===========================
Inspirasi Qur’ani
Membangun Keluarga Samawa
17 Ramadhan 1444 H
19 April 2022 M
Allah swt berfirman :
{ ٱلۡخَبِیثَـٰتُ لِلۡخَبِیثِینَ وَٱلۡخَبِیثُونَ لِلۡخَبِیثَـٰتِۖ وَٱلطَّیِّبَـٰتُ لِلطَّیِّبِینَ وَٱلطَّیِّبُونَ لِلطَّیِّبَـٰتِۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا یَقُولُونَۖ لَهُم مَّغۡفِرَةࣱ وَرِزۡقࣱ كَرِیمࣱ }
Artinya : Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula); dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). [Surat An-Nur: 26]
Sungguh ayat ini memberikan inspirasi yang luar biasa agar setiap pasangan menjadi semakin serasi. Bagi yang masih proses mencari jodoh, ayat ini membimbing agar mencari jodoh yang sejalan. Kalau anda laki-laki baik, selayaknya anda mencari pasangan wanita yang baik pula. Sebaliknya, bagi anda wanita yang baik, maka pastikan yang anda terima sebagai pasangan hidup adalah laki-laki baik. Dari dua orang baik inilah insyaallah akan terlahir anak-anak yang baik. Dari keluarga-keluarga yang baik insyaallah akan tercipta masyarakat yang baik, negara yang baik dan terlahir peradaban dunia yang baik. Maka bagi anda yang masih sendiri, pastikan anda tidak salah pilih, sebab kita sedang membangun sebuah peradaban besar.
Bagi yang sudah berkeluarga, ayat ini memberikan inspirasi kepada agar terus menciptakan keserasian demi keserasian dalam kehidupan rumah tangga. Suami-istri itu diibaratkan Allah swt seperti pakaian sebagaimana firman-Nya :
هُنَّ لِبَاسࣱ لَّكُمۡ وَأَنتُمۡ لِبَاسࣱ لَّهُنَّۗ
Artinya : mereka itu adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka. [Surat Al-Baqarah: 187]
Selayaknya sebuah pakaian, maka harus ada keserasian antara keduanya. Tak sama, namun saling mengisi. Tak sempurna, namun saling melengkapi. Berbeda namun bisa serasi. Itulah pakaian. Ada baju, celana, peci, sepatu, dan sebagainya. Semua berbeda bentuk dan peruntukan, namun begitu dipakai semua berperan sebagaimana mestinya dan menjadikan orang yang memakai nambah gagah dan tampan.
Keserasian dalam rumah tangga itu harus diciptakan, bukan menunggu. Kita semua paham, suami istri itu tumbuh dalam lingkungan yang berbeda. Selera makan yang berbeda, gaya komunikasi yang berbeda, cara mengungkapkan emosi yang berbeda, dan banyak perbedaan yang lain, namun kemudian harus hidup bersama dalam satu rumah, bahkan satu kamar. Tentu butuh banyak adaptasi agar semua perbedaan itu berubah menjadi keserasian, entah dengan meleburkan diri dengan yang lain atau membuat dua perbedaan menyatu dalam naungan kasih sayang. Untuk menggapai keserasian ini, peganglah olehmu tiga hal prinsip ini
Pertama adalah ta’aruf/ Saling mengenal.
Untuk membangun rumah tangga, tidak dipersyaratkan kedua orang sudah saling mengenal. Oleh karena itu, salah besar kalau ada orang yang beranggapan ingin saling mengenal dulu kemudian berpacaran, kesana kemari berdua tanpa ada hubungan yang diridhai Allah swt. Pergi berdua, makan berdua, mojok berdua, bahkan bermalam di rumah pacar dengan alasan untuk saling mengenal. Hati-hati bahwa ketika itu semua terjadi, maka yang ketiga adalah setan. Sabda Rasulullah saw:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kenapa tidak bisa saling mengenal dengan pacaran? Sebab dalam pacaran belum menyentuk sisi terdalam yang paling asli dalam dirinya. Terlalu banyak sandiwara dan kamuflase belaka demi menyenangkan pasangannya. Maka bunga-bunga dari setan itu yang menjadikan perilaku buruk itu terasa indah sedangkan hal yang dicari tidak ditemukan. Bukannya saling mengenal, justru yang terjadi adalah perzinaan, hamil di luar nikah, naudzu billah min dzalik.
Sampai tahapan ini, pastikan anda mengenal pasangan anda sedalam-dalamnya sampai hal-hal kecil yang menjadi kesukaannya atau yang tidak disukainya.
Yang kedua adalah tafahum/saling memahami antar pasangan.
Mari kita rubah paradigma tentang pacaran itu. Bahwa menikah itu untuk menciptakan keserasian, bukan mencari pasangan yang sempurna. Pacaran hanya akan membuahkan kekecewaan, sebab apa yang ditampilkan tidak sesuai dengan kenyataan. Tersenyum dalam tangisan, menangis dalam senyuman demi sebuah kepura-puraan. Wajar kalau akhirnya dapat dapati pasangan yang baru menikah seumur jagung sudah gonjang-ganjing rumah tangganya dan akhirnya karam dalam egoisme diri.
Demi membangun rumah tangga yang kokoh, wajar kalau dilakukan adaptasi untuk saling mengenal. Kapan itu dilaksanakan? Ya, setelah menikah. Itulah waktunya masing-masing pasangan mengenal untuk kemudian saling menyesuaikan diri dengan pasangannya. Saling memahami dengan perbedaan masing-masing. Perbedaan yang melahirkan keserasian, bukan perbedaan yang menimbulkan masalah. Seorang wanita yang suka makanan pedas, bisa mengurangi level pedasnya masakan demi menyenangkan hati suami yang tidak suka pedas. Seorang suami yang tidak suka keramaian, bisa jadi harus mulai berlatih menikmati riuh rendahnya suara di keramaian karena sang istri yang gaul. Bahkan seorang yang terbiasa tidur dalam kegelapan dan suasana yang tenang sekarang harus bersahabat dengan suara dengkuran pasangannya. Inilah hakikat ta’aruf yang hanya bisa dilakukan setelah pernikahan yang sebuah interaksi yang utuh selama 24 jam tanpa ada kamuflase di dalamnya. Coba sekarang bayangkan, alangkah indahnya pacaran setelah menikah.
Saling mengalah demi kebahagiaan pasangan, tentu ini sebuah kemuliaan, bukan aib, juga tidak akan menurunkan derajat. Bukankah Rasulullah saw pernah mengalah ketika lomba lari dengan Aisyah ra.
Aisyah RA berkata, “Aku ikut bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan. Pada saat itu tubuhku masih ringan. Kami singgah di sebuah tempat dan Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya untuk meneruskan perjalanan. Lalu Nabi saw berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” “Ternyata aku mengalahkan Nabi saw Kemudian dalam perjalanan lain aku juga ikut. Pada saat itu tubuhku sudah berat (gemuk). Nabi saw berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” Ternyata Nabi saw mengalahkan aku. Nabi bersabda sambil menepuk pundakku, “Kemenangan ini menutupi kekalahan yang dulu” (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Lihatlah, mengalah ya Rasulullah saw justru memunculkan romantisme yang terus terkenang oleh sang istri tercinta. Begitupun rumah tangga kita. Setalah masing-masing pasangan saling mengenal, selanjutnya harus saling memahami. Hal-hal yang bisa disamakan silahkan disamakan, namun yang memang tidak bisa sama, tidak harus dipaksa sama apalagi menimbulkan percekcokan. Bukanlah lima jari kita berbeda….namun justru perbedaan itu memunculkan keserasian.
Ketiga adalah takaful/saling menanggung dan meringan beban antara satu dengan lainnya.
Buah dari ta’aruf dan tafahum adalah terciptanya kerjasama yang apik antara suami dan istri. Inilah diantara hakikat “pakaian” yang disampaikan Allah swt dalam ayat di atas. Saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Sesabar-sabarnya orang sabar, suatu saat mesti pernah kehilangan kesabaran. Selembut-lembutnya seorang wanita, mestinya pernah emosi. Dan sekasar-kasarnya seorang laki-laki mestinya juga banyak kelembutannya. Untuk mencapai kesempurnaan, maka dibutuhkan peran pasangan. Ketika suami sedang emosi, maka jadilah anda istri yang penyabar, bukan malah ikut marah. Ketika istri sedang malas bersih-bersih rumah, jadilah anda suami yang feminin, menggantikan peran istri menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah. Begitulah saling asah, asih, asuh tercipta dalam rumah tangga. Saling mengisi dan melengkapi, orang Jawa bilang “Tumbu oleh tutup”, menjadi pasangan yang serasi hingga mati.
Dalam hal kompetensi dan kesolihan juga berlaku hal ini. Agar tercipta keserasian, berusahalah untuk meningkatkan kualitas diri agar anda semakin serasi. Seorang istri yang hanya lulusan SMA, sedangkan suaminya sukses dengan gelar doktor, alangkah baiknya kalau sang istri mulai kuliah sehingga akan mampu mengimbangi suaminya, minimal sarjana, anda akan semakin terlihat serasi. Bagi anda yang malas bangun malam, sedangkan pasangan anda rajin bangun malam. Cobalah tip’s seorang sahabat yang dengan kasih sayangnya membangunkan pasangannya untuk shalat malam bersama. Sebaliknya, anda yang malas bangun malam, cobalah untuk menikmati bangun malam walaupun hanya sepekan sekali.
Mengambil inspirasi dari surat An Nur; 26 di atas bukan berarti kita menyerah dengan kondisi kekurangan diri atau pasangan kita, namun mencoba mengakselerasi menuju peningkatan mutu masing-masing agar tercipta keserasian. Kalau anda merasa belum Solih, sedangkan pasangan anda sangat Solih, bukalah hati anda untuk memulai proses kesolihan itu, sehingga perlahan andapun serasi, sejajar dengan pasangan anda. Bagi anda yang merasa Solih sedangkan pasangan anda mungkin belum kenal shalat, bimbinglah dia. Kenalkan dia dengan komunitas kebaikan yang anda ada di dalamnya, sehingga lambat laun pasangan anda akan serasi dengan anda. Hidupkan semangat saling menasihati dalam kesabaran dan ketaqwaan dalam rumah tangga sehingga anda akan menjadi orang yang beruntung. Ingatlah firman Allah swt :
{ وَٱلۡعَصۡرِ (1) إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِی خُسۡرٍ (2) إِلَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ (3) }
Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. [Surat Al-‘Ashr: 1-3]
Insyaallah, semua kesabaran dan ikhtiyar menuju perbaikan akan menjadi amal Solih yang terus menghiasi kehidupan rumah tangga anda. Tidak perlu bermaksiat di awal dengan membangun hubungan tanpa status, namun melangkahkan setapak demi setapak, saling mengenal, memahami, dan membangun keserasian agar tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
===========================
Pati,
Pelayan SMPIT INSAN MULIA PATI JATENG
Fullday and Boarding School
nanangsmpit@gmail.com