Oleh : Andi Prayitno
Suatu waktu di sebuah tempat datanglah pesanan kursi tamu satu set. Pekerja yang terdiri dari 3 orang dari rombongan pengantar mebel, memasukan pesanan kursi dan meja berbahan kayu jati ke dalam ruangan yang terlihat mewah dengan busa yang tebal dan empuk jika diduduki. Salah seorang tukang berbincang dengan ibu pemesan kursi tersebut.
Konsumen : Pak Tukang, ini harga kursinya termasuk lebih tinggi ya… dibanding dengan produsen kursi yang lain?
Pak tukang : benar bu… memang harganya lebih mahal dari yang biasa, tapi itu bukan asal ya, karena, bahan yang kami gunakan adalah kualitas paling baik dan juga pengerjaan kursi ini tidak sembarangan. Kita memastikan detil – detil dengan seksama agar hasilnya sesuai dengan harapan para pelanggan kami. Coba ibu lihat kursi dan meja tersebut, catnya halus dan terlihat elegan bukan. Kami ingin memastikan bahwa konsumen kami benar-benar puas dan kami tidak mendapat komplain atas produk dari usaha mebel kami.
Sebelum tukang berpamitan, tampak sang ibu konsumen begitu senang karena pesanannya sesuai dengan yang diharapkan. Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan berkali-kali kepada rombongan tukan tersebut.
Pembaca yang Budiman kisah diatas sepertinya biasa saja antara tukang dan konsumen, namun jika boleh kita ambil hikmah dari kisah tersebut, sejatinya prinsip yang digunakan oleh tukang tersebut bisa diaplikasikan oleh semua profesi, seroang guru, seorang ASN, seorang professional, seorang mahasiswa, bahkan seorang manusia biasa. Bukan tentang “nilai rupiah” saja, tetapi value dan hikmah bahwa “jika kita melakukan sebuah pekerjaan, haruslah pekerjaan teserbut kita nikmati, dan kita upayakan hasil terbaik, bukan yang asal-asalan jadi.”
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي)
Artinya “Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334). (kutipan hadist dari : https://nu.or.id/)
Dengan prinsip profesionalisme tersebut, seorang guru apabila mendidik pastilah mendidik dengan sepenuh hati. Tidak hanya sekedar datang, absen lalu pulang. Seorang ASN pasti akan bekerja sesuai dengan tupoksi dan bekerja tidak hanya main game di kantor. Serta seorang murid pasti bersungguh-sungguh dalam belajar.
Semoga kita semua yang membaca artikel ini, semakin semangat dalam beramal, serta memberikan kontribusi terbaik kita dimanapun kita berada. Apalagi saat ini kita akan memasuki bulan yang mulia yakni bulan Ramadhan 1446 H. Dimana bulan tersebut setiap kebaikan akan dilipat gandakan oleh Allah Swt. Semoga kita dapat beramal sholih sebanyak-banyaknya, berfastabiqul khoirot, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita. Aamiin.