====================
Inspirasi Qur’ani
Al Qur’an Panduan Guru
Allah swt berfirman :
{ فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّی وَضَعۡتُهَاۤ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَیۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّی سَمَّیۡتُهَا مَرۡیَمَ وَإِنِّیۤ أُعِیذُهَا بِكَ وَذُرِّیَّتَهَا مِنَ ٱلشَّیۡطَـٰنِ ٱلرَّجِیمِ }
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku melindungkannya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.” [Surat Ali ‘Imran: 36]
Obsesi sang ibu ingin lahir anak laki-laki yang bisa diutus berjuang menegakkan kalimat Allah SWT, namun apa daya takdir-Nya melebihi segala hal yang dibayangkan manusia. Maka tatkala Hannah melahirkan seorang bayi perempuan, diapun sadar bahwa perempuan itu beda dengan laki-laki. Obsesinya yang selama ini membumbung tinggi, goyah dengan realita. Dia mengatakan “tidaklah sama antara laki-laki dengan perempuan”. Walaupun begitu dia tetap menginginkan agar anak perempuannya itu bisa membaktikan diri di hadapan sang Maha Kuasa, maka disiapkanlah rencana pendidikan berikutnya untuk sang putri tercinta.
Selaras dengan pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, pendidikan kita menginginkan agar potensi manusia tumbuh dengan baik. Tentunya hal ini harus sesuai dengan kodrat manusia.
Tanpa mengurangi esensi emansipasi, seorang anak harus dipersiapkan untuk mengoptimalkan diri sesuai peran masing-masing. Seorang laki-laki tentu harus disiapkan untuk menanggung beban sebagai seorang pemuda yang kreatif, proaktif dan mampu berkontribusi dalam kebaikan di lingkungannya. Mereka juga harus dididik untuk menjadi seorang bapak yang berkewajiban memimpin dan membimbing anak dan istrinya, mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan mereka. Demikian pula seorang wanita harus dibekali untuk menjadi seorang pemudi yang cerdas, kreatif dan mampu berkontribusi di lingkungannya. Mereka juga harus dididik untuk menjadi seorang ibu yang penuh kelembutan dan kasih sayang yang mampu mendidik anak-anaknya menjadi generasi penerus kebaikan.
Esensi gender tidak harus menerjang kodrat kemanusiaan, sebab definisi gender dalam Wikipedia disebutkan bahwa Gender, jantina, atau lapuan adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan maskulinitas dan femininitas. Karakteristik tersebut dapat mencakup jenis kelamin (laki-laki, perempuan, atau interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin (struktur sosial sepeti peran gender), atau identitas gender. Dari definisi ini kita memahami bahwa sejatinya pendidikan yang berbasis gender tetap memperhatikan karakter yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Hal ini naluri, begitulah Allah SWT menciptakan mereka bukan untuk disamakan. Namun perbedaan diantara mereka bisa diselaraskan sehingga akan mengisi kekosongan yang ada agar tercipta keserasian.
Pendidikan dalam Islam tidak mengebiri peran seorang wanita, sebab sejarah telah me buktikan bahwa banyak lahir tokoh wanita hebat dari rahim pola pendidikan Islam. Islam mengangkat derajat Khadijah yang dengan kekayaannya mensuport dakwah Rasulullah saw. Juga Asiyah Ra. yang begitu besarnya perannya mengabadikan setiap ucapan dan perilaku sang suami yang merupakan teladan bagi alam semesta. Bahkan di Medan jihad-pun tidak lepas dari peran wanita. Dia adalah Ummu Ziyad, seorang wanita dari Bani ash Shada’i yang tinggal di Yaman. Ia beserta enam wanita lainnya ikut menyambut seruan Nabi SAW untuk berjihad. Ketika kemudian Nabi Muhammad SAW mengetahui sekelompok wanita ini, beliau tampak agak marah, dan memanggilnya. Setelah dekat beliau bersabda, “Siapa yang menyuruh kalian datang kemari? Dengan siapa kalian datang?” Ummu Ziyad menjawab, “Wahai Rasulullah, kami mengetahui cara membalut luka, yang diperlukan dalam pertempuran ini. Kami datang dengan membawa obat-obatan dan perban untuk mujahid yang terluka. Kami juga bisa menyiapkan panah-panah untuk mujahid yang berperang. Kami akan mengobati dan merawat mujahid yang terluka, dan kami juga bisa menyiapkan makanan dan minuman kalau mereka lapar.” Mendengar penjelasan ini, akhirnya Nabi SAW mengijinkan mereka terlibat dalam perang Khaibar.
Dalam dunia sufi kita juga mengenal sosok Rabiah Al Adawiyah yang masyhur dengan kalimat-kalimatnya yang sangat mencerminkan kecintaannya kepada Allah SWT. Diantara do’anya adalah “Ya Illahi, apabila aku menyembah-Mu karena takut akan siksa neraka-Mu, bakarlah diriku dengan apinya. Bila sujudku pada-Mu karena mendamba syurga, tutuplah pintu syurga itu. Namun bila ibadahku demi Engkau semata, jangan sesekali palingkan wajah-Mu, aku rindu menatap abadinya keindahan-Mu”.
Inilah pendidikan Islam, dia merasuk ke dalam seluruh jiwa manusia tanpa memandang jenis kelamin. Siapapun dia yang siap menerima cahaya ini, dia akan masuk dan bersemayam di dalam jiwanya tanpa merampas sedikitpun kemuliaan takdirnya.
Maka dari itu, kita harus mampu mengkonsep pendidikan yang ideal seperti itu. Ajarkan semua yang dibutuhkan anak laki-laki agar mereka siap memimpin dan Ajarkanlah semua yang dibutuhkan anak perempuan tanpa mencabut peran maskulinitas mereka. Anak-anak wanita kita kelas akan menjadi pemimpin politik, pengusaha, tokoh agama dan di saat yang sama mereka adalah seorang istri dan ibu yang senantiasa setia dengan tanggungjawab rumah tangga mereka.
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 6 Ramadhan 1444 H/28 Maret 2023
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday dan boarding school*