MENIKAH ITU SOAL AQIDAH, JANGAN SALAH LANGKAH

====================
Inspirasi Qur’ani
Membangun Keluarga Samawa

04 Ramadhan 1443 H

06 April 2022 M

Allah swt berfirman :

{ وَلَا تَنكِحُوا۟ ٱلۡمُشۡرِكَـٰتِ حَتَّىٰ یُؤۡمِنَّۚ وَلَأَمَةࣱ مُّؤۡمِنَةٌ خَیۡرࣱ مِّن مُّشۡرِكَةࣲ وَلَوۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡۗ وَلَا تُنكِحُوا۟ ٱلۡمُشۡرِكِینَ حَتَّىٰ یُؤۡمِنُوا۟ۚ وَلَعَبۡدࣱ مُّؤۡمِنٌ خَیۡرࣱ مِّن مُّشۡرِكࣲ وَلَوۡ أَعۡجَبَكُمۡۗ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ یَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ وَٱللَّهُ یَدۡعُوۤا۟ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ وَٱلۡمَغۡفِرَةِ بِإِذۡنِهِۦۖ وَیُبَیِّنُ ءَایَـٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ یَتَذَكَّرُونَ }

Artinya : Dan janganlah kalian nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. [Surat Al-Baqarah: 221]

Ayat ini menginspirasi kita tentang urgensi aqidah dalam sebuah pernikahan. Sekali lagi, dalam Islam menikah tidak sekedar hubungan dua manusia yang berlainan jenis. Di dalam pernikahan ada chemistry yang harus disambungkan antara banyak pihak di berbagai hal. Di dalam pernikahan ada hubungan antar dua personal, juga antar dua keluarga. Demikian juga di dalam pernikahan ada hubungan antar masyarakat, budaya yang mungkin berbeda dan berbagai hal lainnya yang harus betul-betul menyatu menjadi satu kesatuan dalam sebuah ikatan suci. Semua hal ini akan mudah disatukan ketika mempunyai dasar keyakinan yang sama, yaitu aqidah Islamiyyah.

Maka, Allah swt dan Rasul-Nya membimbing umatnya agar tidak sembarangan dalam memilih pasangan. Pertimbangan aqidah harus ditempatkan di tempat tertinggi mengalahkan segala-galanya. Aqidah itu mengalahkan wajah yang kebanyakan orang terpesona dipandangan pertama. Sebegitu penting urusan aqidah ini sampai Allah swt mengatakan bahwa seorang budak yang hitam legam itu lebih baik dari pada wanita cantik nan kaya raya yang tidak beriman kepada-Nya.

Semoga anda paham tentang urgensi ayat ini. Hal ini memberikan bimbingan kepada kita agar cerdas dalam memilih pasangan hidup. Apa sih yang anda cari? Bukankah semua hal-hal fisik ada di setiap wanita. Kalau bicara cantik, bukankah banyak muslimah yang cantik. Kalau mencari kaya, betapa banyaknya muslimah yang sukses di berbagai bidang. Kalau mencari jabatan, posisi apa yang anda incar, wanita muslimah tersebar di berbagai bidang kehidupan, mulai buruh pabrik biasa sampai manajer. Lalu apa lagi yang kurang?

Ketertarikan kepada wanita non muslimah ini yang pernah menjadikan Umar bin Khattab ra. marah kepada Hudzaifah Ibnul Yaman ra. gara-gara menikahi wanita Nasrani, seakan-akan beliau menyampaikan, apa sudah tidak ada wanita muslimah!!!

Contoh yang luar biasa ditampilkan oleh Abdullah bin Rawahah ra. yang menikahi budaknya yang hitam legam setelah dimerdekakan. Tak peduli dengan cercaan orang, keimanan wanita itu lebih beliau hargai dibandingkan lainnya.

Jelas bukan, tampilan kehidupan manusia yang mememang teguh aqidah demi kesuksesan kehidupan yang fana ini. Sekali lagi, mari bertanya pada diri kita masing-masing, apa yang kita cari sehingga rela permainkan aqidah dalam rumah tangga. Kalau soal kecantikan, bukankah kecantikan akan sirna seiring bertambahnya usia. Kalau yang kita cari harta, bukankah akan tiba saatnya dimana harta tidak lagi berharga. Rasulullah saw bersabda :

Janganlah kamu mengawini wanita karena kecantikannya, karena barangkali kecantikannya akan menjerumuskan mereka. Dan janganlah kamu nikahi wanita karena harta bendanya, karena barangkali harta bendanya itu membuatnya kelewat batas. Tetapi nikahilah karena agamanya, sesungguhnya budak wanita hitam lagi tidak cantik tetapi beragama adalah lebih utama.

Tak ada yang Badi di dunia ini kecuali kehidupan itu sendiri yang akan terus langgeng selamanya melewati batas-batas kehidupan menuju keabadian. Ketika agama menjadi pilihan utama, maka sesungguhnya kita sedang meniti kebahagiaan yang abadi hingga ke surga. Peganglah agamanya, niscaya engkau akan bahagia. Rasulullah saw memberikan tip’s dalam meilih pasangan. Beliau sampaikan :

Wanita itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya; maka pilihlah wanita yang kuat agamanya, niscaya kamu akan beruntung. (HR. Bukhari)

Setiap orang berumah tangga pasti menginginkan kebahagiaan, dan kunci kebahagiaan yang hakiki adalah terletak pada pasangan yang Solih atau solihah. Bukankah wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia?

Sekarang mari kita bahas sisi-sisi yang membahayakan ketika terjadi pernikahan lintas agama. Yang jelas, agama ini sudah paripurna, semua sudah dicontohkan dalam kehidupan manusia-manusia mulia pada zaman Rasulullah saw dan para sahabat. Para ulama juga sudah membuatkan garis-garis lurus yang mudah untuk diikuti selama tidak memperturutkan hawa nafsu. Para pendukung nikah beda agama, seringkali didasari kedangkalannya dalam memahami dalil agama disertai memuncaknya hawa nafsu yang mengalahkan hati nurani.

Hati-hati lah saudaraku, ketika sebuah pernikahan tidak mau mengikuti jalan Ilahi, maka sebuah kerusakan akan terwariskan dalam rentetan yang tidak jelas kapan selesainya. Sederhananya begini. Ketika terjadi sebuah pernikahan yang tidak sah, maka akan terjadi perzinaan yang dibingkai dengan kedok rumah tangga. Anak yang dilahirkan dari sebuah perzinaan tentunya tidak mempunyai jalur perwalian dengan laki-laki yang menghamili. Ketika sang anak menikah, kemudian diwalikan oleh “sang ayah” maka pernikahannya tentu tidak sah juga dan akan menyebabkan perzinaan seumur hidup lagi. Betapa kebingungan juga akan dirasakan sang anak, dimana dia tidak jelas mengikuti agama siapa. Kalau kebetulan dia mendapat hidayah, Alhamdulillah. Tapi kalau kemudian sang anak mengikuti kekafiran, betapa ini sebuah kecelakaan yang besar. Anak yang dilahirkan dalam kondisi membawa ke-fitrahan-nya (Islam) pada akhirnya harus tumbang, murtad karena orangtua yang tidak memperhitungkan agama. Coba bayangkan, kalau anda yang menjadi sebab murtadnya seseorang, berapa dosa yang akan anda tanggung? Ngeri kan, betapa besarnya kerusakan yang dihasilkan dari sebuah aksi memperturutkan hawa nafsu.

Kesimpulannya, menikah itu masalah aqidah, masalah agama yang harus dijaga, silsilah yang harus terjaga kejelasannya. Apa yang anda cari dari sebuah pernikahan, selain kebersamaan dalam kebahagiaan meniti kehidupan yang abadi di sisi-Nya.

========================
Pati, Al-Faqir
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangsmpit@gmail.com

Tebarkan Kebaikan