Sahabat inmul yang berbahagia
Allahummarhamna bil qur’an….
Itulah penggalan doa khatmil Qur’an yang dilantunkan oleh ustadz Abdul Mukhlis, S.Pd.I, yang sekaligus beliau menjadi pemateri dalam acara khataman Qur’an secara virtual pada jumat malam (16 rabi’ul awal 1443 H/22 Okt 2021), kegiatan ini merupakan rangkaian acara acara khataman Qur’an ini secara serentak dimulai dari jumat pagi dengan pembagian tilawah seluruh warga sekolah (Siswa dan Ustadz/h) 1 juz.
Dalam tausiyahnya , ustadz Mukhlis dengan gaya yang khas, beliau menyampaikan nasihat diantaranya adalah yang pertama, semangat membaca alqur’an kita harus semakin meningkat, tidak sebatas pada acara seperti ini saja, melainkan hari-hari ke depan harus semakin “senang” dengan tilawah alQur’an, jika sudah ada sikap senang maka akan ada kebahagiaan tersendiri dalam membaca/ tilawah al Qur’an, seberapa banyak pun tidak akan bosan jika kita sudah ada perasaan senang.
Yang kedua, beliau menyinggung momen khataman yang bertepan dengan Hari Santri Nasional tanggal 22 oktober 2021, bahwa peran santri tehadap bangsa Indonesia tidak diragukan lagi, santri menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kemudian beliau menyampaikan dalam sebuah buku kajian tematik karangan guru beliau , bahwa terminologi santri terdiri dari beberapa huruf yaitu, sin, nun, ta’, ra’ dan ya’, yang diantara pengertiannya adalah sebagai berikut:
Huruf Sin “satirun lil ‘uyub”, menjadi santri harus bisa “menutup aib” saudaranya, harus cerdas apabila menceritakan sesuatu walapun itu bercanda, kira-kira nanti orang itu sakit hati apa tidak jika hal tersebut diketahui oleh orang lain.
Huruf nun, “naibul ulama”, seorang santri merupakan generasi penerus perjuangan ulama, betapa mulianya tugas ulama, dan santri adalah ulama masa depan.
Huruf ta’ “taibun ‘anidz dzunub”, seorang santri mempunyai inisiatif/ kesadaran tinggi untuk segera melakukan taubat atas segala dosa, harus pintar instrospeksi diri, perbanyak istighar, memohon ampun kepada Allah SWT.
Huruf ra’ “raghibun fil jihad”, seorang santri suka berjuang dalam menyebarkan nilai-nilai agama Islam. Hal-hal dasar yang ringan dalam keseharian, seperti saat makan, adab saat lewat depan orang tua, mengedepankan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Huruf ya’ “yahya bil ilmi wa adabi” , seorang santri akan menjalani hidup dengan ilmu dan budi pekerti.seorang santri dalam setiap ucapan dan langkah pastinya berdasarkan ilmu dan tidak ngawur
Diakhir tausiyah beliau mengajak kita, untuk menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai dari pengertian santri yang sudah beliau jelaskan , kemudian dengan dipandu pembawa acara, khataman qur’an ditutup dengan do’a khatmil Qur’an dan pentup majelis.