MURAJAAH ATAU MENAMBAH HAFALAN

Allah swt berfirman :

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكۡرࣰا كَثِیرࣰا)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. [Surat Al-Ahzab 41]

Pernahkah kita merasakan galau ketika semakin bertambah hafalan? Mau menambah hafalan atau murajaah saja agar hafalan semakin menguat? Mau menambah, kondisi hafalan belum lancar, mau murajaah saja, sampai kapan dan kapan nambahnya.

Saudaraku, ini adalah bagian dari ujian keistiqamahan bersama Al Qur’an. Penulis sendiri pernah mengalami kondisi yang sulit ini. Satu bulan habis untuk fokus melancarkan satu juz yang tidak lancar-lancar juga. Walhasil, sampai akhir bula tidak lancar, juga tidak nambah hafalan. Ayo, siapa yang pernah mengalami kondisi seperti ini…. ?

Ala Kulli khal, ada satu fikrah yang harus kembali kita kuatkan ketika menghadapi problem ini. Allah swt menasihati kita dalam ayat di atas, bahwa kita butuh berdzikir kepada Allah swt. Dan ukuran dzikir itu hendaknya dengan ukuran dzikran katsiran (dzikir yang banyak). Imam Nawawi dalam kitab Al Adzkar menyebutkan bahwa membaca Al Qur’an adalah dzikir yang paling utama dibandingkan kalimat-kalimat dzikir yang lain. Ketika fikrah ini kita pegang, maka sesungguhnya tidak masalah apakah mengulang atau menambah, sebab yang terpenting adalah membaca Al Qur’an sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ayat yang kita baca, semakin banyak pula huruf yang dihitung dan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt dan semakin dekat pula kemuliaan itu di dalam kehidupan kita.

Antara menambah dan murajaah bisa disinergikan ketika kita pahami bahwa setiap huruf yang dititipkan Allah swt di dalam dada kita sesungguhnya adalah sarana Allah swt memuliakan kita. Setiap ayat yang berhasil kita hafal sesungguhnya adalah manah yang harus kita jaga dengan segenap jiwa dan raga kita. Hal ini akan menjadikan diri kita tenang menjalani proses yang penuh kemuliaan ini.

Mau kemana, kok tergesa-gesa

Bagi yang terlalu bersemangat untuk menambah tanpa memperhatikan kualitas hafalan, apa yang akan kita kejar. Allah swt berfirman :

(فَتَعَـٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن یُقۡضَىٰۤ إِلَیۡكَ وَحۡیُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِی عِلۡمࣰا)

Artinya : Maka Maha-tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya; dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [Surat Tha-Ha 114]

Ayat ini menceritakan tentang semangat Rasulullah saw yang teramat sangat antusias menerima ayat demi ayat yang turun dari Sang Maha Indah. Dari ayat ini Allah swt memberikan pesan mulia agar kita betul-betul menikmati proses menghafal ini. Harus kita fahami bahwa kemampuan membaca tanpa melihat bukan target utama berinteraksi bersama Al Qur’an. Kebersamaan kita dengan kalamullahu dalam puncak kenikmatan, itulah sesungguhnya yang kita cari. Maka, nikmatilah proses itu. Jadikan ayat yang kita hafal itu menjadi hiasan dalam shalat kita, teman perjalanan kita, dzikir kita siang malam, pemanis bibir yang selalu basah dengan kalimat indah dari-Nya. Selama ayat yang kita hafal kan itu terus terulang, maka lancar itu sebuah keniscayaan. Semakin banyak mengulang, otomatis akan lancar.

Jangan Terlalu Santuy

Namun demikian, jangan pula kita terlalu santai tanpa arah, tanpa target. Kehidupan ini ibarat roda yang terus melaju. Semakin lama, semakin jauh meninggalkan umur kita yang semakin mendekati batas akhir kehidupan di dunia ini. Tentu kita bercita-cita agar bisa menghadap Allah swt dengan membawa bekal sebanyak-banyaknya. Maka, jangan terlena. Kalau tidak segera hafalnya karena disibukkan dengan proses memahami dan mentadabburi alhamdulillah. Namun, kalau ternyata santainya hanya karena sibuk dengan urusan lain yang tidak mengantarkan kita kepada kemuliaan, tentu ini sebuah kecelakaan. Apalagi sibuk dengan urusan dunia yang pada akhirnya menjadikan setan masuk membuat hiasan-hiasan yang semakin menjauhkan kita dengan Al Qur’an. Tiba-tiba dengan enteng mengatakan, “aku sibuk, gak sempat, capek, gak bakar hafal Al Qur’an. Sudah lah, bukannya jalan ke surga tidak hanya melalui Al Qur’an”. naudzu billahi min dzalik.

Saudaraku, ingatlah pesan Allah swt dalam surat Al Ashr. Bukanlah kita termasuk orang-orang yang rugi apabila tidak mampu mengisi waktu dengan amal Solih. Rasulullah saw juga berwasiat dalam sabdanya :

أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ. (رَواه ابنُ حِبَّانَ والترمذيُّ في جامِعِه

Artinya : Sesungguhnya Rasûlullâh Saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba di hari kiamat sehingga ditanya dengan empat macam, yaitu: (1) tentang umurnya habis digunakan untuk apa, (2) jasadnya rusak digunakan untuk apa, (3) ilmunya bagaimana mengamalkannya, (4) hartanya dari mana mencari dan kemana membelanjakannya.” (HR. Ibnu Hibban dan At Tirmizi).

Bukankah beliau juga berpesan agar kita mampu mengotimalkan semua potensi sebelum hadir halangan yang akan menghilangkan kesempatan itu. Berhati-hatilah, semangat yang ada dalam hati kita hari ini belum tentu masih di esok hari. Mumpung masih semangat segeralah biasakan diri ini dengan kebaikan yang optimal agar ia menjadi kebiasaan sehingga mampu menghasilkan buah amal yang optimal.

Terkait hafalan yang belum lancar, yakinilah bahwa tugas kita menikmati ayat Allah swt. Urusan lancar itu adalah buah dari pengulangan. Seorang hafidz yang kita dapati hafalannya selancar hari ini pasti melalui pengulangan demi pengulangan yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Kalau ia bisa lancar, yakinlah anda juga bisa lancar pada saatnya nantu. Bukankah Dia yang Maha melekatkan hafalan di hati kita. Ingatlah firman-Nya :

{ لَا تُحَرِّكۡ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعۡجَلَ بِهِۦۤ (16) إِنَّ عَلَیۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ (17) فَإِذَا قَرَأۡنَـٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ (18) }

Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. [Surat Al-Qiyamah: 16-18]

Maka, baca, baca dan bacalah selalu.

Walhasil, untuk menyikapi bertambahnya hafalan, kita harus mampu lebih mengoptimalkan potensi, baik waktu, tenaga, pikiran untuk Al Qur’an. Teruslah melakukan kebiasaan bersama Al Qur’an yang sudah berjalan, sembari menambah waktu untuk semakin mendekat dengannya. Kalau selama ini sudah mampu berinteraksi bersama Al Qur’an selama setengah jam sehari untuk tilawah 1 juz, tambahlah waktumu setengah jam saja untuk murajaah juz 30 dengan rutin. Kalau hal ini sudah bisa berjalan dan juz 30 sudah terasa semakin terbayang, semakin lancar, tambahlah waktumu setengah jam lagi untuk hafalan baru sembari terus murajaah juz 30 yang tidak lagi membutuhkan waktu khusus. Dalam istirahat, anda dapat menikmati ayat-ayat Allah swt. Sembari menikmati perjalanan, anda bisa mengumpulkan pahala. Di sela-sela menunggu teman, anda tetap produktif dengan huruf demi huruf yang akan menjadi pundi-pundi amal di hadapan Allah swt. Berbahagialah wahai ahlul Qur’an.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 22/1/2022
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan