BELAJAR ITU DARI YANG KONKRET

BELAJAR ITU DARI YANG KONKRET

====================
Inspirasi Qur’ani

Al Qur’an Panduan Guru

Allah swt berfirman :

{ وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ رَبِّ أَرِنِی كَیۡفَ تُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَلَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَـٰكِن لِّیَطۡمَىِٕنَّ قَلۡبِیۖ قَالَ فَخُذۡ أَرۡبَعَةࣰ مِّنَ ٱلطَّیۡرِ فَصُرۡهُنَّ إِلَیۡكَ ثُمَّ ٱجۡعَلۡ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلࣲ مِّنۡهُنَّ جُزۡءࣰا ثُمَّ ٱدۡعُهُنَّ یَأۡتِینَكَ سَعۡیࣰاۚ وَٱعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِیزٌ حَكِیمࣱ }

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman, “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab, “Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya.” Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu potong-potonglah burung-burung itu olehmu, kemudian letakkanlah tiap bagian darinya atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia, niscaya dia akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. [Surat Al-Baqarah: 260]

Ayat ini menjelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim as. yang memohon ditunjukkan kekuasaan Allah SWT tentang proses menghidupkan kembali yang mati. Bukan karena ragu, namun beliau ingin mendapatkan pengetahuan yang riil sehingga semakin menguatkan keimanannya kepada Allah SWT. Maka Allah perintahkan beliau untuk memotong empat ekor burung dan menyebarkan tiap bagian tubuhnya ke bukit yang berbeda. Dengan kuasa Allah SWT , ketika Ibrahim as. memanggilnya maka terbanglah burung-burung itu dalam kondisi masih hidup seperti semula. Inilah yang dikatakan Nabi Ibrahim as. sebagai ilmu pengetahuan yang mampu menjadikan hatinya semakin tenang dan kuat dalam meyakini kekuasaan sang pencipta kehidupan.

Yang menjadi inspirasi dari ayat ini adalah bagaimana ilmu itu lebih mudah didapatkan ketika ditunjukkan sesuatu yang konkret, entah itu melalui pendengaran maupun penglihatan. Mengajarkan sesuatu yang abstrak butuh lebih banyak tenaga untuk memahamkan dan anak-anak memahami, sebab butuh pengetahuan dasar yang harus dikuasai. Kalau anak belum menguasai pengetahuan dasar, maka sulit baginya memahami pengetahuan abstrak.

Makanya, wahai para guru….berusahalah mengajarkan pengetahuan setingkat demi setingkat, agar anak-anak mudah menerima pelajaran itu. Bagi anak TK atau SD kelas bawah, mengajarkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian tentu lebih asyik kalau dimulai dengan benda riil. Untuk menyelesaikan soal 2 + 2 tentu lebih asyik kalau diajarkan dengan memakai sebuah peraga. Misal : anak disuruh mengambil 2 buah batu, kemudian disuruh menambahkan 2 buah batu lagi baru kemudian dihitung semuanya. Demikian pula pembagian, alangkah asyiknya kalau anak-anak dikasih 10 buah kelereng, kemudian disuruh membagikan kepada 2 orang temannya, baru kemudian mereka disuruh menuliskan hasilnya di buku. Ini adalah pengetahuan dasar, agar anak-anak memahami konsep dengan sebaik-baiknya. Setelah hal ini dipahami, insyaallah mereka akan siap diberikan tugas mengerjakan soal di atas kertas.

Bagi anak yang sudah besar, mengajarkan konsep tentang produksi-distribusi-komsumsi tentu susah kalau hanya diberikan ceramah atau sekedar gambar-gambar mati. Lain cerita kalau anak-anak diajak visit ke sebuah pabrik tahu, kemudian ke pasar dan ke rumah makan. Inilah konsep pendidikan yang mengasah kecerdasan sekaligus menyajikan pembelajaran yang bermutu sekaligus menyenangkan dan memahamkan. Terbayang kan !!!

Dalam pelajaran agama juga berlaku hal seperti itu pula. Mengajarkan hal-hal yang konkret tentu akan berdampak pada lebih diterimanya keyakinan dibandingkan pengajaran yang teoritis. Membiasakan anak salat duha setiap hari lebih menumbuhkan kesan dibandingkan sekedar ceramah tentang hukum salat duha. Selain itu, mempraktikkan setiap hari otomatis akan menjadikan anak-anak hafal bacaan salat tanpa harus dikasih PR apalagi diancam dengan hukuman apabila tidak hafal. Konsep beragama seperti ini juga yang berlaku di dalam masyarakat kita. Mereka mengenal ritual ibadah dari apa yang mereka lihat dari para kyai, dan itu sudah cukup untuk menjadikan mereka seorang muslim yang taat.

Soal akidah, walaupun aslinya ini tentang keyakinan yang tidak membutuhkan logika, namun ketika seorang guru mengajarkan dengan cara yang mudah diterima akal, hal ini akan memudahkan seseorang menerima dan meyakininya dengan sepenuh keyakinan. Lihatlah cara Allah SWT memberikan gambaran tentang kebaikan dan keburukan. Dia berfirman :

{ أَلَمۡ تَرَ كَیۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلࣰا كَلِمَةࣰ طَیِّبَةࣰ كَشَجَرَةࣲ طَیِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتࣱ وَفَرۡعُهَا فِی ٱلسَّمَاۤءِ (24) تُؤۡتِیۤ أُكُلَهَا كُلَّ حِینِۭ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَیَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ یَتَذَكَّرُونَ (25) }{ وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِیثَةࣲ كَشَجَرَةٍ خَبِیثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارࣲ (26) }

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. [Surat Ibrahim: 24-26]

Begitulah Allah SWT memudahkan kita memahami konsep kebaikan dan keburukan sekaligus memotivasi agar kita senantiasa bersemangat melakukan segala macam kebaikan dalam kehidupan.

Menanamkan keyakinan tentang akidah, pahala dan dosa juga demikian, harus diberikan pendekatan yang lebih mudah diterima. Contohlah apa yang disampaikan Rasulullah Saw. kepada seorang pemuda yang minta dispensasi mau masuk Islam namun tetap melakukan zina. Ada kisah inspiratif dan menggugah dari Nabi Muhammad SAW ketika dihampiri seorang pemuda yang hendak berzina. Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi seorang pemuda yang ingin berzina. Pemuda itu berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.” Mendengar hal itu, orang-orang di sekitar Nabi Muhammad mencelanya dan berkata: “Cukup… Cukup….”. Kemudian Nabi Muhammad berkata, “Suruhlah dia mendekat.” Pemuda itu pun mendekati Rasulullah SAW hingga jaraknya dekat sekali, dia kemudian duduk. Setelah itu Nabi berkata kepadanya: “Apakah kamu suka jika perzinaan terjadi pada ibumu?” Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan pertanyaannya: “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada ibu-ibu mereka.” Nabi bertanya kembali, “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada putrimu?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” Nabi menjawab demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada putri-putri mereka. Nabi bertanya kembali, “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara perempuanmu?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” Nabi menjawab demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada saudara perempuan mereka. Nabi bertanya kembali, “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ayahmu (bibi dari pihak ayah)?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” Nabi menjawab, “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka.” Nabi bertanya kembali, “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ibumu (bibi dari pihak ibu)?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” Nabi menjawab demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka. Kemudian Nabi meletakkan tangannya pada tubuh pemuda itu dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.” Setelah doa ini, pemuda itu tidak pernah terpikirkan dengan perbuatan zina sedikitpun. Pemuda ini adalah pemuda yang jujur, pemuda yang takut bermaksiat kepada Allah. Begitulah, pelajaran tentang diri dan keluarganya itu lebih mampu menghentak hati sang pemuda dibandingkan ancaman dosa besar dari perilaku zina yang diinginkan.

Mengambil inspirasi dari ayat ini, marilah wahai para guru … persembahkan lah pembelajaran yang mudah dipahami anak-anak agar mereka lebih mampu memahami sehingga tumbuh banyak kebaikan dalam dirinya.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 8 Ramadhan 1444 H/30 Maret 2023
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday dan boarding school*

Tebarkan Kebaikan