Nikmatnya ujian dengan memupuk rasa sabar

#Artikel Ramadhan

#Haribke 25

#Ush Siti Noor Afifah

Tahun 2021 diawali dengan berbagai peristiwa duka di tengah wabah Covid-19 yang terus mewabah di Indonesia. Kabar duka muncul lantaran terjadinya sejumlah bencana alam yang merenggut korban jiwa di sejumlah daerah di Indonesia.

Sejumlah bencana alam tersebut juga terjadi di tengah peristiwa duka jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta pada Sabtu (9/1/2021).


Bencana alam pertama yang terjadi di awal 2021 ialah longsor di Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu (9/1/2021). Kemudian berlanjut dengan terjadinya sejumlah bencana alam di beberapa daerah lainnya mulai dari banjir, gempa bumi, gunung meletus hingga tenggelamnya KRI Nanggala-402 (21/4). Tak terhitung sudah berapa bencana yang telah menimpa masyarakat Indonesia.

Hal ini bisa jadi teguran dari Allah SWT atas perbuatan manusia. Tanpa kita sadari banyak perilaku-perilaku kita yang telah menyimpang dari aturan-Nya, sehingga dengan adanya bencana alam merupakan salah satu teguran agar manusia introspeksi diri dan bertaubat.

Bencana juga menjadi salah satu cara Allah untuk menguji kesabaran hamba-Nya. Apakah hamba-Nya sabar dalam menghadapi cobaan atau bahkan semakin jauh dari-Nya?


Sabar yaitu menerima takdir dari Allah SWT dan berikhtiar mencari jalan keluarnya, menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari rasa murka dan menahan tindakan yang menyimpang dari syari’at. Saat menerima musibah dan cobaan, menuntut setiap orang mukmin untuk bersabar dan memperkuat kesabarannya. Karena sabar adalah ajaran yang sangat penting dalam Islam. Saking pentingnya kedudukan sabar itulah, maka sabar dijadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu sebab dari berbagai sebab untuk memperoleh pertolongan dari-Nya.


Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 153, Allah berfirman, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” Dalam ayat ini disebutkan bahwa keuntungan orang-orang dalam menjalankan sholat lima waktu dan yang mampu menegakkan rasa sabarnya niscaya Allah menjajikan pertolongan kepadanya saat mendapat kesusahan. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb, artinya: “Sabar adalah separuh dari iman.”


Kita semua telah memaklumi dengan ayat yang menegaskan bahwa dunia adalah arena ujian (dâr balâ’), sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155-157, artinya: “Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Atas dasar itulah, sabar merupakan sebab kelangsungan kokohnya cita-cita, berlangsungnya amal dan usaha sungguh-sungguh. Tidaklah hilang dari seorang suatu kesempurnaan, kecuali karena lemahnya kekuatan dalam menanggung rasa sabar dan beban. Sebaik-baik perbuatan adalah sabar dalam menghadapi kesulitan dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.


Dunia ini penuh dengan peristiwa dan kejadian yang serba mendadak. Pada satu sisi, manusia merasakan bahagia dekat dengan orang yang disayangi dan dicintai, tetapi tiba-tiba terdengar berita kematiannya. Pada sisi lain, manusia berada dalam keadaan sehat walafiat dan rezeki yang melimpah, tetapi tiba-tiba ia jatuh sakit, masa depannya suram, dan hartanya habis tersia-siakan bahkan gulung tikar.


Dunia ini ada anugerah, ada ujian, ada kegembiraan, ada kesedihan, ada cita-cita, serta ada derita. Dalam kehidupan dunia ini tidak ada yang kekal, semuanya hanya bersifat sementara, kemudian akan berakhir dan akan hancur. Sesuatu yang jernih bisa berubah menjadi keruh, kesenangan bisa berubah menjadi keperihatinan dan kesedihan bahkan bisa menjadi kesengsaraan. Alangkah janggal orang yang tertawa, tetapi tidak pernah menangis. Alangkah janggal orang yang penuh kemewahan, tetapi tidak pernah merasakan kesulitan. Alangkah janggal orang yang bahagia, tetapi tidak pernah sedih.


Tentu masing-masing kita pernah tertawa dan menangis, kita pernah mengalami kemudahan dan kesulitan, serta kita pernah merasakan kebahagiaan dan kesedihan. Inilah kenyataan yang terjadi di dunia ini. Ada bahagia, ada sengsara, ada gembira ada sedih, ada suka dan ada duka. Karenanya musibah bagi orang mukmin dipandang sebagai ujian. Bagi orang mukmin keberadaan dunia yang penuh dengan lika-liku dan dinamika kehidupan ini dihadapi dengan penuh kesabaran, karena sabar itulah obat dari penyakit-penyakit yang mengguncang dunia.


Keberadaan orang mukmin di antara manusia lainnya sungguh menakjubkan, karena sifat baiknya dalam menghadapi kondisi senang dan sulit, sebagaimana disebutkan dalam hadits, artinya: ”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya dan bila ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)


Ada beberapa catatan penting yang patut kita renungi bahwa ajaran kesabaran dalam Islam sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai sendi dan dinamika kehidupan, terutama ketika kita mendapat musibah.

Bagi orang mukmin yang bisa menghadapi musibah dengan sabar, maka dia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Ta’ala.


Kemudian dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2, Allah Ta’ala dengan jelas menyatakan bahwa Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia, sehingga Allah mengetahui siapa yang lebih baik amalnya. Selanjutnya ucapan yang paling baik bagi seorang mukmin ketika mendapat musibah adalah kalimat Istirja’: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Sebuah pengakuan di hadapan Allah, bahwa kita memang milik-Nya dan kita akan kembali kepada-Nya. Keyakinan ini harus tertanam kuat dalam jiwa untuk menumbuhkan kesadaran kita akan kekuasaan Allah Yang Maha Luas dan ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya.


Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan lahir dan batin bagi orang yang terkena musibah, dengan selalu memohon pertolongan-Nya melalui sabar dan shalat. Harapannya dengan dua hal tersebut dapat menyelamatkan kita dan keluarga kita, menyelamatkan bangsa kita dari penderitaan, musibah dan bencana. Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin.

Oleh : Siti Noor Afifah, S.Pd.

Tebarkan Kebaikan