====================
Inspirasi Qur’ani
Al Qur’an Panduan Guru
====================Allah swt berfirman :
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, [Surat Al-Baqarah: 183]
Saudaraku, secaya naluri tentu menahan lapar dan dan dahaga seharian penuh itu berat, apalagi ada makanan dan minuman yang jelas-jelas tersedia di sekitarnya. Kalau toh bukan karena iman, tentu hal ini tidak akan terlaksana. Hebatnya, syariat puasa itu sudah terlaksana sejak ribuan tahun yang lalu. Apa rahasianya? Selain iman yang tertanam kuat dalam diri setiap orang muslim, ada keunikan yang tersimpan dalam ayat puasa ini yang kalau kita rasakan akan menjadikan perasaan begitu ringan dan senang melaksanakannya.
Yang pertama, lihatlah, bagaimana Allah SWT memanggil dalam ayat ini. Allah SWT menggunakan panggilan ya ayyihalladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman). Kepana bukan ya ayyuhannas (wahai manusia) atau ya Bani adama (hai anak Adam) atau panggilan lain? Tentu panggilan ini menyesuaikan dengan obyek perintah yang akan diberikan. Orang yang beriman memiliki modal untuk mendapatkan beban yang berat ini. Keyakinannya kepada sang Penguasa alam semesta lebutuh butuh perjuangan dibandingkan sekedar menerima perintah dari-Nya. Maka, beban yang berat itu akan terdengar ringan bagi mereka.
Selain itu, panggilan ini adalah panggilan kesayangan Allah kepada hamba-Nya, sebab orang beriman mempunyai hubungan istimewa dengan Tuhannya.
Apa hikmahnya? Pendidikan harus didasarkan pada hubungan yang baik antara guru dan murid. Sang guru senang memberikan ilmunya dan sang murid juga percaya atas apa yang diajarkan oleh gurunya. Kecintaan guru kepada murid akan mengantarkan dia memberikan semua kasih sayangnya bak anak sendiri. Di sinilah berlaku kaidah bahwa seorang guru bukanlah penguasa. Dia harus mampu berperan sebagai seorang ilmuwan yang mentransfer pengetahuan. Di saat yang lain dia juga harus mampu berperan sebagai seorang Syaikh yang mengajarkan spiritual. Juga sebagai seorang murabbi yang mencurahkan segala kemampuan, waktu, tenaga dan apa yang dimilikinya demi berkembangnya potensi sang murid. Di saat-saat tertentu diapun harus mampu berperan sebagai teman yang setia mendengarkan segala curhat-an anak-anaknya. Peran inilah yang ditampilkan oleh Rasulullah Saw. sehingga para pengikutnya begitu setia dengan segala kedekatannya kepada beliau. Tidak heran kalau dalam sejarah Islam para pengikut beliau disebut dengan sahabat, bukan prajurit atau sebutan lain, menunjukkan hubungan yang sangat dekat antara sang Rasul dan umatnya itu.
Selain kedekatan, panggilan ini untuk menginspirasi kita agar membiasakan diri memanggil murid kita dengan panggilan terbaik. Setiap orang memiliki nama dan itu adalah kemuliaan. Jangan pernah Memanggil anak-anak kita dengan panggilan buruk, sebab hal itu tentu berdampak buruk pula terhadap hubungan guru dengan murid. Lebih bagus lagi kalau kita membiasakan Memanggil dengan panggilan “mas/mbak”, sebab hal ini akan menumbuhkan kesan penghargaan dan lebih banyak menimbulkan kebaikan.
Kedua, mari kita perhatikan bagaimana cara Allah SWT menyampaikan beban itu. diwajibkan atas kalian. Kenapa buka aku wajibkan?. Kalimat pasif yang dipilih Allah SWT dalam menyampaikan perintah ini terasa begitu dekat. Kedekatan yang istimewa antara yang diperintah dengan sang pemberi perintah. Di sini, Dia melepaskan otoritasnya sebagai pemberi perintah. Tidak mentang-mentang Dia yang berkuasa kemudian menunjukkan kekuasaannya. Dia tahu bahwa perintah puasa ini berat, maka penggunaan kalimat pasif akan mengurangi beban psikologis bagi obyek perintah.
Begitulah seorang guru bersikap, tindak mentang-mentang pintar kemudian menganggap anak didiknya bodoh semua. Tugas guru adalah memantik apa yang ada dalam diri siswa agar tumbuh subur menjadi kemampuan yang bermanfaat. Tugas guru adalah fasilitator, agar murid menemukan ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya. Kesan menggurui hanya akan menghilangkan kreatifitas murid. Apalagi di era digital sekarang ini, bisa jadi murid lebih dahulu menemukan pengetahuan dari internet sebelum guru masuk kelas. Maka sekali lagi, jadilah guru yang adaptif, jangan habiskan waktumu hanya untuk berpidato seharian di depan kelas. Manfaatkan teknologi, bangun suasana nyaman dengan bertukar pendapat antara dirimu dengan murid-muridmu atau antar murid-muridmu dalam forum diskusi. Biarlah mereka menemukan sendiri ilmu pengetahuan itu dan anda cukup menjadi fasilitator yang bersahabat.
Contoh riilnya begini. Untuk mengajarkan luas persegi panjang, bagi guru Tempo Doeloe, tentu mereka menyuruh muridnya menghafal rumus panjang kali lebar (p x l). Sekian jam anak-anak disuruh menghafal kemudian diberi tugas untuk mengaplikasikan rumus tersebut. Anda apa yang terjadi? Sebagaimana lazimnya matematika, contoh yang diberikan sang guru begitu mudah, namun begitu dirubah angkanya pusinglah sang murid. Anda pernah mengalami ini? Hemmm. Guru yang cerdas, tidak perlu menyuruh murid menghafal, cukup membawa meteran, kemudian menyuruh muridnya mengukur sisi panjang ruang kelas mereka sendiri, kemudian diukur pula sisi lebarnya. Begitu selesai mereka diajak mengalikan dua angka tersebut dan barulah diberitahu begitulah cara menghitung luas persegi panjang. Asyik bukan? Bagaimana kalau kemudia mereka diberikan tugas mengukur luas meja, luas teras kelas dan lainnya, tentu anak-anak akan merasakan begitu mengasyikkannya belajar matematika.
Ketiga, mari kita perhatikan kalimat sebagimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian. Betapa cerdasnya Allah dan Dia memang Sang Maha Pandai. Kewajiban yang berat itu akan terasa berat apabila hanya dibebankan kepada satu orang saja, maka Dia tampilkan fakta bahwa kewajiban ini tidak hanya untuk kamu, orang-orang sebelum kamupun sama. Artinya, kalau kamu diwajibkan sekarang, itu gak sendirian. Kalau orang-orang sebelum kamu kuat, maka kamupun harusnya kuat. Begitulah kira-kira pesan ayat ini.
Menumbuhkan rasa empati kepada murid akan berdampak pada mudahnya mereka menerima pesan-pesan kebaikan yang kita ajarkan. Pelajaran yang sulit akan terasa mudah ketika disampaikan dengan penuh empati. Beban yang berat akan terasa ringan kalau disertai dengan motivasi. Selayaknya bagi setiap guru mencari berbagai macam pendekatan dan strategi pembelajaran agar muridnya merasakan indahnya belajar.
Keempat adalah pesan tentang tujuan puasa, agar kalian bertaqwa. Setiap guru harus mampu menunjukkan di hadapan muridnya tentang apa manfaat materi yang diajarkan. Motivasi akan tumbuh kalau mereka paham kenapa harus mempelajari materi tersebut. Dalam Quantum Teaching kita mengenal AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). Pembelajaran harus bermakna, siswa harus merasakan manfaatnya dia belajar. Dengan begitu akan tumbuh minat mereka untuk sungguh-sungguh.
Selain manfaat duniawi, tentu setiap guru harus mampu mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan dengan manfaat ukhrawi, sebab semua amal bisa mengantarkan manusia ke surganya Allah SWT, menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat. Kalau anda mampu mengungkap hal ini, niscaya akan akan sangat bersemangat mengajar dan murid andapun akan antusias dalam belajar.
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 4 Ramadhan 1444 H/26 Maret 2023
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday dan boarding school