Oleh: Iin Robihatin
Ketiga orang sahabat yang baru pulang kantor dan rehat sejenak untuk menikmati kopi dan tibalah kepada pembahasan menyampaikan keluhan masing.
Mr. R : Kalau tau hidup begini, kayak ya dulu waktu ditanya 77x lebih baik milih untuk gak lahir kedunia supaya gak ngalamin semua kejadian abcd yang nyakitin hati.
Mr. H : aku pernah waktu lagi ngejar sesuatu, sampe sholat aja tepat waktu, ditambah dhuha dan tahajjud, terus ngomongin orang saja tidak pernah karena saking menjaganya, tapi ujung-ujungnya keinginanku tetep tidak dikabulkan. Aku sempet ngerasa “kenapa Allah gini ya?.”
Mr. A : Sampe aku pernah mikir, kalau seandainya reinkarnasi itu ada, aku akan milih untuk tidak dilahirkan kembali dalam wujud apapun itu. Sudah hidup susah, setelah meninggalpun harus ada pertanggungjawaban nya.
Lalu, ketika pulang, tiba-tiba muncul kalimat ini d FYP. Entah ini teguran atau pesan dari Allah, tapi ini kaya jawaban dari keluhan kita masing-masing.
“Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar kedalam api, Ismail dibentangkan untuk disembelih, Yusuf dibuang oleh saudaranya dan dijual dengan harga murah lalu dipenjara selama beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayyub menderita penyakit, Yaqub menangis melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian, dan Muhammad shalallahu alaihi wasallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan.”
Sementara kita ingin menempuhnya dengan bersantai ria dan bermain-main?. Demi Allah takkan pernah bisa terjadi (ibnul Qayyum Al-Jauziyah). Setelah membaca kalimat tersebut, aku langsung sadar bahwa yang aku perhatikan kemarin hanyalan sisi tamaramnya aja. Padahal bila melihat segala situasi dari sudut pandang yang berbeda, kita akan sadar bahwa cerita buruk sekalipun selalu membawa hikmah berharga bagi setiap insan yang senantiasa belajar untuk terus tumbuh.
“Bumi akan terasa kejam selagi kita fokus pada hal yang menyakitkan, tapi bumu akan indah bila kita fokus pada hal yang membuat kita tersenyum.”