Oleh: Sandi lestari, S.H
Perbuatan keji dan menjijikkan “Genosida” Israel terhadap warga Gaza Palestina masih berlangsung hingga hari ini dengan korban hampir 50 ribu orang meninggal pascaserangan 7 Oktober 2023 lalu. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kebijakan politik militer Israel tak ubahnya seperti perilaku gerombolan manusia primitif yang dengan bengis menghancurkan, merampas, menista, dan membunuh.
Misi Israel memang menghancurkan dan meluluhlantakkan. Tampak dari sikap nyata Israel yang menginjak-injak hukum internasional dan banyak konvensi PBB. Bahkan, Amerika pun dengan lantang membiarkan dan bahkan membela penghancuran Israel terhadap kedaulatan institusional PBB, kehormatan dan keadilan hukum internasional, kemanusiaan, dan perdamaian dunia, khususnya penghancuran terhadap Gaza.
Nafsu angkara Israel kini dibalut dengan political superiority and supremacism, melalui keputusan afirmatif ekonomi Amerika yang dijadikan pembenaran terhadap teror dan aksi-aksi agresif Israel terhadap warga Gaza. Itulah sebabnya, hingga akhir 2024 pembantaian terus dilakukan dengan sangat mudah oleh Israel.
Zionis israel melanjutkan agresinya terhadap Jalur Gaza pada Selasa (18/03/2025) dini hari dengan serangkaian serangan kekerasan, yang hingga saat ini telah mengakibatkan 356 gugur dan puluhan lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Pasukan penjajah israel mengumumkan bahwa 100 pesawat terlibat dalam dimulainya kembali serangan di Jalur Gaza, dan menyatakan bahwa serangan tersebut akan terus berlanjut selama diperlukan serta meluas tidak hanya melalui serangan udara. Serangan ini menargetkan berbagai lokasi di Jalur Gaza, termasuk Kamp Al-Maghazi di tengah, Khan Yunis dan Rafah di selatan, serta Kamp Jabalia dan Beit Hanoun di utara.
Sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 57 korban telah tiba di Rumah Sakit Eropa akibat pemboman penjajah israel di Rafah. Narasumber Al Jazeera mengatakan, 25 warga Palestina gugur dalam pemboman Sekolah Al-Tabaeen yang menampung para pengungsi di lingkungan Al-Daraj, Gaza. Narasumber tersebut mengonfirmasi bahwa seluruh keluarga telah dihapus dari catatan sipil selama penggerebekan yang dimulai sekitar pukul tiga dini hari tadi. Pertahanan Sipil Gaza juga mengumumkan bahwa timnya menghadapi kesulitan besar dalam menjalankan tugas akibat serangan serentak di berbagai wilayah di Jalur Gaza.
Kepala Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengecam serangan udara mematikan israel terhadap Jalur Gaza pada hari Selasa, yang mengakibatkan “jumlah kematian anak terbesar dalam satu hari dalam setahun terakhir.”
“Laporan dan gambar yang muncul dari Jalur Gaza setelah serangan hari ini sangat mengerikan. Ratusan orang dilaporkan gugur, termasuk lebih dari 130 anak-anak, yang merupakan jumlah kematian anak terbesar dalam satu hari dalam setahun terakhir,” kata Catherine Russell dalam sebuah pernyataan.
Menekankan bahwa serangan itu tidak hanya merenggut nyawa, Russell mengatakan hal itu meningkatkan penderitaan populasi yang sudah rentan. “Beberapa serangan dilaporkan mengenai tempat penampungan sementara dengan anak-anak dan keluarga yang sedang tidur, pengingat mematikan lainnya bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza,” katanya.
Memperhatikan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, ia mengingat blokade bantuan israel. “Sudah enam belas hari sejak truk terakhir yang mengirimkan bantuan kemanusiaan menyeberang ke Gaza. Selain itu, listrik telah diputus ke pabrik desalinasi utama, yang secara signifikan mengurangi jumlah air minum,” katanya. “Hari ini, satu juta anak-anak Gaza, yang telah bertahan hidup selama lebih dari 15 bulan dalam perang, telah kembali terjerumus ke dalam dunia yang penuh ketakutan dan kematian. Serangan dan kekerasan harus dihentikan – sekarang juga.”
Pimpinan UNICEF menyerukan agar permusuhan segera dihentikan dan mendesak “semua pihak untuk segera memberlakukan kembali gencatan senjata, dan kami menyerukan kepada negara-negara yang memiliki pengaruh untuk menggunakan pengaruh mereka guna memastikan situasi tidak semakin memburuk.”
Jihad Islam Palestina mengatakan, Netanyahu sengaja menggagalkan semua upaya untuk mencapai gencatan senjata. Mereka menambahkan, bahwa agresi baru ini tidak akan memberi keuntungan bagi penjajah israel, baik di medan perang maupun dalam negosiasi.
Maariv melaporkan, rencana baru pasukan penjajah israel menginstruksikan pasukannya untuk maju ke dalam Jalur Gaza, membersihkan wilayah tertentu dan tetap berada di sana sambil memindahkan warga sipil ke wilayah kemanusiaan.
Semoga Allah memberikan pertolongan kepada saudara-saudara kita di palestina.