========================
Allah swt berfirman :
(وَإِذَا مَاۤ أُنزِلَتۡ سُورَةࣱ فَمِنۡهُم مَّن یَقُولُ أَیُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَـٰذِهِۦۤ إِیمَـٰنࣰاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ فَزَادَتۡهُمۡ إِیمَـٰنࣰا وَهُمۡ یَسۡتَبۡشِرُونَ)
Artinya : Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. [Surat At-Taubah 124]
Ingatkah anda ketika masih sekolaj dulu? Ketika guru anda datang menyampaikan kabar bahwa besok libur,bagaimana respon anda dan teman-teman? Pasti heboh bukan? Horeeeeee!!!! Betul-betul kabar gembira yang menjadikan hati berbunga-bunga.
Bagaimana kalau pekan depan ada tanggal merah beruntun dalam beberapa hari? Tentu anda menyiapkan seabrek agenda yang akan anda nikmati bersama orang-orang tersayang. Begitu nikmat kabar itu dan begitu dahsyat respon kita. Terbayang kan, bagaimana asyiknya ketika liburan itu terwujud, pasti semyumnya semanis durian yang legit. Hehehe….
Saudaraku, ahlul Qur’an, sesungguhnya Al Qur’an diturunkan Allah swt sebagai kabar gembira bagi manusia. Maka, bagaimana respon kita terhadap Al Qur’an merupakan cerminan kualitas keimanan di dalam jiwa. Bagi manusia yang tidak beriman, kehadiran Al Qur’an dianggap biasa-biasa saja, bahkan menjadi beban dalam hidupnya. Begitulah, kebenciannya terhadap Al Qur’an terus terbawa hingga datang kematian dalam kondisi kafir.
Sebaliknya, bagi orang yang beriman kehadiran Al Qur’an adalah sebuah berita gembira yang merupakan sumber kebahagiaan. Berita kehadirannya dirindukan, bersama dengannya serasa nyaman. Itulah yang dirasakan Ummu Aiman ketika melepas kepergian Baginda Rasulullah saw ke hararibaan Ilahi dengan cucuran air mata. Bukan bersedih karena wafatnya manusia mulia, namun kesedihannya muncul karena beliau menyadari bahwa dengan kepergian baginda Rasulullah saw berarti terhenti sudah turunnya ayat-ayat Al Qur’an yang menjadi sumber kebahagiaannya itu. Tak akan ada lagi ayat-ayat yang menyapa dan menenangkan jiwa. Seakan beliau sampaikan, jangankan 30 juz, lebih dari itupun siap menghafal dan menyambut seruannya.
Begitulah Rasulullah saw merespon dengan cepat kehadiran ayat-ayat Al Qur’an sehingga menjadikan beliau bersemangat menghafal sebelum malaikat Jibril selesai mengajarkannya.
(فَتَعَـٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن یُقۡضَىٰۤ إِلَیۡكَ وَحۡیُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِی عِلۡمࣰا)
Artinya : Maka Maha-tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya; dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”[Surat Tha-Ha 114]
Begitu bersemangatnya Rasulullah saw menyambut berita gembira ayat-ayat Al Qur’an itu hingga seakan berlomba dengan Jibril yang sedang menuntunnya.
Begitulah, bagi ahlul Qur’an hendaknya setiap ayat yang hendak dihafal seakan menu lezat yang disajikan di hadapannya. Melihatnya begitu menggiurkan, aromanya sangat menggugah, menghilangkan beban yang menggelayuti jiwa. Membacanya bak melahap menu lezat yang membikin lidah menari. Semakin banyak ayat yang disodorkan, semakin berkobar pula semangat untuk membaca dan menghafal ayat-ayat mulia itu.
Kalau toh orang-orang yang tak beriman mempertanyakan bahkan menertawakan, namun bagi orang yang memahami kenikmatan demi kenikmatan Al Qur’an kehadirannya semakin menambah kuat keyakinannya. Sebagaimana firman Allah swt
(إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِیَتۡ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِیمَـٰنࣰا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ یَتَوَكَّلُونَ)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. [Surat Al-Anfal 2]
Begitulah sentuhan imani menyeka butir-butir keletihan dengan cahaya keimanan yang direspon dengan semangat yang membuncah. Ingin segera, dan segera mengharatamkan sehingga akan mampu merasakan keindahannya. Berbagai kendala tidak menjadi problem sebab keletihan itu terbayar dengan ganti yang tidak mampu lagi dinilai dengan apapun juga.
Begitulah nikmat yang dirasakan oleh Usman bin Affan, Sa’id bin Jubair, Tamim Ad Dari yang terbiasa mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu sehari. Kenikmatan itu pula yang dirasakan Ibnul Katib sehingga mampu mengkhatamkan Al Qur’an delapan kali dalam sehari.
Belajar dari semangat para sahabat dan ulama’, selayaknya kita merasakan sebuah kegembiraan yang tiada Tara ketika bertemu dengan agenda-agenda Qur’ani. Bagi yang masih di pesantren tentunya jam setoran harus menjadi dambaan, murajaah adalah saat-saat nikmat bercengkerama dengan Ar Rahman. Bagi yang mempunyai halaqah Qur’an hendaknya tiada waktu yang ditunggu kecuali saat tiba waktunya jadwal bertemu dengan ustadz dan teman yang senantiasa saling menjaga dan menyemangati. Bagi yang sudah rutin membaca Al Qur’an setiap hari, tiada waktu yang didambakan kecuali saatnya membaca Al Qur’an, sehingga waktunya begitu diefektifkan untuk kegiatannya. Di sela-sela kesibukan dia luapkan rasa syukurnya dengan membaca Al Qur’an. Tak ada hari tanpa membaca Al Qur’an. Tak ada waktu sia-sia tanpa bersama Al Qur’an. Inilah perasaan #BahagiaBersamaAlquran yang lahir dari kuatnya keimanan terhadap kitab suci yang penuh keberkahan.
Walhasil, kunci kesuksesan dalam berinteraksi bersama Al Qur’an adalah keimanan. Meyakini bahwa Al Qur’an diturunkan dari Dzat Yang Maha Indah. Dia-lah yang telah memberikan jaminan bahwa Al Qur’an itu mudah dan dimudahkan bagi orang yang mau meyakini kebenaran janji-janji-Nya.
(وَلَقَدۡ یَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرࣲ)
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [Surat Al-Qamar 17]
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Pati, 1/11/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id