ATAS IJIN ALLAH KAMI TAHU APA YANG KAMU SEMBUNYIKAN NAK

Sejak menghadapi masa pandemi memang suatu tantangan tersendiri bagi kami orang tua dan mungkin juga tantangan semua orang tua di belahan bumi manapun. Bagaimana tidak, jika biasanya kami akan memasrahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada lembaga pendidikan bahkan kamipun kadang terlupa untuk membangun kebiasaan, adab, ibadah, hafalan, tilawah dan karakter anak.

Pada masa seperti ini semua peran itu harus diambil sepenuhnya oleh orang tua dirumah. Bisa dibayangkan bagaimana banyaknya orang tua yang masih minim dengan ilmu mendidik  yang mumpuni untuk mendampingi putra-putrinya, belum lagi beban menjadi guru semua Mata Pelajaran bagi anaknya, sebuah tantangan tersendiri bagi saya orang tua yang sekaligus punya peran yang tidak hanya satu.

Dalam kondisi seperti ini kami yakin bahwa Allah sedang menguji kita semua  untuk mengembangkan kemampuan kita dalam mendidik dan mendampingi anak-anak kita. Banyak orang tua yang selama ini lupa menyisihkan ruang dan waktu untuk menyampaikan nilai-nilai luhur kehidupan kepada mereka sebelum kelak mereka bersinggungan dengan warna warni kehidupan yang dibuat oleh manusia.

Apalagi ditengah kesibukan orang pada zaman ini, dimana sebagian besar waktu produktifnya di habiskan untuk bekerja, mengejar karir, mementingkan jabatan, atau mungkin sambilan lain yang berorientasi kemakmuran hingga terlupa dengan menyiapkan imunitas jiwa anak.

Dimasa pandemi ini, memberi atau tidak memberi fasilitas Hand Phone bagi anaknya yang sudah memasuki usia kelas 4 SD keatas adalah tantangan tersendiri. Di lain sisi itu adalah fasilitas yang sangat mereka butuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran disekolah akan tetapi disisi lain anak akan berselancar tanpa batasan apapun di luar kendali orang tua.

Dari disinilah mereka akan dengan sangat cepat mengenal permainan online yang awalnya sangat tegas tidak diijinkan hadir di rumah kita. Dari sinilah mereka akan mengenal media sosial yang tanpa sekat untuk mengenal siapapun dengan beragam warna yang tidak semua sewarna dengan apa yang kita harapkan.

Dari sini pula ia akan terhubung dengan teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan dengan pergaulan tanpa batas, membaca status mereka, sedang senang-senangnya ngechatt satu sama lain dan dampak lain yang belum pernah kita persiapkan sebelumnya.

 Dan setelah melalui proses diskusi panjang ketika pandemi berjalan 9 bulan dengan tidak adanya kepastian kapan ini akan berakhir dan banyak pertimbangan lain maka akhirnya kami (saya dan Bapak) sepakat untuk memfasilitasi Mas Raziq dengan Hand Phone milik Bapak yang saat ini masih dipakai. Ternyata dari sinilah tantangan itu bermula.

Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya semua berjibaku dengan aktifitas masing-masing untuk mempersiapkan diri dengan  kegiatan rutinitas kami masing-masing, Bapak ke kantor, saya ke kantor, dan anak-anak dirumah untuk belajar daring.

Mungkin ilham yang membuat bapak pagi itu tersentak untuk membuka Hand Phone mas Raziq dan mengecek semua chatt yang masuk. Saat itu mata Bapak terbelalak dan hatinya terasa runtuh seketika melihat chatt anak sulung kami yang sudah mulai berani chatt  lawan jenis diusinya yang masih 12 tahun. Alhamdulillahnya Bapak pagi itu masih di karuniai hati yang lapang sehingga Bapak menundanya untuk mendiskusinya nanti malam saat menjelang tidur agar tidak menanggapi dengan emosi selain harus segera ke kantor untuk bekerja.

Ketika malam menjelang  tidur Bapak mengajak diskusi mas Raziq tentang apa yang Bapak baca pagi tadi,  malam ini Bapak sudah bisa mengendalikan emosinya dengan harapan  Mas Raziq bisa bercerita dengan terbuka apa yang dia sembunyikan. Saat  itu Bapak bilang jika dosa itu mas adalah apa yang kamu sembunyikan dan tidak ingin orang lain tahu, nah apa yang mas sembunyikan dari Bapak dan Ibu. Saat itu Mas Raziq belum bisa menjawab secara langsung karena mungkin lupa dengan yang dia lakukan atau pertanyaan itu masih terlalu umum baginya.

Akhirnya Bapak mengarahkan pembicaraan tentang chattnya dengan anak perempuan. Dari ekspresinya seketika itu Mas Raziq kaget dan ketakutan “kok bisa Bapak tahu” mungkin itu gumamnya dalam hati. Bapak “Mas  atas ijin Allah Bapak di tuntun Allah untuk melihat chatt kamu mas”. Saat itu Bapak sampaikan kekecewaan Bapak pada Mas Raziq karena seingat Bapak kami tidak hanya sekali mengajarkan kepada anak-anak tentang adab pergaulan.

Bapak pun menanyakan apa maksud dari kalimat yang kamu tulis dan kirim ke anak perempuan itu yang sebenarnya dia sendiripun tak begitu faham betul dengan apa yang dia tulis. Menurut pengakuannya dia melakukanya karena teman-teman yang lain juga melakukan hal itu. Pembicaraan terus berlanjut untuk kembali memahamkan Mas Raziq akan kesalahannya dan bagaimana harusnya kita bersikap.

Dan akhirnya pembiacaaan ditutup dengan ketika kita melakukan kesalahan berarti melanggar peritah Allah. Untuk kesalahanya kali ini Mas Raziq meminta Bapak untuk membuat perjanjian agar cerita ini tidak sampai ke Ibu dan Bapak sepakat asalkan tidak diulangi lagi. Karena mas Raziq tahu kalau respon Ibu pasti akan sangat marah dengan hal ini.

Disisi lain Bapak sangat bersyukur karena Allah menuntun Bapak mengetahui kesalahan  yang dia lakukan lebih awal sehingga kami segera memperbaikinya, Bapak tidak bayangkan bagaimana jika hal ini berlarut-larut hingga perjalanannya sampai jauh dan kami tidak tahu apa yang disembunyikan anak-anak dari kami. Sejak kejadian itu Bapak memprogramkan untuk lebih sering membuka chattnya Mas Raziq.

Selang beberapa pekan dari kejadian itu ada lagi yang menggerakkan hati saya untuk lebih sering ngecek juga chattnya si sulung. Dan kagetnya bukan main saat melihat chatt Mas Raziq kepada seorang anak perempuan, alhmadulilahnya saat itu saya diberi taufiq untuk sabar dan menunggu ketemu Bapak mendiskusikan hal ini agar kami punya kesepakatan yang sama dalam menangani anak kami yang mulai menginjak usia remaja.

Malamnya saya menceritakan apa yang saya lihat di chatt kepada Bapak. Ketika itulah Bapak baru menceritakan kejadian beberapa pekan lalu yang mereka rahasiakan dari saya dan  ternyata tertuju pada anak perempuan yang sama, sekaligus juga Bapak menyampaikan semua cerita yang saya tulis diatas.

Dengan kepala yang terus berusaha saya dinginkan kami sepakat untuk duduk bersama menyelesaiakan masalah ini. Dengan nada yang tenang dan datar kami menyampaikan harapan kami bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.

Kami sampaikan dengan detail mengapa Bapak dan Ibu marah dengan apa yang dilakukan Mas Raziq kali ini, saya sampaikan lagi bagaimana seharusnya pergaulan dengan lawan jenis, bagaimana madhorotnya, kami juga menyampaikan bagaimana dosa-dosa zina itu berawal dari chatt yang tidak seharusnya disampaikan kepada lawan jenis, dan menanamkan bahwa menyembunyikan sesuatu kepada orang tua itu artinya kamu bohong kepada Bapak dan Ibu yang artinya kamu melanggar perintah Allah.

Saya sampaikan bahwa kita bukanlah keluarga yang istimewa atau punya ibadah yang istimewa sehingga kita tidak mempunyai jalan pintas untuk masuk syurga, atas dasar inilah saya berusaha untuk terus mengarahkan kalian anak-anak Ibu untuk selalu dalam ketaatan dengan berusaha meminimalkan dosa dan berusaha terus memantaskan diri agar layak masuk ke syurga Allah bersama-sama.

Sejak saat itu perjanjian baru penggunaan Hand Phone juga harus di perbarui lagi, dengan batasan waktu, batasan layanan aplikasi yang boleh dipakai, dengan siapa saja boleh berteman, mengunci layar Hand Phone dalam kendali kami dan hal-hal tehnis yang menjaga agar mereka tetap pada fitrah kebaikan.

Dan dari sana kami baru menyadari bahwa apa yang kami tanamkan tentang pergaulan lawan jenis masih belum utuh di fahami, dan perlu harus kami ulang-ulang lagi agar tertanam kuat di hatinya sehingga ia tahu bagaimana bersikap di kemuadian hari.

Ya begitulah anak-anak mereka adalah manusia tempatnya khilaf dan salah, dan itupun berlaku bagi kami sebagai orang tua berusaha terus mengoreksi diri. Mungkin ada hal yang harus kami perbaiki dari hubungan kami dengan Allah, hubungan kami dengan keluarga, hubungan kami dengan orang lain  sehingga Allah mengingatkan kami dengan cara ini.

Oleh Ustazah Diah Jumaroh – Guru SMPIT Insan Mulia Pati

Tebarkan Kebaikan