AL QURAN MEMBERI SYAFAAT KEPADA SAHABATNYA

==========================

Hari ke-8

30 Hari Mencari Inspirasi

Bahagia Bersama Alquran

————————————-

Rasulullah saw bersabda :

عَنْ أبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ. رواه مسلم

Artinya : Dari Abu Umamah al-Bahili ra berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Bacalah alquran karena ia akan memberikan syafaat kepada para sahabatnya. (HR. Muslim)

Syafaat yang diberikan Alquran ini tentunya bagi manusia yang mampu berinteraksi dengan baik. Hadis ini menyebutkan mereka yang berinteraksi dengan baik bersama Alquran dengan kata sahabat. Siapakah sahabat itu? Sahabat adalah orang yang sangat dekat, yang kedekaatannya kadang kala mengalahkan kedekatan seorang saudara. Sahabat adalah orang yang senantiasa dirindukan kehadirannya sekaligus disesali perpisahan dnegannya. Sahabat adalah orang yang kebersamaan dengannya menjadi saat-saat indah yang diharapkan tidak akan pernah berakhir. Sahabat adalah pasangan yang ingin senantiasa bersama saat ini, nanti, besok dan selamanya.

Begitulah sahabat Alquran. Dia adalah orang yang senantiasa berkomitmen ingin selalu bersamanya baik dengan membaca, menghafal, memahami artinya sampai mengamalkan isinya. Bukan hanya sekedar kalau sempat membaca Alquran, namun mereka selalu menyediakan waktu spesial untuknya. Bahkan waktu-waktu yang bisa saja dimanfaatkan untuk urusan lain, karena kecintaannya kepada sahabat itu dia habiskan pula untuk bersama sahabatnya.

Setelah konsisten dalam membaca, menghafalkan dan memahami selanjutnya tentunya kita dituntut untuk komitmen dalam mengamalkan semua ajaran Alquran dalam keidupan. Komitmennya dalam menjadikan Alquran sebagai sahabat inilah yang akan membuahkan hasil pembelaaan Alquran di akhirat kelak.
Komitmen dalam membaca dan menghafal keseluruhan Alquran akan mengantarkan pada kemuliaan yang paling tinggi. Namun, bagi manusia yang baru mampu berinteraksi bersama sebagian Alquran-pun tidak luput dari syafaatnya.

Imam Bukhari menceritakan dalam kitab hadisnya tentang seorang lelaki yang menjadi imam di Masjid Quba, manakala dia telah membaca Alquran yang mengawali salatnya, lalu ia mengiringinya dengan bacaan surat Al-lkhlas, setelah itu ia membaca surat yang lainnya. Hal ini ia lakukan pada tiap rakaat. Maka para sahabatnya berbicara kepadanya, “Sesungguhnya engkau telah membaca surat ini, tetapi kelihatannya engkau merasa tidak cukup dengannya, lalu engkau baca surat lainnya. Maka adakalanya engkau baca surat ini saja, atau engkau tinggalkan surat ini dan membaca surat lainnya tanpanya.” Lelaki itu menjawab, “Aku tidak akan meninggalkannya (surat Al-lkhlas), jika engkau mau menjadikan diriku imam kalian, maka aku akan tetap melakukannya. Dan jika kalian tidak suka, maka aku tidak mau menjadi imam kalian.” Sedangkan mereka memandang lelaki ini sebagai orang yang paling diutamakan oleh mereka, dan mereka tidak suka bila diimami oleh selainnya. Ketika Rasulullah saw datang berkunjung kepada mereka, maka mereka menceritakan kepada beliau berita tersebut, lalu beliau saw. bertanya, “Hai Fulan, apakah yang mencegahmu hingga tidak mau melakukan apa yang diminta oleh teman-temanmu, dan mengapa engkau selalu menetapi surat ini dalam tiap rakaatmu?” Lelaki itu menjawab, “Aku menyukainya.” Maka Nabi Saw. bersabda: “Kecintaanmu kepada surat (Al-lkhlas) ini dapat memasukkanmu ke dalam surga.”

Rasulullah saw juga memberikan jaminan perlindungan dari surat zahrawain yaitu surat Al Baqarah dan Ali Imran. Beliau bersabda : “Bacalah dua tangkai bunga indah, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran. Sebab, keduanya akan datang pada hari kiamat laksana penaung, atau seperti awan pelindung, atau seperti kelompok burung yang membeberkan sayap-sayapnya dan membela pembaca keduanya. Maka bacalah surat Al Baqarah, sebab di dalamnya terdapat keberkahan. Sedangkan meninggalkannya adalah kerugian. Bahkan, para pelaku kebatilan (para ahli sihir) pun tak mampu menembusnya,” (HR. Ahmad).

Bagi orang yang hanya hafal surat Al Mulk saja, Allah swt memberikan syafaat dengannya sehingga menyelamatkan dari siksa kubur. Dalam tafsir Ibnu kasir dikisahnya seseorang yang meninggal dunia dalam kondisi tidak mempunyai hafalan kecuali surat Al Mulk. Bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kalian meninggal dunia, sedangkan tiada sesuatu pun dari kitabullah yang dihafalnya selain dari tabaraka. Ketika lelaki itu diletakkan di dalam kuburnya, malaikat penanya datang. Maka surat Tabaraka menghalang-halanginya sehingga malaikat itu berkata, “Sesungguhnya engkau adalah salah satu dari Kitabullah, dan aku tidak suka membuatmu tidak senang, tetapi aku tidak mempunyai kuasa bagimu, bagi dia dan juga bagi diriku terhadap suatu kemudaratan dan juga suatu kemanfaatan. Jika engkau hendak membela orang ini, maka menghadaplah kepada Allah swt dan mintalah syafaat dari-Nya buat dia.” Maka surat itu berangkat menuju ke hadirat Allah swt, lalu berkata memohon, “Ya Tuhanku, sesungguhnya si Fulan dengan sengaja memilihku di antara Kitab-Mu, lalu ia mempelajariku dan membacaku serta menghafalku. Maka apakah Engkau akan membakarnya dengan api, sedangkan aku berada di dalam rongganya? Jika Engkau hendak mengazabnya, maka hapuskanlah terlebih dahulu aku dari Kitab-Mu.” Allah swt berfirman, “Aku lihat engkau marah.” Surat itu menjawab, “Sudah seharusnya aku marah.” Maka Allah swt berfirman, “Sekarang pergilah kamu, sesungguhnya Aku telah menyerahkannya kepadamu dan Aku memberi izin kepadamu untuk memberi syafaat buatnya.” Maka Surat itu kembali dan mengusir malaikat penanya, lalu lelaki itu bangkit dalam keadaan senang hati tanpa mengalami suatu siksaan pun dari malaikat tersebut. Lalu surat itu meletakkan mulutnya ke mulut lelaki itu dan berkata, “Selamat datang dengan mulut ini, barangkali mulut ini sering digunakan untuk membacaku dan selamat datang dengan dada ini, barangkali dada ini dipakai untuk memuatku dan selamat datang dengan kedua kaki ini, barangkali ia dipakai untuk berdiri membacaku. Surat itu menghiburnya di dalam kuburnya karena merasa khawatir bila ia kesepian dan merasa takut.” Anas ibnu Malik melanjutkan, bahwa setelah Rasulullah saw menceritakan kisah ini, maka tiada seorangpun baik anak kecil, atau orang dewasa atau budak atau orang yang merdeka melainkan mempelajarinya dan menghafalkannya. Dan Rasulullah saw menamainya dengan sebutan Al Munjiyah (surat yang menyelamatkan).

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷×××××××÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 20/4/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA FULL DAY AND BOARDING SCHOOL PATI JATENG
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan