=========================
Allah swt berfirman :
ٰوَمَن یَقۡتَرِفۡ حَسَنَةࣰ نَّزِدۡ لَهُۥ فِیهَا حُسۡنًا
Artinya : Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.[Surat Asy-Syura 23]
Alquran adalah sumber kebaikan. Untuk menggapainya dibutuhkan keteguhan untuk selalu menjaga diri agar senantiasa di jalan yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan. Sebagian dari pahala kebaikan yang kita lakukan adalah dimudahkannya kita melakukan kebaikan yang lainnya. Sekali melakukan kebaikan, maka akan tetasa ringan kita mengulang kebaikan itu. Demikian pula dengan kebiasaan baik itu pula, kita akan tertarik melakukan kebaikan yang lain.
Bagi para ahlul Quran, tidak ada tawaran lain selain senantiasa istiqamah dalam kebaikan. Dan inilah sesungguhnya salah satu target berinteraksi bersama Alquran, yaitu agar diri ini terjaga dari kemaksiatan dan senantiasa bersemangat melakukan kebaikan.
Agar Alquran senantiasa terjaga di dalam hati, maka hendaknya diperbanyak kebaikan dalam kehidupan. Mulailah dengan komitmen menjalankan ibadah yang wajib. Jangan sekedar menggugurkan kewajiban, namun berusaha menjalankan yang terbaik. Salat lima waktu berjamaah, bagi laki-laki hendaknya berjamaah di masjid, bagi wanita rumah adalah tempat salat terbaik, walaupun tidak ada larangan salat di masjid selagi tidak menimbulkan fitnah. Berbaktilah kepada kedua orangtua. Berbuat baiklah, sebab ridha mereka akan mengalirkan do’a demi do’a yang bisa melapangkan jalan kemudahan dalam merekam ayat demi ayat Alquran di dalam hati. Tunaikan kewajiban hartamu, jangan bakhil. Sebab setiap infaq akan mengalirkan do’a malaikat. Infak juga akan melipat gandakan pahala kebaikan.
Setelah yang wajib, komitmenlah dengan ibadah-ibadah sunah. Perbaiki salat sunah rawatib. Ini bukan sekedar pelengkap salat, namun kita menginginkan kesempurnaan dari setiap amaliyah kebaikan. Dzikir pagi dan petang jangan pernah terlupakan. Rasulullah saw. saja beristighfar setiap hari tidak kurang dari seratus kali. Bisa jadi, dosa-dosa yang yang kita lakukan entah sengaja atau tidak, itu yang menjadikan Alquran sulit menempel di hati kita. Maka, dengan dzikir itu kita berharap Allah swt. mengampuni dan mengganti dengan berbagai kebaikan. Berbuat baik kepada sesama harus menjadi hiasan dalam setiap nafas kehidupan. Bersikap tawadhu’lah, sebab Alquran yang ada di dadamu bukan untuk menjadikan dirimu merasa paling suci, paling pinter atau paling benar. Sebab keberadaan Alquran di dalam dada seseorang bukan karena kepandaiannya, bukan karena jalur nasabnya, namun semata-mata karena rahmat Allah swt.
(وَلَىِٕن شِئۡنَا لَنَذۡهَبَنَّ بِٱلَّذِیۤ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِۦ عَلَیۡنَا وَكِیلًا) (إِلَّا رَحۡمَةࣰ مِّن رَّبِّكَۚ إِنَّ فَضۡلَهُۥ كَانَ عَلَیۡكَ كَبِیرࣰا)
Artinya : Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu; dan dengan pelenyapan itu kamu tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap kamu, kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar. [Surat Al-Isra’ 86-87]
Karena kondisinya seperti itu, dalam rangka menggapai rahmat Allah swt, maka hendaknya kita memperbanyak do’a, sebab do’a adalah senjata kaum mukmin. Do’a sekaligus pernyataan penghambaan yang paling tinggi, sebab dengan do’a itu jelaslah kedudukan Tuhan dengan hamba-Nya. Maka, dengan untaian do’a-do’a itu, kita mengharap Allah swt menurunkan rahmat-Nya sehingga memudahkan masuknya ayat-ayat Alquran di dalam dada. Manfaatkanlah momen-momen mustajab dalam berdo’a, seperti di sepertiga malam terakhir, di antara adzan dan iqamah, setelah salat, di waktu sujud, ketika sedang hujan, ketika berpuasa, dan sebagainya. Maka perbanyaklah puasa sunah agar engkau semakin sering menemukan momen istimewa untuk berdo’a. Tidak lupa, bertawassullah dengan berbagai kebaikan di muka bumi ini. Mintalah do’a kepada orangtuamu, do’a dari orang solih, para kyai, guru-guru kita, ataupun orang yang memelihara anak yatim. Berdo’alah di baitullah, masjid nabawi dan tempat lain yang diistimewakan oleh Allah swt.
Selain itu semua, yang urgen adalah hendaklah sekuat tenaga kita menjauhkan diri dari sekecil apapun kemaksiatan kepada Allah swt. Mari kita simak kisah seorang ulama’ yang memberi keteladanan luar biasa.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
Bagaimana mungkin kita akan menggabungkan cahaya Allah swt yang mulia dengan gulitanya kemaksiatan. Habis gelap terbitlah terang, jadikan aktifitas menghafal Alquran sebagai sarana akan diri yang lemah ini mendapat bimbingan menuju terangnya jalan ke surga. Teruslah berjuang hijrah dari kemaksiatan menuju cahaya hidayah Ilahi. Kalau toh Allah swt kehendaki insyaallah tiga puluh juz akan tersimpan di dalam dada, namun kalau toh ajal menjemput sebelum genap tiga puluh semoga Allah swt catat kemuliaan niat itu menjadi amal yang sempurna di sisi-Nya. Amin.
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️
Pati, 10/12/2020
Pelayan SMPIT Insan Mulia Boarding School Pati, Jateng.
?nanangpati@yahoo.co.id?081326595562