3 NASIHAT UNTUK PENGANTIN

=========================

Kehidupan rumah tangga menempuh proses yang luar biasa. Tidak hanya keindahan sebagaimana yang terbayang, namun juga harus bersiap menembus badai yang bisa jadi datang tiba-tiba. Maka, jadikan 3 hal ini sebagai bekal meraih kebahagiaan bersama.

1. Membangun rumah tangga harus dibingkai dengan taqwa.

Allah swt. berfirman :

(بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسࣲ وَ ٰ⁠حِدَةࣲ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالࣰا كَثِیرࣰا وَنِسَاۤءࣰۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا)

Artinya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah. kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminla satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian. [Surat An-Nisa’ 1]

Dalam menjalani proses pernikahan harus dilandasi dengan taqwa. Takutlah kepada Allah, jangan sampai melanggar aturannya, terjatuh dalam pergaulan bebas apalagi sampai terjadi zina naudzu billah min dzalik. Jika anda laki-lai, datanglah ke rumah orangtua perempuan dengan baik. Sampaikan maksud dan tujuan yang mulia itu, dan segerakanlah pernikahan agar hati tidak terkotori. Jika anda belum siap menikah, maka lebih baik perbanyak puasa dan berusahalah menjaga pandangan, isi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan pacaran yang akan banyak menggerogoti kejernihan hati. Seperti itulah Rasul kita mengajarkan.

Ketika menuju pelaminan, luruskan niat anda. Jadikan pernikahan sebagai ibadah sehingga semua akan mengangkat derajatmu di sisi-Nya.
Demikian pula dalam proses rumah tangga, berhati-hati. Berhati-hatilah dalam bertutur kata dengan pasangan anda. Jangan sampai lidah ini menyakiti orang. Dalam berperilaku, takutlah kepada Allah, janganlah perilaku anda menjadikan pasangan anda tidak ridho.

Selanjutnya, jadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan. Hubungan antara suami dan istri tidak semata hanya luapan kasih sayang antar dua insan, namun lebih ditujukan untuk meraih ridha Allah. Seorang suami yang bekerja mencari nafkah, niatkan agar Allah ridho. Seorang istri yang melayani suami dengan sepenuh hati, maka murnikan karena ingin meraih ridha Allah. Kalau ridha Allah tujuannya, insyaallah semua akan indah, bahkan ketika ada emosi, jadikanlah kemarahan karena Allah. Kalai Allah tidak ridha, lebih baik anda tidak perlu marah sebab mehaman marah, memaafkan, senyum yang manis di hadapan keluargamu, semuanya adalah pahala bagimu.

Proses pernikahan harus mampu menjadikan kedua mempelai semakin tambah imannya. Semakin rajin ibadahnya, semakin tambah baktinya kepada orangtua, semakin tersemangati untuk melaksanakan eomantisme dalam penghambaan kepada Allah. Hal ini dicontohkan oleh seorang sahabat Rasulullah saw. yang bangun di tengah malam, melaksanakan shalat malam kemudian membangunkan istrinya dengan memercikkan air agar sang istri juga bangun sujud di hadapan Tuhannya.

2. Membangun rumah tangga harus dilandasi dengan ta’awun (tolong menolong)

Allah swt. berfirman :

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَ ٰ⁠نِۚ

Arinya :
Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan [Surat Al-Ma’idah 2]

Hakikat pasangan suami dan istri adalah sebuah tim yang akan mencapai satu tujuan yang disepakati. Oleh karena itu harus terjadi rasa saling memiliki atas semua tugas dan problematika antar keduanya. Seorang suami yang baik tentunya harus siap membantu istrinya membersihkan rumah, mencuci baju dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Demikian juga seorang istri yang baik tidak harus menunggu suami untuk pekerjaan yang memang bisa dilakukan sendiri.

Semakin lama umur pernikahan seseorang harus semakin kuat pula ikatan tolong menolong ini. Mendidik anak-anak membutuhkan konsep dari seorang suami yang merupakan pemimpin dalam rumah tangga dan sang istri dengan segala kesiapannya dalam tataran praktis keseharian.

3. Membangun rumah tangga sampai di surga

Proses indah ini tentu sangat sayang kalau hanya berhenti beberapa saat. Kebagaiaan di dunia harus bisa berlanjut sampai bersama-sama merasakan kebahagiaan di akhirat kelas. Maka, seorang suami dan istri harus saling bergandengan tangan yang erat, membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Mendidik anak-anak agar menjadi anak yang solih dan solihah. Teruslah berusaha sampai Allah berkenan mengumpulkan kalian ke dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan.

(وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّیَّتُهُم بِإِیمَـٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَمَاۤ أَلَتۡنَـٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَیۡءࣲۚ كُلُّ ٱمۡرِىِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِینࣱ)

Artinya :
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. [Surat Ath-Thur 21]

Bersabarlah wahai pengantin baru. Luruskan niat kalian, berjalanlah dalam bingkai taqwa, tolong menolonglah antar kalian, saling mengingatkan dan menguatkan. Didiklah anak-anak kalian dengan baik agar mereka kelak mampu berbakti kepadamu. Istiqomahlah sampai kalian bisa masuk surga bersama-sama.

Barakallahu laka wabaraka alaka wajama’a bainakuma fi khairin

==========================
Pati, 20/9/2020
Disampaikan dalam acara walimatul usrusy pernikahan Usth Eli Kusuma bersama Arif Rahman
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan