Cara Bijak Menegur Anak yang Bersalah

Oleh: Nur Hidayah Fany

Menegur anak yang melakukan kesalahan bukan sekadar memberi hukuman atau menunjukkan kekesalan. Teguran yang bijak harus mampu membimbing anak, bukan merusak kepercayaan dirinya. Berikut beberapa langkah teknis untuk menegur anak secara efektif dan membangun:

1. Kendalikan Emosi Sebelum Menegur

Jangan menegur anak ketika sedang marah. Emosi yang tak terkendali bisa menyebabkan teguran berubah menjadi bentakan atau kata-kata kasar. Beri waktu sejenak untuk menenangkan diri agar pesan yang disampaikan tidak menyakiti hati anak.

2. Pisahkan Perilaku dari Identitas Anak

Tegur tindakan yang dilakukan anak, bukan pribadinya. Hindari kalimat seperti “Kamu nakal” atau “Kamu selalu buat masalah.” Sebaliknya, gunakan kalimat spesifik seperti “Tindakanmu tadi saat membentak teman tidak baik karena bisa melukai perasaannya.

3. Gunakan Teknik “Saya Pesan

Teknik ini melibatkan penyampaian teguran dari sudut pandang orang tua. Misalnya, “Ayah merasa sedih ketika melihat kamu tidak berbagi mainan dengan adikmu. Bagaimana menurutmu kalau kita belajar berbagi bersama?” Ini membuat anak merasa didengar, bukan dihakimi.

4. Ajukan Pertanyaan Reflektif

Setelah menegur, beri anak kesempatan untuk berpikir dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Menurutmu, apa yang bisa kamu lakukan berbeda di lain waktu?” Pertanyaan ini membantu mereka belajar dari kesalahan dan memahami konsekuensinya.

5. Tawarkan Solusi dan Bimbingan

Berikan bimbingan agar anak tahu bagaimana bertindak lebih baik ke depannya. Misalnya, jika anak bertengkar dengan temannya, ajarkan mereka cara meminta maaf dan memperbaiki hubungan. Katakan, “Ayah akan bantu kamu latihan cara meminta maaf.”

6. Akhiri dengan Afirmasi Positif

Setelah teguran, akhiri dengan pelukan atau kata-kata positif seperti, “Ayah tahu kamu anak yang baik dan bisa belajar dari ini.” Hal ini menguatkan bahwa meski ditegur, cinta orang tua tidak berkurang.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, teguran tidak hanya menjadi momen koreksi tetapi juga momen pendidikan. Anak tidak hanya tahu apa yang salah, tetapi juga bagaimana memperbaikinya dengan dukungan penuh dari ayah.

Tebarkan Kebaikan