MENGAMBIL INSPIRASI DARI POLA PENDIDIKAN KELUARGA NABI IBRAHIM AS (1)


Serial Parenting Qur’ani

========================

Allah swt berfirman :

(وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنࣰا وَٱجۡنُبۡنِی وَبَنِیَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ ۝ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضۡلَلۡنَ كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلنَّاسِۖ فَمَن تَبِعَنِی فَإِنَّهُۥ مِنِّیۖ وَمَنۡ عَصَانِی فَإِنَّكَ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ)

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Surat Ibrahim 35 – 36]

Doa ini dipanjatkan Nabi Ibrahim as untuk sebuah kota yang akan menjadi pusat peradaban manusia. Sebuah kota yang sekarang tidak pernah sepi. Sungguh keberkahan doa beliau berlimpah hingga sekarang terus dirasakan oleh seluruh umat manusia. Dialah kota Mekah Al Mukarramah.

Konsen doa ini jelas, yaitu memohon kemanan negeri. Jelas, sebuah negeri bisa kondusif untuk pendidikan ketika keamanan terjaga di sana. Lihatlah negeri yang sedang konflik, jangankan berfikir pendidikan, untuk kebutuhan makanan saja mereka kesusahan. Konflik menjadikan kualitas generasi mengalami kemunduran, sebab pendidikan tidak bisa terlaksana dengan ideal.

Dalam konsep pendidikan, pastikan kondusifitas tempat terjamin. Dimulai dari keamanan yang terbebas dari segala jenis penjajahan, baik penjajahan fisik maupun lainnya. Sebuah negeri yang tidak mempunyai imunitas dalam hal budaya juga rentan menurun kualitas generasinya karena terombang-ambing dengan budaya asing yang tentunya dalam setiap budaya ada ideologi yang menginspirasi. Sebuah negeri yang hebat konsep pendidikannya akan lemah ketika generasinya rapuh daan selalu dirong-rong dengan berbagai tontonan yang tidak mencerminkan budaya aslinya. Sebuah contoh, betapa sulitnya kita mendidik generasi tentang etika pergaulan dengan lawan jenis ketika setiap hari anak-anak disuguhi dengan sinetron yang menampilkan pergaulan bebas. Betapa susahnya kita memahamkan konsep kehidupan yang Islami ketika setiap saat anak-anak disuguhi “sinetron religi” yang kontennya pergaulan bebas, mengumbar aurat, mengikuti syahwat bahkan adegan-adegan rumah tangga yang jelas tidak mengindahkan nilai-nilai Islam.

Maka, untuk menciptakan pendidikan yang ideal pastikan lingkungan kondusif terlebih dahulu. Dalam lingkup sekolah, semua yang terlibat baik pendidik maupun tenaga kependidikan dan orangtua harus menjadi guru yang baik untuk siswa. Semua tutur kata dan tingkah harus harus mampu dijadikan tauladan. Di dalam rumah, semua anggota keluarga bahkan tetangga harus kondusif, sebab semua akan menjadi rujukan anak dalam perkembangannya.

Setelah keamanan, doa Nabi Ibrahim selanjutnya adalah tentang aqidah. Inilah hal paling prinsip dalam pendidikan. Inilah inti pendidikan yang sesungguhnya. Membimbing manusia menemukan hakikat diri yang sesungguhnya adalah makhluk. Mengenalkan pada sang pencipta, membimbing cara menghambakan diri, menuntun langkah demi langkah menuju kebahagiaan yang sesungguhnya. Inilah yang diajarkan Allah swt kepada khalilullah Ibrahim as. dalam uraian yang panjang di surat Al An’am :

(فَلَمَّا جَنَّ عَلَیۡهِ ٱلَّیۡلُ رَءَا كَوۡكَبࣰاۖ قَالَ هَـٰذَا رَبِّیۖ فَلَمَّاۤ أَفَلَ قَالَ لَاۤ أُحِبُّ ٱلۡـَٔافِلِینَ ۝ فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغࣰا قَالَ هَـٰذَا رَبِّیۖ فَلَمَّاۤ أَفَلَ قَالَ لَىِٕن لَّمۡ یَهۡدِنِی رَبِّی لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّاۤلِّینَ ۝ فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةࣰ قَالَ هَـٰذَا رَبِّی هَـٰذَاۤ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّاۤ أَفَلَتۡ قَالَ یَـٰقَوۡمِ إِنِّی بَرِیۤءࣱ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ۝ إِنِّی وَجَّهۡتُ وَجۡهِیَ لِلَّذِی فَطَرَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِیفࣰاۖ وَمَاۤ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ)

Artinya : Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu lenyap, dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang lenyap.” Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, “Sesungguhnnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tat­kala matahari itu telah terbenam, dia berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [Surat Al-An’am 76 – 79]

Keyakinan yang kuat kepada Tuhan sang pencipta terbukti mengantarkan Nabi Ibrahim as. menjadi manusia mulia yang perilakunya menjadi panutan manusia sepanjang masa. Ketaatannya sungguh tiada banding. Penghambaannya tiada tara.

Selayaknya pendidikan harus bermuara kepada penguatan aqidah manusia. Apapun materi pelajarannya harus mampu membimbing manusia menuju penghambaan. Bagi guru, mata pelajaran apapun harus yang disampaikan harus mampu mengaitkan dengan nilai-nilai Islam. Bahasa, sains, wawasan semuanya harus menemukan titip temunya pada hakikat bahwa semua itu adalah ilmu Allah swt. Tidak ada dikotomi antara ilmu dunia dan ilmu akhirat, sebab semuanya harus mampu menjadi bekal hidup di dunia yang akan mengantarkan menuju kebahagiaan di akhirat. Tidak ada dikotomi ilmu umum dan ilmu agama, sebab semua ilmu harus dilandasi agama sebagai landasan filosofinya. Tidak ada ilmu yang tidak terkait dengan agama, sebab Islam adalah agama yang sempurna. Keterpaduan dalam pendidikan ini akan melahirkan manusia ulul albab yang ideal dalam dzikir, fikir dan amal. Menemukan kesusksesan dalam bidangnya masing-masing dan dengan itu mereka menemukan hakikat ketuhanan yang sesungguhnya sehingga melahirkan ketaqwaan. Allah swt berfirman :

(إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ ۝ ٱلَّذِینَ یَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِیَـٰمࣰا وَقُعُودࣰا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَیَتَفَكَّرُونَ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَـٰذَا بَـٰطِلࣰا سُبۡحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ)

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Surat Ali ‘Imran 190 – 191]

Bayangkan, dengan pola pendidikan yang Qur’ani sepuluh/dua puluh tahun yang akan datang akan kita saksikan para politisi yang jujur, sayang pada rakyat dan takut pada Tuhannya. Para pengusaha yang jujur dan dermawan, para ualam’ yang jujur dalam keilmuannya, bahkan orang-orang biasa yang konsisten mengawal kejayaan negerinya dilandasi rasa takut kepada Allah swt.

=======================
Pati, 7/11/2021
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI
Fullday and Boarding School
nanangpati@yahoo.co.id

Tebarkan Kebaikan