CINTA DAN NAFSU ; BELAJAR DARI KISAH ZULAIKHA

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Allah swt berfirman :

(وَرَ ٰ⁠وَدَتۡهُ ٱلَّتِی هُوَ فِی بَیۡتِهَا عَن نَّفۡسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلۡأَبۡوَ ٰ⁠بَ وَقَالَتۡ هَیۡتَ لَكَۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ رَبِّیۤ أَحۡسَنَ مَثۡوَایَۖ إِنَّهُۥ لَا یُفۡلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ)

Artinya : Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik ” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.[Surat Yusuf 23]

Kisah Yusuf as. dan istri penguasa Mesir ini memberikan pelajaran kepada kita tentang arti sebuah Cinta yang hakiki. Juga tentang sebuah kesetiaan dalam rumah tangga.

Yusuf yang dibesarkan oleh sang Raja di dalam istana tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan berwibawa. Hal ini yang menjadikan Zulaikha tergoda dan menyiapkan skenario untuk bisa berbuat mesum dengan Yusuf. Di dalam kamar yang terkunci, hanya mereka berdua yang ada. Wanita itupun bersiap untuk mengajak Yusuf melakukan hubungan terlarang. Sesungguhnya dalam diri Yusuf ada ketertarikan sebagaimana Cinta Zulaikha yang membuncah. Dalam kondisi itulah Yusuf berhasil menunjukkan Cinta sejatinya. Dalam kondisi yang hampir saja terjadi pelanggaran syariat itu Yusuf teringat akan ayahandanya yang senantiasa mengajarkan kebaikan dan ketaatan kepada Allah swt. Maka berpalinglah Cinta Yusuf, dari balutan nafsu menjadi Cinta sejati kepada Dzat yang menciptakan Cinta.

Goncangan cinta ini sering terjadi pada siapapun, entah sudah berumah tangga ataupun tidak /belum berumah tangga. Maka, sebagai pembanding dalam pembahasan ini kami hadirkan ayat Allah swt.

(وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن یَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادࣰا یُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَشَدُّ حُبࣰّا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ یَرَى ٱلَّذِینَ ظَلَمُوۤا۟ إِذۡ یَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِیعࣰا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِیدُ ٱلۡعَذَابِ)

Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).[Surat Al-Baqarah 165]

Dimanakah cinta yang sejati? Cinta yang dilandasi nafsu belaka atau cinta suci yang mengejar ridha Ilahi.

Betapa banyak pemandangan muda-mudi yang dimabuk cinta, berduaan tanpa hubungan yang jelas, bersentuhan dan berpelukan tanpa batas, bahkan tidak sedikit yang terhempas dalam perzinaan dengan mengatas namakan cinta.

Rasa cinta adalah fitrah manusia, yang berhak dimiliki oleh siapapun. Namun, kecintaan yang sejati tentunya harus ditumpahkan kepada sang pemilik cinta itu. Artinya, luapan cinta manusia harus mengikuti ketentuan Ilahi yang sesungguhnya menciptakan berbagai aturan itu untuk kemaslahatan hamba-Nya. Bukankah Rasulullah saw. bersabda :

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Artinya : Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thabrani)

Demikian mengerikan dosa orang yang bersentuhan tanpa hubungan mahram, bagaimana pula kalau ada orang yang berpelukan dan berciuman dengan mengatasnamakan cinta. Tentunya cinta seorang mukmin kepada Tuhannya harus mampu menahan nafsunya melampiaskan cinta dengan melanggar aturan-Nya.

Jangankan berbuat zina atas nama cinta, seorang mukmin dan mukminat tentunya lebih takut dengan setan yang bersarang di dalam hatinya dibanding mengejar kesenangan sesaat. Bukankah Rasulullah saw pernah menyampaikan bahwa ketika ada seorang laki-laki dan perempuan bukan mahram berduaan, maka setan akan hadir sebagai pihak ketiga yang siap menyesatkan kedua orang tersebut. naudzu billah

Maka, sesungguhnya perasaan cinta yang tumbuh dalam diri pemuda adalah sesuatu yang alami, fitrah sesuai ketentuan Ilahi, maka harus disalurkan pula sesuai aturan Ilahi agar penuh dengan kenikmatan yang diberkahi.

Bagi orang yang sudah menikah, guncangan cinta ini juga berpeluang terjadi. Media informasi yang tanpa batas, pergaulan bebas dan lemahnya iman bisa menjadikan jalinan cinta yang mulia terciderai dengan nafsu yang menyesatkan. Sebagimana Nabi Yusuf as. yang mendapatkan ujian tersebut, ujian cinta itu akan terus menyertai setiap pasangan untuk mengetahui hakikat kesetiaan. Pepatah mengatakan “rumput tetangga lebih hijau”. Ketika teman kantor terlihat lebih menarik dari pasangan. Ketika relasi bisnis terasa lebih perhatian dari pada istri di rumah. Ketika teman chating terasa lebih glowing dari suami. Ketika teman kuliah dulu terasa lebih heroik daripada tetesan keringat suami yang berjuang mencari nafkah untuk keluar. Ketika semua fatamorgana itu terlihat begitu menarik, maka hadirkan cinta yang sejati dari pasanganmu.

Wajah yang menarik hanyalah bagian kecil dari tujuan pernikahan. Wajah ini akan terlihat indah ketika dirawat dan dihias. Maka, fasilitasilah istrimu agar bisa tampil maksimal di hadapanmu. Bisa jadi ketika di rumah dia jarang terlihat cantik, karena disibukkan dengan aktifitas mengurus rumah tangga, mengurus anak dan seabrek pekerjaan rumah yang itu juga ditujukan untuk dirimu. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan teman kantor yang sedang tidak pernah anda lihat wajah aslinya.

Relasi bisnis yang terasa lebih banyak memberikan perhatian kepada anda adalah sesuatu yang wajar, sebab dengan sikap itu mereka berharap akan mencapai tujuan bisnisnya. Bandingkanlah dengan pasangan anda yang dengan segala daya upayanya berusaha menjadikan anda bahagia tanpa pamrih. Bisa jadi, kata-kata manis jarang terlontar di telinga anda, namun dengan mudah anda akan menemukan ketulusannya dari kesetiaannya menemani anda dalam berbagai kondisi.

Teman anda yang terkesan lebih berani berkorban dari pada pasangan anda, yakinlah bahwa sesungguhnya pengorbanan yang lebih besar dari itu telah dilakukan pasangan anda. Keikhlasannya menerima anda apa adanya, hidup dalam kondisi merintis bisnis yang belum jelas hasilnya, bersabar menjadi pelabuhan kekesalan hati anda ketika sedang menemukan masalah, dan bisa jadi keteguhannya mempertahankan ikatan cinta yang pernah anda nodai adalah sedikit dari tumpukan kesetiaan yang harus pandai anda lihat sebagai bukti cinta yang sejati.

Agar cinta karena Allah swt itu tumbuh subuh di tengah-tengah keluarga orang beriman, maka hendaknya tuntunan Allah dan Rasul-Nya dijadikan pegangan dalam membangun mahligai rumah tangga. Jagalah pandangan ketika di luar, temukan ribuan kebaikan dalam diri pasangannya dan jadikanlah pasangan anda tempat meluapkan cinta yang paling indah. Yakinlah bahwa di rumah anda banyak tersimpan pintu pahala. Bahwa dibalik kesabaran anda menerima pasangan apa adanya ada kemuliaan. Bahwa pernikahan yang anda jalin adalah ikatan perjanjian suci atas nama cinta yang berlandaskan ketundukan kepada sang pencipta. Membangun kesetiaan bersamanya sejatinya adalah mengokohkan janji suci. Sebaliknya, penghianatan dalam pernikahan adalah sebuah dusta. Dusta dengan istri, dusta dengan anak-anak, dusta dengan mertua yang telah menitipkan kepercayaan, dusta dengan para tamu undangan yang menaruh harapan kebahagiaan dari pelaminan dimana anda bersanding, bahkan dusta kepada Allah swt sang pembuat risalah. Bukankah orang mukmin diminta konsistensinya oleh Allah swt dalam berjanji.

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَوۡفُوا۟ بِٱلۡعُقُودِۚ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janjimu [Surat Al-Ma’idah 1]

Bagi anda yang siap berpoligami, berhati-hatilah terhadap nafsu. Pastikan bahwa apa yang menjadi niat anda itu berjalan sesuai syariat yang mulia, bukan sekedar buaian nafsu belaka. Yang harus diperhatikan adalah tercapainya tujuan pernikahan. Karena menikah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt melalui syariatnya, maka pernikahan ini harus sesuai dengan hukum. Komunikasikan lah dengan baik bersama pasangan anda, tidak perlu sembunyi-sembunyi, sebab Rasulullah saw tidak pernah merahasiakan pernikahan beliau. Bahkan beliau yang mengajurkan untuk membuat walimah walaupun hanya dengan seekor kambing. Yang perlu diperhatikan juga, karena tujuan pernikahan adalah membangun keluarga yang sakinah, maka anda harus mampu mewujudkan hal ini dalam keluarga besar anda setelah pernikahan kedua. Jangan sampai setelah pernikahan kedua justru ada yang merasa terdhalimi dengan perilaku anda, ada hak-hak yang terenggut, ada sakinah yang terguncang karena ketidak adilan. Kalau nafsu berorientasi pada kesenangan belaka, maka cinta yang sesungguhnya harus mampu menumbuhkan sakinah di dalam jiwa semua anggota keluarga. Jadi, sebelum melangkah ke poligami, pastikan cinta anda tumbuh dan berkembang dalam naungan cinta kepada Allah swt. Peganglah nasihat Allah swt

( فَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تَعۡدِلُوا۟ فَوَ ٰ⁠حِدَةً أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُكُمۡۚ ذَ ٰ⁠لِكَ أَدۡنَىٰۤ أَلَّا تَعُولُوا۟)

Artinya : Kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kalian miliki.[Surat An-Nisa’ 3]

  • Berbahagialah dengan pasangan anda
  • Cukupkanlah nafsu dengan apa yang dihalalkan untuk anda
  • Raihlah sakinah bersama sampai surga

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥
Pati, 4/1/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA BOARDING SCHOOL, Pati, Jateng
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan