TIDAK SEMPAT MENDEKAT DENGAN AL QUR’AN, APA YANG KITA CARI?

TIDAK SEMPAT MENDEKAT DENGAN AL QUR’AN, APA YANG KITA CARI?

Allah swt berfirman :

وَقَالُوا لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ (31) أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (32)

Dan mereka berkata.”Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai pekerja. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az Zuhruf : 31-32)

Saudaraku ahlul Quran, ayat ini memberi motivasi kepada kita agat terus bersemangat menjadikan Alquran sebagai wasilah untuk semakin dekat dengan kasih sayang Allah. Kitab ini tidak diberikan kepada orang-orang tertentu saja, namun kepada siapapun yang rindu dengan-Nya akan Dia pilih sebagai penjaga wahyu-Nya. Mari kita renungi ayat ini.

  1. Orang-orang kafir beranggapan bahwa Muhammad tidak berhak mendapat karunia Alquran. Mereka melihat ada para pembesar, para cerdik cendekia, hartawan yang lebih berhak untuk mendakwahkan Alquran. Maka Allah bantah itu semua, sebab Alquran butuh kesucian hati dibandingkan hanya kedudukan duniawi. Lihatlah Al Walid bin Mughiroh. Dia seorang tokoh Meka yang mereka “nominasikan” sebagai orang yang lebih layak mendapatkan karunia Alquran, namun karena hati yang tertutup dia hanya menjadi orang yang dengan kepandaiannya mampu melihat kebenaran risalah Alquran, namun justru mendustakan kebenaran yang dilihatnya itu.
  2. Karunia Alquran sekali-kali bukan karena karena kehebatan manusia. Maka menjadi penghafal Alquran tidak cukup hanya dengan modal pandai, umur yang masih muda, waktu yang longgar, dukungan keluarga, dsb. bukan saudaraku. Bukan itu modal utamanya. Lihatlah,

♻ Betapa banyak orang pandai yang tidak tertarik menghafal Alquran.
♻ Betapa banyak kutu buku yang menghabiskan waktunya untuk melahap berbagai judul buku, namun tidak sempat membaca Alquran.
♻ Betapa banyak para pengangguran namun tidak mau menyentuh Alquran
♻ Betapa banyak orang yang didukung keluarganya, bahkan dibiayai dengan dana yang tidak sedikit agar dia mau menghafal Alqura, namun akhirnya berguguran di tengah jalan.

Maka, maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Allah yang membagi rahmat-Nya itu. Tugas kita adalah berusaha dan selalu memantaskan diri agar Allah benar-benar melihat diri kita sebagai orang yang bersungguh-sungguh dan berkeinginan untuk menjadi hamba-Nya yang istimewa. Terus istiqomah dalam tilawah, terus bermujahadah dalam menambah hafalan, terus memberikan waktu spesial untuk murajaah. Sampai kapan? Selama nyawa masih dikandung badan, sampai Allah menilai kita sebagai orang yang sungguh-sungguh

  1. Jangan habiskan waktu dan alasan kita untuk hal-hal duniawi sampai melalikan Alquran. Semua fasilitas dunia untuk kita sudah disiapkan Allah. Kekayaan, jabatan dan berbagai fasilitas dunia semua Allah yang membaginya. Tugas kita adalah menjadi hamba terbaik. Berihtiyar secukupnya dan jangan lupa terus mendekat. Maka, kalau ekonomi lagi seret, jangan tinggalkan Alquran. Kalau acara pagi padat, jangan tinggalkan Alquran. Mari kita balik logikanya. Justru dengan komitmen dengan agenda Alquran Allah akan memudahkan urusan duniawi kita. Toh, semua yang terjadi di dunia ini dan juga dalam diri kita atas kehendak-Nya dan Dia pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Maka sekali lagi, mari berihtiyar secukupnya dan raih keberkahan dengan Alquran sehingga Allah akan memudahkan urusan dunia kita
  2. Ini persepsi yang paling mendasar. “dan karunia Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Jadikanlah ridha Allah panglima dalam obsesi kita. Jadilah orang yang bangga ketika dekat dengan Allah. Ketika kita melihat teman sudah sudah menjadi pejabat, adik kelas kita sudah menjadi pengusaha sukses, tetangga kita sudah mempunyai rumah yang megah. Mari kita luruskan persepsi kembali, Ketika teman kita sudah sukses dalam urusan duniawi, itu hanya dunia, sekali lagi, dunia. Tidakkah kita bangga kalau Allah memilih memuliakan kita di sisi-Nya, menjadikan kita keluarga-Nya, meilih kita sebagai penjaga kalam-Nya. Apakah itu semua tidak mampu menjadikan diri ini berbangga dan mampu menatap masa depan yang lebih cemerlang dari pada kawan kita? Saudaraku, kemuliaan mana lagi yang kita cari selain fid dunya hasanah wa fik akhirati hasanah wa qina adzabannar.

Yuk, istiqomah bersama Alquran

Jadikan Allah sebagai tujuan

Bahagia Bersama Alquran


Boyolali, 9 Agustus 2019
Asrama Haji Donohudan
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Program Tahfidzul Quran
Al Faqir
Nanang Kosim


Tebarkan Kebaikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *