PENDIDIKAN KEIMANAN UNTUK MEMBENTUK KARAKTER

====================

Inspirasi Qur’ani

Al Qur’an Panduan Guru

3 Ramadhan 1444 H/25 Maret 2024

Allah swt berfirman :

{ ٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَیۡبِ وَیُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُونَ }

(yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. [Surat Al-Baqarah: 3]

Salah satu pondasi pendidikan yang paling asasi adalah pembentukan karakter. Ini adalah pondasi paling kokoh dibandingkan dengan yang lainnya, sebab hal ini terkait dengan berbagai hal yang membentuk kepribadian. Kesuksesan seseorang lebih dominan ditentukan oleh kecerdasan emosional dibandingkan dengan kecerdasan intelektual. Hal ini menyadarkan kita tentang urgensi pendidikan karakter dalam mendidik anak-anak.

Inspirasi ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kepercayaan kepada alam ghaib merupakan pondasi paling kokoh dalam menanamkan karakter. Iman kepada Allah adalah pondasi paling dasar. Betapa tidak, ketika seorang anak mempunyai keyakinan yang kuat akan eksistensi Allah SWT sebagai sang pencipta dan penguasa dengan segala makna kemuliaannya tentu akan menyadarkan setiap manusia bahwa dirinya lemah dan harus tunduk kepada seluruh perintah dan pengawasan-Nya. Cukuplah hadis Rasulullah Saw tentang Ihsan menjadi modal yang sangat berharga bagi setiap manusia untuk berperilaku yang baik dimanapun dan kapanpun dia berada. ,”Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Betapa kesadaran tentang hal ini akan menjadi self control yang hebat untuk tidak sembarangan berbicara dan bertindak walaupun hanya sekedar berpura-pura. Konsep pendidikan mana yang bisa menandingi hal ini.

Keimanan ini menumbuhkan kesadaran dalam diri. Seorang anak akan dengan penuh kesadaran dan senang hati melakukan setiap kebaikan kalau ada keyakinan di dalam dirinya. Contoh sederhananya, bagaimana setiap anak dididik tentang kejujuran melalui puasa. Tentu, dengan modal ihsan ini seorang anak rela menahan lapar dan haus di dalam kamar sendirian hingga tertidur dibandingkan harus minum walaupun hanya seteguk. Syariat puasa tidak membutuhkan satpam untuk menjaga si anak, sebab yang diajarkan adalah karakter kejujuran dan Karakter mulia lainnya. Karakter ini juga akan berkembang dalam ibadah yang lain semisal zakat. Zakat akan menumbuhkan sikap empati, sehingga sang Muzakki mengeluarkan zakat bukan karena jumlah hartanya terbongkar melebihi nisab, namun lebih pada kecintaannya untuk membersihkan harta dengan menyisihkan sebagiannya bagi orang yang membutuhkan. Inilah karakter.

Iman kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir, semua adalah pelajaran untuk meyakini sesuatu yang tidak terlihat guna menumbuhkan karakter yang mulia, sebab kalau hanya mengandalkan yang terlihat karakter itu tidak akan tumbuh. Seorang anak yang bersikap sopan karena ada gurunya tidak akan merasakan indahnya karakter mulia itu. Bahkan Allah SWT menggambarkan sikap cari muka itu sebagai sikap buruk yang sangat tercela sebagaimana sikap orang munafik.

{ وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قَالُوۤا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡا۟ إِلَىٰ شَیَـٰطِینِهِمۡ قَالُوۤا۟ إِنَّا مَعَكُمۡ إِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَهۡزِءُونَ }

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah ber-olok-olok.” [Surat Al-Baqarah: 14]

Inilah sikap manusia paling hina dimuka bumi, sebab karakter mereka tidak tumbuh dengan baik, hanya melakukan sesuatu karena ada tendensinya.

Lihatlah bagaimana pujian Rasulullah Saw kepada manusia yang tidak pernah bertemu dengan beliau namun begitu meyakini akan keberadaannya, mencontoh perilakunya serta bersemangat dalam melanjutkan segala jenis kebaikannya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda :

telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepadaku Al-Auza’i, telah menceritakan kepadaku Asad ibnu Abdur Rahman, dari Khalid ibnu Duraik, dari Ibnu Muhairiz yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Abu Jum’ah, “Ceritakanlah kepada kami sebuah hadis yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam” Abu Jum’ah menjawab, “Ya, aku akan menceritakan kepadamu suatu hadis yang baik,” yaitu: Kami makan siang bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Di antara kami terdapat Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang lebih baik daripada kami? Kami masuk Islam di tanganmu dan kami berjihad bersamamu.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab, “Ya, suatu kaum dari kalangan orang-orang sesudah kalian; mereka beriman kepadaku, padahal mereka tidak melihatku.”

Inilah yang menjadikan mereka begitu bersemangat meniru semua yang diajarkan oleh sang Rasul sehingga muncullah karakter yang baik dalam dirinya.

Betapa manusia tidak mawas diri ketika mereka meyakini bahwa ada malaikat yang senantiasa mengawasinya dimanapun mereka berapada, ketika mereka meyakini bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini, ada balasan atas setiap ucapan dan perbuatan yang dilakukan, sekecil apapun itu, baik ada yang menyaksikan ataupun tidak ada.

Maka, tanamkan pondasi iman dalam diri setiap anak didik kita, agar muncul karakter mulia di dalam dirinya.

Tantangan dari konsep untuk adalah bagaimana setiap guru mampu mengaitkan antara materi pelajaran dengan nilai-nilai keimanan sehingga tidak pengetahuan belaka yang didapatkan murid, namun pengetahuan itu mampu menguatkan keimanan, sebagaimana kajian surat Ali Imran; 191 kemarin. Setiap ilmu pengetahuan harus mampu mengantarkan pada sifat takjub atas penciptaan alam semesta dan tercermin darinya sifat taqwa kepada sang pencipta.

Kalau hal ini mampu diwujudkan dalam pembelajaran niscaya akan kita lihat sosok-sosok mulia yang ketika melihat sampah berserakan tidak lagi bertanya ini sampah siapa, namun segera mengambilnya dan membuang di tempat sampah, sebab amal Solih itu yang menjadi tujuannya. Kita akan menyaksikan anak-anak yang berteman baik saudara sendiri karena tinggi nilai ukhuwah yang dijunjung atas nama keimanan dan kemanusiaan.

Begitulah keimanan itu menuntun insan pembelajar menemukan hakikat penciptaan dirinya sehingga mengantarkan mereka siap mengemban amanah sebagai Khalifah di muka bumi.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 3 Ramadhan 1444 H/25 Maret 2023
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday dan boarding school

Tebarkan Kebaikan