Luar biasa memang kalau kita punya anak perempuan yang bisa kita rawat, asuh dan didik dengan baik. Balasan yang kita dapat begitu besar dan menjanjikan. Namun pastinya, kompensasi yang menguntungkan membutuhkan kontribusi yang sepadan. Di perlukan bekal, ilmu dan kesabaran setra energi yang memadai untuk melaksanakan amanah tersebut. Sebuah pertanyaan besar pun terajukan, ” Mampukah kita?”
Apalagi di tengah derasnya arus kehidupan yang materialistik Sekarang, mendidik anak perempuan begitu berat rasanya. Banyak tantangan yang harus di hadapi, banyak rintangan yang harus diatasi. Memang tidak mudah dan sulit rasanya, mesti tentunya akan terasa ringan jika Allah memudahkan.
Sejak zaman dahulu kala, dunia telah menjadi ujian bagi hamba-hamba-Nya. Kesenangan hidup dan warna-warninya telah membuat banyak orang lalai, terlena dan terbuai. Begitu pula yang melanda generasi perempuan hari ini. Banyak dari mereka yang menjadi ‘korban’ hedonisme ala Barat. Bergaul secara bebas tanpa batasan, mengikuti tren mode yang melanggar syariat, bergaya hidup semau gue tanpa peduli dengan aturan dan ketetapan Allah.
Life style para wanita saat ini tidak lepas dari pengaruh majalah dan tontonan yang mereka konsumsi. Sehingga dua hal tersebut telah memberikan gambaran dan membentuk pola pemikiran yang menganggap bahwa kehidupan ala Barat ( yang notabene bertentangan dengan syariat Islam ) adalah lebih baik dan lebih menyenangkan. Dengan kata lain, lebih memuaskan hawa nafsu. Karena memang, hawa nafsu manusia cenderung kepada pemuasan syahwat, tak peduli harus melanggar syariat.
Dalam hal gaya hidup, 3F dan 3S telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan gadis remaja sekarang. 3F terdiri dari Food ( makanan ) , fun ( hiburan ) , Fashion ( cara berpakaian ). Sementara 3S terdiri dari Song ( lagu ), Sex and Shopping ( belanja / konsumerisme ) .
Hari ini, bisa kita lihat begitu banyak gadis remaja dengan pakaian yang semakin terbuka, moral yang urakan dan tak punya aturan, pacaran dengan ‘aktivitas’ berpegangan tangan hingga hubungan kelamin, gaya hidup yang bebas lepas tanpa batas, dan lain-lain. Miris rasanya sekaligus pedih melihatnya.
Bayangan tentang sosok seorang muslimah yang menutup auratnya dan berhiaskan akhlak nan shalihah, buyar seketika jika kita menengok para gadis remaja melengang santai di mal-mal dengan rok mini atau tank top dan menebar pesona. Hilang pula gambaran anggun seorang muslimah yang menundukkan pandangannya dan berbalut ‘iffah (kehormatan) dan muru’ah (harga diri) , karena yang banyak ada adalah para gadis remaja yang berjalan bergandengan tangan dan bergelayut mesra di pundak pacarnya. Parahnya, banyak pula dari mereka yang telah hilang keperawanannya.
Tentu kita berharap bahwa gambaran buram remaja putri yang ada tadi bukanlah potret anak-anak perempuan kita. Na’udzubillah. Doa dan harapan pun harus kita panjatkan selalu agar Allah senantiasa menjaga anak-anak perempuan kita dari keburukan yang mengintainya. Tantangan yang ada seharusnya membuat kita lebih memberikan perhatian atas pendidikan dalam berbagai aspeknya, terhadap anak-anak perempuan kita.
Proyek mendidik anak perempuan bukanlah order yang bisa selesai dalam hitungan hari atau bulan. Dibutuhkan masa yang panjang, kesabaran, usaha dan kesungguhan, dengan mengerahkan segenap kemampuan kita. Mendidik anak perempuan akan mengalami fase panjang sejak ia melangkahkan kaki kecilnya dengan manja, hingga ia menapaki kehidupan sesungguhnya dan mengantarnya menuju gerbang pernikahan.
Oleh : Usth. Atikah