ENGKAULAH ANAKKU HARI INI, BESOK DAN YANG AKAN DATANG (2)

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Allah swt berfirman :

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَ ٰ⁠جِكُمۡ وَأَوۡلَـٰدِكُمۡ عَدُوࣰّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡۚ وَإِن تَعۡفُوا۟ وَتَصۡفَحُوا۟ وَتَغۡفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ ۝ إِنَّمَاۤ أَمۡوَ ٰ⁠لُكُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةࣱۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥۤ أَجۡرٌ عَظِیمࣱ)

Artinya : Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah-lah pahala yang besar. [Surat At-Taghabun 14 – 15]

Ketika anak tidak didik dengan baik, bisa jadi mereka akan menjadi sumber masalah bagi orangtuanya. Betapa seringnya kita mendengar orangtua yang dipanggil ke sekolah gara-gara anaknya berulah, orangtua yang bertengkar dengan tetangga gara-gara anak yang tidak tahu norma. Bahkan berita tragis orangtua yang dibunuh oleh anaknya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ketika perhiasan berupa anak kita digunakan dan diurus sebagaimana mestinya justru akan merugikan pemiliknya. Ibarat orang yang mempunyai kalung, tetapi dipakai sebagai ikat kepala, atau seorang wanita yang mempunyai banyak gelang, namun semua dipakai di tangannya, berjajar sampai siku, tentu hal ini tidak menjadikannya semakin cantik, namun sebaliknya akan menjadikan pemiliknya menjadi bahan tertawaan. Bukan semakin cantik, namun semakin gak karuan.

Agar hal ini tidak terjadi, orangtua harus mempunyai cita-cita yang kuat dalam mendidik buah hatinya. Tidak sekedar ingin punya anak, namun keberadaan anak harus dipersiapkan sebagai penerus kebaikan orangtuanya. Lihatlah Nabi Zakaria as. ketika bermunajat kepada Allah swt, bermohon agar dikaruniai anak. Allah swt berfirman :

(وَإِنِّی خِفۡتُ ٱلۡمَوَ ٰ⁠لِیَ مِن وَرَاۤءِی وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِی عَاقِرࣰا فَهَبۡ لِی مِن لَّدُنكَ وَلِیࣰّا ۝ یَرِثُنِی وَیَرِثُ مِنۡ ءَالِ یَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِیࣰّا)

Artinya : Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”[Surat Maryam 5 – 6]

Keinginan kuat Nabi Zakaria as mempunyai anak tidak sekedar kerinduan seorang ayah untuk menimang buah hatinya, lebih dari itu beliau mengharap agar sang anak mampu menjadi penerus jalan dakwah yang telah dirintisnya, ingin agar anaknya menjadi penjaga kebaikan yang ada di dalam masyarakatnya.

Sangat disayangkan ketika banyak orangtua yang tidak mempunyai visi dalam pendidikan anak. Mereka mempunyai anak hanya sekedar konsekuensi logis dari sebuah pernikahan, tidak lebih dari itu. Maka yang terjadi adalah tidak jelasnya arah pendidikan anak. Mereka hanya mengejar kesenangan belaka, mengumbar anak dengan berbagai kesenangannya. Orangtua sibuk bekerja, sedangkan anak tidak tahu entah kemana. Orangtua tidak pernah bingung ketika anaknya terlibat pergaulan bebas, bahkan bangga ketika anaknya mengajak pacarnya ke rumah, naudzu billah.

Kalau kondisi seperti ini, maka tidak kaget ketika ada orangtua yang bercucuran air mata karena merasakan akibat dari anak yang tidak dididik dengan agamanya. Hal ini tentunya akan lebih perih lagi ketika di akhirat orangtua dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt akan amanah yang telah diberikannya ini.

=========================
Pati, 27/12/2020
Pelayan SMPIT INSAN MULIA BOARDING SCHOOL PATI, JATENG
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan