berharap agar keberadaan anda mampu menjadikan mereka bangga di hadapan manusia, terlebih di hadapan Sang Pencipta. Pupuk terus kasih sayang bersama pasangan, kalau ada masalah, bicarakanlah dengan baik. Diam bukan solusi, lari dari masalah bukanlah cara yang tepat menyelesaikan masalah, justru sebaliknya berpindah ke lain hati hanya akan menambah masalah semakin runyam. Jangankan rumah tangga anda, Rasulullah saw, manusia baik baik, paling perhatian kepada pasangan, paling sempurna-pun tidak lepas dari dinamika rumah tangga. Ada cemburu, ada ketidakpuasan, bahkan issu yang menggoncang kesetiaan, namun semua itu mampu diselesaikan dengan bimbingan-Nya.
Pupuk selalu iman kepada-Nya. Ingatlah, bahwa semua yang anda lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
(فَمَن یَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَیۡرࣰا یَرَهُۥ وَمَن یَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةࣲ شَرࣰّا یَرَهُۥ)
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.[Surat Az-Zalzalah 7 – 8]
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 29/5/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI JATENG
nanangpati@yahoo.co.id