Selamat Jalan Kyai, Ustadz dan Saudaraku, Insyaallah Surga Menantimu

=======================

Allah swt berfirman :

(تِلۡكَ أُمَّةࣱ قَدۡ خَلَتۡۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسۡـَٔلُونَ عَمَّا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ)

Artinya : Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya, dan bagi kalian apa yang kalian usahakan; dan kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.[Surat Al-Baqarah 141]

Betapa pedih hati ini, hampir setiap hari berita duka silih berganti berdatangan. Yang lebih menyedihkan lagi adalah berita kepergian para ulama, para ustadz yang selama ini menjadi tumpuan umat.

Sedih bercampur haru sekaligus cemburu berkumpul menjadi satu. Sedih karena kepergian mereka adalah diangkatnya ilmu dari dunia ini. Haru karena begitu kehilangannya umat atas kepergian mereka. Cemburu karena do’a yang mengalir dari murid, sahabat dan kenalan tiada henti. Ribuan status bela sungkawa yang berbagai daerah mengantarkan mereka menuju kemuliaan yang dijanjikan. Juga cemburu karena mereka telah sempurna menjalankan tugasnya di dunia dengan sukses. Berbagai kebaikan diwariskan. Murid-murid yang merasakan dekapan kasih sayang mereka. Wawasan keilmuan yang dijadikan panduan generasi selanjutnya. Ada yang mewariskan tulisan, ada juga yang tidak sempat menulis karena kesibukan dakwah mereka, namun mereka mewariskan rijal, generasi dakwah yang siap mengabadikan cita-cita pendahulunya yang mulia. Ada yang juga yang mewariskan ide, gagasan, bahkan terwujud menjadi lembaga dakwah, sekolah, pesantren yang akan terus mewariskan kebaikan dari generasi ke generasi. Sungguh, mereka telah sukses meniti jalannya. Insyaallah nama mereka abadi dikenang zaman, warisannya akan menjadi sumber pahala yang akan terus mengalirkan kenikmatan kubur hingga mengantarkan ke surga.

Sedih….
Haru….
Cemburu….

Yang patut dikhawatirkan adalah kita, orang-orang yang tidak jelas perannya di atas panggung kehidupan dunia ini. Tentu semua kita akan mengalami apa yang dialami oleh para pendahulu kita itu. Semua orang akan mati, yang membedakan adalah bagaimana kondisi kematian itu dan bagaimana setelah kematian. Akankah kita menghadap-Nya dalam kondisi Husnul khatimah? Atau, Akankah kita dikenang oleh orang-orang di sekitar kita?

Allah swt mengabadikan nama Rasulullah saw, Dia berfirman :

(إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ)

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.’ [Surat Al-Kautsar 3]

Bukan beliau yang akan terlupakan oleh zaman karena meninggalnya putra-putra beliau. Anak biologis bisa meninggal terlebih dahulu, namun anak ideologis akan terus mengenang wejangan demi wejangan yang pernah disampaikan. Mereka akan melanjutkan jalan yang telah dirintis. Merekalah pejuang ideologi Imani yang telah terpatri di dalam sanubari.

Tentu semua akan menerima ganjaran sesuai jerih payah yang telah dilakukan. Barang siapa menabur benih, dia yang akan memanen. Peribahasa Jawa mengatakan “ngundhuh wohing pakarti”.

Para ulama yang meninggalkan kitab di berbagai bidang keilmuan, tentu namanya akan harum sepanjang zaman. Tulisannya akan selalu dikaji, ide-idenya menjadi inspirasi sepanjang usia zaman ini. Inilah keberkahan umur yang sesungguhnya. Tidak masalah soal berapa umurnya ketika meninggal dunia, sebab ajal sudah ditentukan sejak manusia belum lahir. Yang terpenting akankah orang-orang terus mengingat dan mengikuti setiap ide kebaikan yang ditinggalkan.

(وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِینَ قُتِلُوا۟ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰ⁠تَۢاۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ یُرۡزَقُونَ)

Artinya : Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki,[Surat Ali ‘Imran 169]

Begitulah, mereka senantiasa hidup dalam lintasan zaman, ajarannya diikuti dan terus menginspirasi. Pahala untuknya mengalir hingga hari akhir.

Tentu, semua akan mendapatkan balasan sesuai amalnya. Puncak kesuksesan yang didambakan adalah ketika Allah swt menyelamatkan kita dari pedihnya siksa neraka dan memasukkan ke dalam surga dalam naungan Ridha-Nya.

(كُلُّ نَفۡسࣲ ذَاۤىِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ)

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Surat Ali ‘Imran 185]

Ayat ini sekaligus mengingatnya manusia yang sedang antri mendapatkan giliran kematian ini agar sadar, bahwa tugas di dunia ini bukan sekedar bersenang-senang. Hendaknya kita senantiasa sadar, jangan sampai kesenangan ini melenakan kita hingga membelokkan orientasi hidup dari tujuan utama. Ingat, kita harus terus menanam kebaikan. Kita harus menyiapkan generasi pewaris ide dan gagasan, yang akan melanjutkan perjuangan. Kita harus meninggalkan inspirasi kebaikan untuk sebanyak-banyaknya orang. Tidak hanya anak bilogis yang harus sekuat tenaga kita jadikan sumber mengalirnya do’a. Anak-anak ideologis harus kita persiapkan akan memperpanjang usia kehidupan kita di tengah-tengah gegap gempitanya zaman. Ide dan tulisan hendaknya kita abadikan di media sosial, website, atau dalam bentuk buku agar terus mengaliri sanubari dari generasi demi generasi.

Kapan kita mulai? Sekarang. Ya, sekarang. Karena kita tidak tahu kapan Allah swt akan mengumpulkan kita bersama para pendahulu itu.

Semoga pandemi ini segera berlalu, kita bisa kembali berkumpul menimba ilmu dari para guru.

Allahummahtim lana bihusnil khatimah. Amin

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Pati, 22 Juli 2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA BOARDING SCHOOL PATI
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan